Rhythm 0.16

34 16 29
                                    

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶


Setelah festival sekolah berakhir, ada satu minggu kosong untuk para siswa-siswi menikmati liburan.

Hari ini, Melodi memanfaatkan hari liburnya untuk tidur. Menghabiskan waktunya diatas kasur mungkin hal yang sempurna.

Asik melanjutkan mimpi, tanpa sadar sisi kasurnya sudah ada yang menduduki. Satu tangan merapikan anak rambut Melodi, satunya lagi menyangga tubuh. Senyuman indah terpampang, Melihat Melodi dengan wajah damai membuat dirinya senang.

"Mel, jangan tidur lagi. Gak baik." Sapanya lembut. Tidak mendapat respon apa-apa kecuali Melodi yang justru membelakanginya, membuat pemuda itu tertawa.

"Ayo sarapan di luar, Aa traktir." Ajak Heesa, menepuk tubuh Melodi yang tertutup selimut.

Cepat sekali Melodi merespon. Tubuhnya kembali menghadap Heesa. "Uduk komplit?" kepala gadis itu segera timbul, semangat 45.

Heesa mengangguk dengan senyumannya yang tak luntur. "Sure. Everything you want." Kekehan kecil berhasil lolos dari bibir Heesa, pemuda itu senang Melodi ingin pergi bersamanya hari ini.

Melodi segera turun dari tempat ternyamannya pagi ini, ia sibuk memilih pakaian yang akan ia kenakan. Mengacak-acak isi lemarinya. Menghela napas kesal, kenapa rasanya baju yang biasa ia kenakan jadi membosankan.

"Boleh Aa yang pilihin?" Tawar Heesa. Pemuda itu segera mendekat, berdiri di depan lemari. Melodi membiarkan Heesa memilih, entahlah ... gadis itu sedang malas mencari masalah.

"Pakai ini, ya? Kamu keliatan lebih cantik kalo pake baju ini." Heesa mengeluarkan satu baju berwarna putih yang hanya pernah Melodi pakai sekali seumur hidupnya. Itu baju hari raya, gamis yang dibelikan Yangti.

Sontak saja Melodi menggeleng keras. "Kayak ibu-ibu." Tolaknya.

"Cantik kok, gak kayak ibu-ibu. Malahan Mel, jadi kayak ilustrasi bidadari di surga." Heesa terkekeh.

"Alah, mulutnya buaya." Melodi segera bangkit dari duduknya, mengambil gamis yang ada di tangan Heesa. "Keluar, tunggu Mel di bawah."

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Duduk berdua di bangku warung penjual nasi uduk, Melodi asik melahap nasi uduk itu dengan semangat. "Uduk Mbok Siti emang the best!" Ujarnya di sela makan.

Heesa sibuk memandangi wajah adiknya. Pemuda itu membayangkan bagaimana jika hubungan mereka bisa setenang ini tiap hari. Melodi yang menurutinya, Melodi yang tak membencinya. Tanpa sadar, Heesa mengeluarkan sendawa yang sempat ia tahan sejak pagi.

"Ih, jorok!" Sulut Melodi kesal. Heesa hanya bisa balas tertawa canggung.

Melodi kembali fokus pada makanannya, mengabaikan Heesa yang duduk manis di sampingnya. Asik menyantap sarapan pagi ini, Melodi tak menyadari sudah ada pemuda lain yang duduk di sampingnya.

"Pagi, Mel. Lo beli sarapan di sini juga? Kebetulan banget, ya kita ketemu di sini."

Suara yang familiar itu membuat Melodi melirik ke sisi lainnya. "Loh, Bang Yohan?" Sedikit terkejut mengetahui Yohan juga membeli sarapan di sini.

"Kebetulan." Yohan mengoreksi. Pemuda itu tertawa, tangannya bergerak ingin merangkul bahu Melodi, Namun, segera ada yang menepis.

"Diem di tempat lo." Lagi-lagi ada yang ikut bergabung.

Melodi mendongak, ingin memastikan siapa yang baru saja bicara. Gadis itu terperanjat, sontak bangkit dari duduknya.

"BISU!?" Pekikanya barusan, membuat Heesa ikut berdiri, menatap adiknya ganjil. "Melodi menyadari ekspresi Heesa. "M-maksud Mel Jiwa. Ha-ha, iya ... Jiwa." Melodi menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.

Melodi Jiwa || Jay Park {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang