Bab 31 | Renala: Penjelasan

223 43 145
                                    

Happy Reading all ❤️❤️❤️

🍁🍁🍁

Lima ratus meter dari rumah Caca, tepatnya di lapangan perumahan tempat dia tinggal, ada pasar dadakan yang digelar setiap minggu pagi.

Aneka ragam jajanan, baik tradisional maupun kekinian, dan berbagai menu sarapan tersedia disana. Tak hanya makanan, tapi juga ada pedagang perkakas rumah tangga, aksesoris wanita, pakaian dan alas kaki, aksesoris handphone, dan lain sebagainya.

Pengunjungnya banyak. Karena hari Minggu kebanyakan orang libur. Istirahat dari rutinitas bekerja dan sekolah. Tak heran banyak anak-anak yang ikut kesini. Makanya ada juga permainan seperti mandi bola, pemancingan, trampolin, dan mewarnai. Bahkan ada pedagang ayam warna-warni, hamster, dan ikan cupang. Banyak juga yang menghampiri stan penjual hewan itu.

"Gue pengen punya deh. Gue beli semua warna kali ya?" Caca berpikir serius ketika kami ikut berjongkok, melihat anak ayam dengan warna-warna cerah itu.

"Emang lo bisa ngerawatnya?" tanyaku sangsi. "Kasihan ntar malah mati."

"Tinggal kasih makan doang kan?" ucapnya enteng.

"Kasih minum jugalah, ntar seret," timpalku. Kami berdua terkikik.

"Jangan makan minum doanglah, Kak. Kandangnya juga harus rajin dibersihin. Terus ayamnya harus sering dilepas biar bergerak bebas. Tapi jangan sampai panas-panasan ayamnya. Gitu aja nggak tau sih!" celetuk anak laki-laki di samping Caca yang pasti menyimak pembicaraan kami. Anak itu berbadan besar, dengan rambut cepak dan kulit kecokelatan. Pasti karena sering kena sinar matahari.

Aku dan Caca bertukar pandang. "Mang eak?" sergah Caca dengan muka menyebalkan. Anak itu melirik sinis padanya tanpa menjawab. Aku menahan tawa, lalu segera kutarik Caca untuk pergi.

"Apaan sih, Ren? Gue beneran mau beli tauk!" protesnya.

"Lo pelihara ikan cupang aja mati. Gegayaan mau punya anak ayam," ujarku.

Caca menyenggol bahuku tak terima, padahal jelas-jelas aku bicara fakta.

"Nyarap apa nih kita?"

"Nasi uduk di sana yuk! Rame pasti enak tuh," seru Caca antusias. Langsung digandengnya tanganku ke kerumunan orang yang mengantre.

Meski harus menunggu sedikit lama, kami puas karena bisa sarapan senikmat ini. Tak hanya nasi uduknya yang menggugah selera, gorengan pelengkapnya pun juga enak. Ditambah minumnya es teh manis. "Nikmat mana lagi yang kau dustakan," ucap Caca dramatis.

Kemudian kami ke stan penjaja aksesoris. Aku dan Caca membeli bando dan jepit rambut yang sama.

"Lo nggak pengen kopelan sama Kak Shaka, Ren?" Caca menunjukkan gantungan kunci Carl dan Ellie, pasangan dalam film Up.

"Alay ah," tolakku.

"Susah ya pacaran sama orang dewasa, Ren? Nggak suka pakai barang couple pasti Kak Shaka," komentarnya.

"Nggak tahu juga, sih. Gue nggak kepikiran mau kopelan. Emang wajib ya?" tanyaku serius. Jujur aku juga tidak tahu apa Kak Shaka menyukai hal-hal semacam itu.

"Mana gue tahu, pacaran aja belum pernah," sewotnya. Aku tertawa. Tapi kubeli juga gantungan kunci yang dia tunjukkan tadi. Kalaupun nanti Kak Shaka menolak, kupakai dua-duanya tak masalah.

Setelah itu kami pulang. Caca memboncengku dengan Pikachu. Harus kuakui, dia lebih jago naik motor ketimbang aku.

"Lo mau balik jam berapa, Ren?" tanya Caca. Dia melajukan motor pelan-pelan. Sambil menghirup udara segar katanya.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang