Fase 34. Takut Akan Kehilangan

11 0 0
                                    

Pak Goro, Haru, Natalia, Ryo dan Eren tiba di rumah sakit namun dilarang pihak rumah sakit menjumpai Keila yang masih dalam penanganan medis di ruang UGD.

Karena tidak bisa berjumpa langsung, pak Goro menghubungi pak Tirto untuk mengembalikan kunci mobil yang dipegangnya. Sementara Haru dan yang lainnya menunggu dengan gelisah.

Semuanya lalu menunggu di lantai 1, saat itu tiba - tiba kedua orang tua Keila pak Dario dan bu Neina baru saja tiba lalu melihat ada pak Goro, ayah Keila yang mengenal pak Goro menyapanya.

"Pak goro terima kasih!"Ucap pak Dario sembari menjabat tangan pak Goro, "Untung keila segera dibawa ke rumah sakit."

"Aaahh iya pak, sama sama... Tidak juga kok, ini juga berkat murid - murid yang menemani Keila saat pulang," Tutur pak Goro sambil menunjuk Natalia.

"Terima kasih sudah menemani keila."

"Sama - sama om." Balas kompak semuanya.

Ayah Keila sangat baik, dia menyapa pak Goro dan murid - muridnya.

Berbeda dengan Ibu Keila yang diam dengan wajah suram seperti orang ketakutan, Ibu Keila tidak sama sekali menyapa pak Goro malahan menarik sedikit baju suaminya untuk buru - buru naik ke lift.

Pintu lift terbuka pak Tirto yang dihubungi pak Goro ternyata turun dan berpas-pasan dengan orang tua Keila yang sedang menyapa pak Goro. Ibu Dario langsung menghampiri pak Tirto, mereka berbisik tentang sesuatu.

Setelah itu orang tua Keila naik dengan lift sementara pak Tirto datang menghampiri pak Goro.

"Maaf pak guru sudah merepotkan."

"Tidak apa - apa, saya punya sim dan terbiasa bawa mobil. Maaf juga karena tadi saya membawa para siswa yang tidak mau menunggu."

"Apaaa....., tadi kan pak gu," Celetuk Eren yang merasa dijadikan alasan oleh pak Goro tapi langsung ditutup mulutnya oleh Ryo.

"Sudahlah eren, ini basa basi orang dewasa."

"Dasar ghost!"

Haru mendekati pak Tirto, "Paman bagaimana keadaan keila?" Tanya Haru.

Wajah pak Tirto langsung berubah murung, "Saya akan jelas langsung saja, nona kritis!"

"Kritis bagaimana pak?" Tanya Natalia.

"Seiring bertambahnya usia penyakit nona pun makin naik, kondisi ini sudah pernah terjadi saat nona masih sekolah dasar dulu."

"Jadi apa keila akan baik - baik saja!"

Haru meminta penjelasan yang pasti tetapi pak Tirto hanya bisa menjawab. "Tolong doanya saja untuk nona agar bisa melewati masa - masa kritisnya."

Setelah menjelaskan hal tersebut pak Tirto pamit meninggalkan pak Goro dan yang lainnya, pak Goro lalu mengajak murid - murid untuk kembali ke sekolah mengambil motor yang masih diparkirkan di sekolah.

Mendengar perkataan dari pak Tirto, Haru yang mengetahui tentang usia Keila tidak lama lagi sangat terpukul. Keila menghadapi fase kritisnya dimana kemungkinan usia Keila sudah diambang batas.

Hari ini mungkin hari terakhir haru bertemu dengan Keila, Haru sangat murung sehingga diam saja selama perjalanan pulang. Natalia yang melihat Haru merasa kasihan, Natalia orang yang terakhir berada disisi Keila sebelum Keila pingsan juga merasakan sesuatu yang tidak mengenakan dalam dirinya.


*****


Keesokan harinya Haru coba menemui Keila di rumah sakit sendirian namun ditolak karena kondisi Keila masih belum dapat menerima kunjungan dari siapapun.

Hati untuk KeilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang