BAB 17: MALE SCENT

610 29 0
                                    

"Pak Rio, Bagaimana cara Anda mengakui kalau saya adalah istri Anda sedangkan publik tahunya Anda adalah suami dari Ibu Christa. Apa Anda ingin membuka borok Anda sendiri?" pekik Dini menantang.

Mungkin karena hubungan antara Rio dengan Dini dulu selalu dilandasi dengan perasaan saling percaya, saling sayang dan mereka juga tidak pernah ribut satu sama lain, dia tidak tahu kalau wanita yang bersamanya sekarang sangat pandai sekali bersilat lidah.

Dini yang dulu terlihat selalu menurut padanya kini memang terlihat agak liar.

Bukan sekali ini saja dia menantang ucapan Rio. Sebelum-sebelumnya dia juga melakukan hal yang sama dan kalau boleh jujur, Rio juga sempat kewalahan menanggapinya.

"Kamu sudah berubah!" ucap Rio dengan suaranya yang berat, dia juga menunjukkan ketidaksukaannya ketika seringai tawanya ikut muncul merespon ucapan Dini.

"Pantas kamu ditinggalkan oleh suamimu karena mulutmu memang terlalu beracun! Berarti aku seharusnya sangat bersyukur sekali tidak menikah denganmu dulu dan mendapatkan wanita yang sebaik Christa."

"Kalau begitu, jangan ganggu saya Pak." Dini paham niat Rio mengatakan itu. Dia ikut menyindir balik.

"Datangi saja istri Anda dan minta padanya memenuhi apa yang Anda inginkan. Lagipula, saya juga heran kenapa bisa Anda datang ke sini sih? Bukankah seharusnya Anda pulang ke rumah Anda dan mendekap erat tubuh Istri Anda yang sangat mulia itu?" mata Dini mulai membulat garang.

"Dan kok jadi aneh sih, apa istri Anda tidak curiga kalau Anda datang ke sini malam-malam begini?" cicit Dini menyindir lagi.

Dini juga sebetulnya tidak mau ribut. Tapi dia terpaksa. Kondisinya sekarang sudah lelah dan semakin dibiarkan, Rio makin menjadi-jadi.

"Urusanku dengan Christa menjadi urusanku dengannya dan urusanku denganmu menjadi urusanku denganmu. Kamu adalah istriku jadi wajar jika aku ke sini."

"Saya cuma istri kontrak. Hanya rekan bisnis And-aaaaakh! Lepaskan saya Pak!"

Karena Rio sudah mendorong tubuh Dini dengan kedua tangannya saat mencengkram lengan Dini, tubuh rapuh Dini yang kalah tenaga dan sudah kelelahan tidak bisa berontak. Apalagi, Rio juga mengantisipasi kaki Dini yang menendang-nendang dengan mendudukinya. Makin sulit saja bergerak.

Bagaimana Dini tidak merasa takut?

"Katakan padaku, apa dia memelukmu?"

"Lepaskan akuuuuu!"

Tentu Dini paham apa yang dimaksud dengan kata dia. Tapi Dini malas menjawabnya dan lebih memilih menggeliat, tak menghiraukan maksud pertanyaan itu.

"Jang-aaaaakh"

Belum juga dilanjutkan ucapannya suara kain yang dirobek sudah terdengar. Kejadian tiga minggu yang lalu itu jadi berulang dan membuatnya menutup mata dan meringis.

"Apa yang dia sentuh darimu sampai aroma tubuhmu seperti aroma tubuhnya?"

"Hentikan! Aku kotor! Kenapa tak paham juga? Aku habis memasak seharian dan berpeluh!"

"Wanita yang sudah bersuami mau di sentuh-sentuh oleh tubuh orang lain, kamu gatel, butuh digaruk, hm?"

Dini juga tak paham bagaimana Rio bisa berpikir sepicik itu tentang dirinya?

"Kenapa Bapak tidak bertanya saja padanya apa yang dia lakukan padaku?"

"Aku suamimu, jelas aku harus lebih dulu bertanya padamu! Dan aku akan memaksamu bicara. Apapun akan kulakukan!"

"Akkkh, jangaaaan!"

Rio menjalankan ancamannya.

"Jawab aku!"

Sewa Rahim MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang