Rhythm 0.1

200 58 110
                                    

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

"Gue suka sama lo, Mel."

"Bercanda lo gak asik, Kak Satya!" Melodi, gadis itu tertawa. Menepuk-nepuk bahu cowok di sampingnya. Mengaggap ucapan barusan adalah candaan.

"Gue serius." Balas Satya. Mengecilkan nada.

"Lo udah bercanda kayak gini dua kali, Kak. Pertama waktu gue masuk SMA. Dan sekarang." Melodi enggan menatap, memilih menatap langit biru.

Satya menunduk. Di tolak lagi.

"Gue duluan. Jangan lupa pake jaket, anginnya kenceng, kayaknya mau ganti musim. Bye Mel." Satya melenggang pergi. Kaki lemasnya ia paksa terus melangkah, menjauh.

Positif thinking saja, mungkin Melodi enggan menyakiti hatinya.

Melodi menatap kepergian Satya--Kakak kelasnya. Perasaan itu, entah pantas atau tidak Melodi menerimanya. Perasaan yang tak ingin ia dapatkan.

"Maaf Kak, perasaan lo beban buat hidup gue."

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Malam itu, Melodi merenung di balkon kamarnya. Ditemani suara derit serangga.

Bersenandung ringan. Ingin sekali dirinya lupa akan ucapan Satya, Kakak kelasnya itu. Perasaan-perasaan seperti itu membebani dirinya.

Menyanyi lagu biasa, cicak-cicak di dinding. Bercanda, bosan ... Melodi memilih menyanyi lagu itu.

Diantara banyaknya lagu, kenapa harus lagu itu? Entah, tanyakan saja pada hati gadis itu.

"KAK SATYA! BERHENTI BILANG LO SUKA SAMA GUE! GUE GAK BUTUH!" Pekiknya persis di depan rumah kosong disamping rumah.

Melamun lagi. Gadis itu bisa-bisa gila kalau sering-sering melamun.

"Lama-lama gue gila gara-gara nolak lo terus, Kak!" Bersiap menutup pintu balkon, Melodi menatap rumah kosong itu sedikit takut.

Rumah itu, entah siapa yang memilikinya. Sejak Melodi datang satu tahun lalu untuk memilih menetap di rumah ini, rumah sebelah itu terlihat sepi.

"Bukan ke lo, Jurig!" Tunjuknya pada jendela tertutup dari balkon yang berhadapan dengan balkon kamarnya.

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Pukul 09.07 Melodi baru terbangun. Gawat. Kesiangan.

"KOK BI ANA GAK BANGUNIN MEL, SIH!?" Buru-buru gadis itu mencuci mukanya, tak sempat mandi. Segara pakai seragam dan menuruni anak tangga.

Baru separuh anak tangga ia lewati, Mel mendapati Bunda duduk di meja makan, menatap dirinya.

Menghela napas pendek, menatap diatas Bunda. Melodi duduk berhadapan dengan Bunda di meja makan. Enggan bicara.

"Yangti, mana?" tanya Melodi.

Yangti adalah sebutan Melodi pada Neneknya. Gadis itu sudah tinggal satu tahun bersama Yangti. Memilih pisah rumah dengan keluarganya.

Melodi Jiwa || Jay Park {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang