Bab 7: APA MAUMU?

844 35 0
                                    

"Kau cemburu?"

Di saat Dini tertegun mendengar penjelasan Rio malah pria itu dengan semena-mena menuduhnya dan membuat tangan Dini mengepal geram.

"Maaf Pak, saya sangat profesional dan saya tidak mungkin cemburu pada perlakuan rekan bisnis saya pada istrinya. Itu jelas bukan urusan saya," tegas Dini sambil berdiri dan dia tadinya ingin pergi.

"Duduk! Aku belum selesai makan! Memangnya kau pikir aku mau bekerja sama dengan orang yang tidak bisa menurut padaku?"

Kalau Dini boleh memberi rating siapa orang yang paling dibencinya maka Rio akan masuk ke dalam urutan pertama melebihi tingkat kebenciannya pada Satrio yang sudah mengambil harta peninggalan keluarganya.

Setidaknya Satrio terang-terangan menyakitinya dan tidak memanfaatkannya seperti sekarang.

Tapi apa yang diperbuat Rio?

Mempermainkan Dini dan menjadikan Dini sebagai bahan pelampiasan dendam masa lalu.

"Apa yang kulakukan kemarin bukan untuk membuatmu cemburu." Rio yang baru saja menelan makanannya menegaskan sesuatu pada Dini.

"Christa itu istriku dan sudah sewajarnya aku memanjakannya. Sedangkan hubunganmu denganku tidak seperti yang kau pikirkan! Pernikahan kita bukan pernikahan seperti yang kulakukan dengan Christa. Jadi tidak sewajarnya kau cemburu padaku dan menyiksa dirimu sendiri demi mendapatkan perhatianku."

"Menyiksa?" sesaat Dini tak mengerti apa yang dimaksud Rio.

"Jalan kaki dari restoran ke rumah ini. Apa itu namanya kalau bukan menyiksa?"

Dini geli sendiri! Sejujurnya dia ingin tertawa terbahak-bahak kalau dia tidak ingat ini akan menarik perhatian pelayan.

Bagaimanapun Dini harus menjaga harga dirinya bukan di depan mereka? Tak mau terlihat ribut di hadapan Rio dan tak mau juga jadi bahan gunjingan pelayan di belakang sana kalau tahu siapa Dini yang sebenarnya. Dan mungkin saja mereka memang sudah tahu! Tapi mereka berusaha menghormatinya.

Ini membuat Dini makin sebal pada Rio dan sudah mengepalkan tangannya lagi penuh emosi.

"Aku tidak menyiksa diriku sendiri. Aku hanya tidak bawa uang untuk pulang."

"Lalu kenapa menolak tawaran Teddy Untuk mengantarmu? Kau ingin aku yang mengantarkanmu begitu?"

"Ya karena aku tidak mau saja! Aku punya alasan sendiri dan tidak harus diintervensi. Kan tidak semua hal harus aku beritahukan padamu?"

"Lalu bagaimana jika aku tidak memberikan semua kebutuhan putrimu? Misalkan hanya memberikan jarum infusnya saja tapi tidak memberikan darah untuk cuci darah?"

"Pak Rio, apa dendam masa lalu itu membuatmu ingin sekali mempersulit hidupku sekarang?"

"Dengar Dini, dari mana aku mempersulit hidupmu? Aku membiayai cuci darah anakmu dan Aku memberikanmu tempat tinggal seperti sekarang! Rumah yang layak, bukan kontrakan kumuh yang kau sewa. Lalu di sini kau bebas makan apapun yang kau mau. Aku juga sudah menyiapkan uang untukmu. Kau sudah lihat berapa jumlahnya? Jadi apa yang menyusahkan?"

Dipikir-pikir oleh Dini benar juga! Rio memang tidak membuat dirinya kesulitan. Apa selama ini dirinya saja yang baper dan apa rasa yang masih tersisa dari masa lalu itu yang membuat dirinya seperti sekarang?

Terbakar emosi padahal seharusnya dia tidak seperti ini!

"Maafkan saya. Anda benar seharusnya saya berterima kasih pada Anda karena sudah menyiapkan tempat tinggal yang layak, memberikan makanan enak untuk kami dan memenuhi semua kebutuhan putriku."

Sewa Rahim MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang