BAB 15: SURAM!

465 31 0
                                    

"Nah, benar kamu Dini? Kamu-- apa kabarnya? Mas hampir aja nggak ngenalin kamu loh! Kenapa kamu jadi kurusan kayak gini? Dini sehat?"

"Mas Darsa sendiri ngapain disini?"

"Loh, ini kan stasiun televisi miliknya Mas. Kamu lupa kalau Mas punya stasiun TV?"

Dini meringis kecil dan dia mengangguk merasa malu sekaligus menyesal karena dia sama sekali tidak kepikiran tentang Darsa dan stasiun televisinya. Dan jelas mimik wajah Dini juga cara Darsa menyapanya membuat Christa tak suka. Begitupun Rio yang memang tanpa ekspresi tapi sebenarnya memiliki keingintahuan yang besar di dalam hatinya.

Mereka menanti jawaban Dini.

"Dan ... kamu kenal sama Christa?"

"Ketemu tadi di dalam Mas. aku ikutan seleksi buat tender catering. Kebetulan Ibu Christa jurinya."

"Oh ya, apa kamu yang bikin nasi goreng itu dan menang?" Dini dan Christa jujur saja kaget ketika Darsa langsung menebak begitu.

Christa mulai ketar-ketir menunggu jawaban Dini dan sebetulnya dia ingin menerobos bicara untuk menyelamatkan dirinya. Hanya saja, dia belum tahu apa yang harus dikatakannya. 

"Mas, kok bahas nasi goreng?"

"Ya, tadi aku ketemu kru katanya nasi gorengnya enak! Habis itu aku minta satu buat dicicipi dan memang rasanya enak! Itu buatanmu?"

Tanpa Christa sadari juga, ketika Darsa bertanya begitu tangannya mengepal. Jantungnya juga bertalu-talu dan sudah berpikir buruk tentang Dini. Christa yakin, Dini pasti akan mengadu semuanya pada Darsa dan dari cara pria itu menatap Dini sepertinya ini akan jadi masalah baru tentang hubungan bisnisnya dengan si pemilik stasiun televisi ini.

Christa bahkan merasa makin buntu untuk berkelit. Emosi kemarahan di wajahnya bisa terlihat kalau orang sedang memperhatikannya.

"Bukan Mas. Bukan. Itu kayaknya masakan yang menang deh Mas! Aku gak sampai sejauh itu."

Christa tak tahu kenapa Dini menjawab begini tapi pikirannya bukan merasa berutang budi karena Dini menyelamatkan nama baiknya, justru bertambah kesal karena yakin sekali Dini pasti punya niat lain dan ingin menghancurkannya dengan cara yang lain. Dini pasti dendam dengannya.

"Oh ya, Dini, katanya tadi kamu mau pulang? Anakmu sendirian kan? Atau perlu saya antar?" dan sebelum Darsa berkomentar lagi, sengaja Christa memotong supaya obrolan Dini dengan Darsa tidak berlanjut.

Tapi apa bisa begitu?

"Eh iya, Anggia apa kabar Dini? Dia sehat? Sejak kematian papamu pak-"

"Mas, Anggia masih cuci darah seperti biasa. Sepertinya aku juga meninggalkannya kelamaan Mas! Anggia sendirian. Jadi aku-"

"Satrio mana? Kok bisa Anggia sendirian?"

Dini sebenarnya kesal karena wanita di sampingnya punya niatan untuk menjauhkan diri dari Darsa dan Dini tidak tahu apa niat Christa saat dia sudah meninggalkan Darsa nanti. Tapi Dini tak yakin kalau wanita itu akan merusak nama baiknya dengan caranya yang sok manis.

Cuma, Dini juga memang harus pergi karena dia tidak ingin Christa sampai tahu siapa orang tuanya dan bisa-bisa ini akan menarik masa lalunya dengan Rio. Dia ingin menghindar. Sayangnya Darsa malah bicara lebih banyak yang makin mengkhawatirkan.

Dini tidak mau masalah pribadinya terlalu banyak diketahui oleh dua orang yang bersamanya sekarang.

"Aku sudah bercerai Mas! Dari papa meninggal. Sudah ya Mas! Aku terlalu lama meninggalkan Anggia."

"Dini, Bagaimana tentang pengobatannya Anggia? Kamu butuh banyak uang bukan? Tinggal dimana kamu? Kenapa mesti ikutan tender sih? Kamu butuh uang berapa? Mas kok gagal paham ya kamu kenapa gak datang ke Mas saja?"

"Eh, itu-"

"Dan lagi, aku juga kangen sama Anggia! Terakhir kali aku ketemu ya sepulang dari makam itu. Aku ingin bertemu dengannya!" Darsa bicara sambil menggenggam tangannya di udara dan sebetulnya dia ingin menyentuh kepala Dini hanya saja dia menahannya.

Lalu bibirnya tersenyum.

"Mas sebetulnya ingin mengelus kepalamu. Tapi Mas lupa kalau kamu ini perempuan dan Mas tidak boleh menyentuh perempuan yang bukan muhrim Mas. Hm... Mas lagi mempelajari ilmu agama lebih dalam. Jangan merasa rendah diri ya. Ayo ikut Mas dulu! Masih banyak yang ingin Mas bicarakan denganmu. Dan nanti kita akan pulang temuin Anggia."

"Eh, Mas, gak usah. Lagian ini udah malam. Nanti istri Mas di rumah-"

"Mas sudah bercerai!"

"Hah? Kok bisa? Delora kan baik sekali? Kenapa diceraikan Mas? Kok tega sih?" Dini sebal pada orang di hadapannya yang justru meringis dan terlihat sulit.

"Panjang ceritanya! Mas terjebak! Tapi ayo ikut Mas dulu nanti Mas juga pengen curhat sama kamu soal ini. Ya ampun Dini Kenapa sih kamu nggak cari Mas di sini atau datang ke rumah Mas? Kemana aja kamu? Sampai kondisi kamu kayak gini? Harusnya dari awal kamu cari Mas kalau ada apa-apa!"

"Ehehe, Maaf Mas, Dini lupa."

Yang diingat Dini hanya kekesalannya saja pada Satrio yang mengambil semua harta keluarganya.

Dini tak sama sekali berpikir untuk meminta tolong pada teman-temannya dan Darsa. Padahal waktu itu dia masih memegang handphone dan bisa saja menghubungi pria itu. Tapi memang dia tidak ingat. Semua kondisinya kacau balau.

Dini juga merasa sedikit menyesal karena dia melupakan Darsa jadi saja dia terjebak dengan seseorang yang kini ada di samping kanan Darsa yang pandangan matanya masih mengarah pada Dini dan dia menyadarinya.

Andai dia minta tolong pada Darsa, mungkin hidupnya tidak akan sesulit sekarang. Tapi ya ... bagaimana? Semua sudah terjadi dan Dini tidak mungkin bisa kembali ke masa itu.

"Jangan banyak mikir! Ayo, ikut Mas!"

Kebetulan Dini menggunakan lengan panjang dan Darsa masih bisa menyentuh dibalik lengan pakaiannya

"Eh tapi Mas!"

"Sudah, ikut saja dulu. Kamu nggak boleh nolak permintaan Mas!" seru Darsa yang sudah menarik tangan Dini dan dia teringat tentang dua orang yang memang masih bersamanya.

"Christa, Rio, Maaf ya! Aku pamit dulu karena aku nggak mungkin ninggalin bocah satu ini sendirian dengan putrinya di luar sana. Nanti lain waktu kita mengobrol lagi ya!"

Christa yang melihat kedekatan Dini dan Darsa bahkan tidak sempat untuk tersenyum karena Darsa sudah keburu membawa Dini pergi dan hanya meninggalkan rasa sesak saja di hati Christa disebabkan kekhawatirannya kalau Dini akan mengadu banyak pada Darsa dan membuat bisnisnya terganggu.

Dia tidak pernah tahu sebelumnya kalau Dini yang terlihat kucel dan kumel itu ternyata punya hubungan yang entahlah apa itu dengan Darsa.

Christa sebal. Sorot matanya pun beralih ke suaminya yang saat ini tanpa Christa sadari juga hatinya merasa berat apalagi telinganya masih bisa mendengar ucapan Dini yang berlalu dengan Darsa.

"Mas, tapi kita bisa ngobrolin lain kali kan Mas?"

"Gak ada lain kali! Kamu lihat dirimu! Mas khawatir sekali denganmu tanda seru di mana Anggia? Kamu harus cerita semuanya sama Mas!"

Rio berdiri membelakangi mereka, tapi obrolan itu membuat sorot matanya menggelap dan rahangnya kaku. Perasaan Rio juga tak jelas! Rasanya dia ingin sekali mengejar Dini tapi bagaimana dia menjelaskan status pernikahannya dengan orang yang bersama Darsa sekarang?

"Kamu kenapa nggak bilang kalau dia kenal sama Darsa? Kenapa sih kamu malah bikin hidup aku jadi berantakan terus?"

Rio melirik wanita yang kini menatapnya menunjukkan kemarahannya sambil memicing dan matanya.

"Berantakan?" Rio tersenyum kecut. "Bukan kamu yang membuat semuanya jadi berantakan sendiri dengan memilih nasi hainan dengan bebek panggang yang tidak enak itu ketimbang nasi goreng buatannya? Kamu takut dia ngadu ke Darsa?"

Sebuah tebakan yang tidak disangka oleh Christa. Jelas membuatnya gugup.

"Bagaimana kamu bisa tahu nasi goreng itu buatannya?"

Sewa Rahim MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang