~22 : Sadar

221 45 7
                                    

Di dalam mobil

"Uh."

Setelah beberapa menit tidak sadarkan diri, akhirnya mata pemuda bertopi Dino itu kembali terbuka.

BoBoiBoy memandang sekelilingnya dengan bingung.

"...aku di mana?"

Mendengar suara lemah itu, Taufan dan Blaze langsung menoleh.

"Lo lagi di mobil." Jawab Taufan ketus. Matanya kembali fokus pada jalan di luar.

"Mau air?"

Blaze menyodorkan sebotol air pada BoBoiBoy.

"..."

BoBoiBoy hanya diam untuk beberapa detik. Air yang Blaze sodorkan tidak ia pedulikan.

"Lo...nggak papa?" Tanya Blaze sambil menaruh kembali air itu.

BoBoiBoy masih diam. Dia seakan melupakan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting

"BoBoiBoy?" Panggil Blaze lagi.

Wajah BoBoiBoy tiba-tiba berubah panik. Nafasnya naik turun dengan cepat.

"...Sara..."

Air mata pria itu mulai keluar. BoBoiBoy menangis.

"Mana... Mana Sara! Hiks! Kenapa dia nggak ikut kita pulang!? Hiks!" Ucap BoBoiBoy sambil terisak.

Blaze dan Taufan awalnya terkejut melihat hal itu. Tetapi mereka berdua hanya membiarkan.

BoBoiBoy mulai bertindak agresif. Ia mulai memukuli jendela mobil itu berkali-kali sambil berteriak.

"BERHENTII! GW MAU SARAA! HIKS! TURUNIN GW! GW MOHON!!!"

BoBoiBoy menendang-nendang kursi di depannya dengan kencang.

"Duh... Gimana ini Fan?" Tanya Blaze khawatir.

Taufan hanya mendiamkan diri. Ia semakin melajukan mobilnya.

"Sebentar lagi Blaze."

Blaze hanya mengangguk. Mulutnya tak henti-henti berzikir.

Merasa tidak dipedulikan, BoBoiBoy kembali berteriak.

"Turumkan gw! Hiks! Gw mau Sara! Kenapa kalian tidak mendengarkan!? Berhenti bodoh!" Teriaknya sambil nekad membuka pintu mobil itu.

Untung Taufan sempat mengunci pintu itu. Jika tidak, pasti BoBoiBoy sudah dapat keluar dan melarikan diri dari sana. Atau lebih parah, ia bisa kemalangan.

"Gw mau Sara! Hiks!"

"Sara ngga ada."

"Kalian tipu!"

Taufan hanya menghela nafasnya, mencoba sabar.

"Cepat Fan." Ucap Blaze yang tidaksanggup melihat kondisi sepupumya itu.

"Iya sabar."

___________

Sementara itu di rumah. Terlihat ahli keluarga [name] dan BoBoiBoy sudah berkumpul di sana. Mereka sudah menyiapkan segalanya untuk membantu BoBoiBoy malam ini.

"Tenang, nak. Ibu yakin suami kamu bisa selamat dari semua ini."

"Sabar, ya."

Kedua wanita paruhbaya itu mencoba menenangkan anak dan menantu mereka yang kini sedang menangis di pelukan mereka.

"Tapi aku takut dia kenapa-napa. Hiks! Aku sayang banget sama dia, Bu." Lirih [name] sambil terisak di bahu ibunya.

"Iya, ibu tau. Shh! Doa yang banyak, ok." Ibu [name] mengusap kepala putrinya itu dengan lembut.
Pacar Gempa yang turut ada di sana, datang ke arah mereka bertiga.

owner of my heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang