Rhythm 0.3

108 37 51
                                    

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Tiga hari kemudian.

Melodi, gadis itu bertengkar dengan Bunda dan Ayahnya. Ia memang gadis yang keras kepala. Sekali mengatakan tidak, maka tidak.

"BUNDA GAK MAU TAU! KAMU HARUS IKUT BUNDA SAMA AA PULANG! KAMU PINDAH SEKOLAH!" Putus Bunda di tengah elakan Melodi.

"MEL BILANG 'ENGGAK' YA ENGGAK, BUN! MEL GAK SETUJU! KENAPA BUNDA SELALU NGATUR MEL, SIH!?" Bantah Melodi tak kalah tinggi nada suaranya.

"Bisa gak sih, kamu kayak Aa kamu!? Nilai kamu semakin hari harusnya semakin naik, bukan turun! Sekarang kamu ada di urutan ke sepuluh! Mau ditaruh mana muka Bunda nanti!? Nurut apa kata Bunda, Mel!" Napas Bunda menderu.

Di ruang tengah rumah Yangti, keributan itu kembali terjadi. Yangti tak ada di rumah, ada urusan dengan cucu tertuanya, Heesa-kakak dari Melodi.

"Kalo Bunda malu sama Mel, kenapa Mel harus ikut Bunda sama Aa pulang!?" Melodi menatap kesal Bunda. "KALO BUNDA MALU, KENAPA BUNDA MINTA MEL PULANG!?" Bentaknya.

Tatapan Bunda melembut, merasa ada yang salah dalam ucapannya. "Mel ... maksud Bunda ...."

"Bunda gak ngerti."

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Pertengkaran itu sudah berlalu. Malam ini Melodi tak pulang ke rumah lamanya. Bunda juga Heesa sudah kembali dua jam yang lalu, membiarkan Mel tinggal lebih lama di rumah Yangti.

Gadis itu terdiam di balkon kamarnya, yang persis menghadap balkon kamar rumah kosong sebelah. Menghela napas, berdecak sebal.

"Lo tau gak? Tadi sehabis maghrib ada perang dunia ke tiga! Lo bayangin, Putri Bulan ngelawan legenda Mars!" Ocehnya entah pada siapa di sebrang sana.

"Jurig, gue kesel sumpah! Kesel banget! Gak ada yang ngerti mau gue, mau Bunda, Ayah atau Aa Heesa. Lo kenal Aa gue, gak? Sini gue kenalin."

"A Heesa itu anak kesayangan di keluarga gue. Karena apa? Karena cuma Aa yang pinter, gue mah cuman dapet hikmahnya aja. Gimana Aa gak di sayang sama Bunda, Aa itu selalu dapet ranking satu, bayangin! Selama hidup lo, emangnya lo pernah dapet ranking? Gue yakin, lo lebih buruk dari gue."

Melodi tergelak. "Lo tau gak? Gue pernah sekali dapet ranking satu! Pencapaian terbesar gue selama hidup! Itu gue dapet pas SD, duuuh ... lama banget, kan? Gak papalah, lo pasti gak pernah kayak gue. Gadis itu kembai tergelak. "Gila banget gue curhat ke jurig."

Setengah menit tertawa, Melodi diam. Ada notifikasi dari ponselnya. Dari Satya-kakak kelasnya. Berdecak sebal, karena Satya bertanya perihal keikutsertaan dirinya.

Menghela napas. Melodi tak membalas pesan itu, tidak pula membuka ikon notifikasi.

"Jurig, menurut lo gue baiknya ikut lomba apa enggak?" Melodi memandang jendela kamar rumah sebelah yang tertutup kain hitam.

"Gue ikut aja kali, ya? Lo mau nemenin gue gak?" Sejenak, gadis itu tertawa. "Gue tidur deh, selamat malem temen ghoib gue!"

Malam hari yang penuh ketenangan.

Paginya, gadis itu benar berangkat menuju sekolah. Melodi benar-benar akan ikut acara tahunan sekolah.

Melodi mengotak-atik ponselnya, menekan tombol panggilan. "Halo Bang Jov, bisa jemput Mel, gak? Mel males jalan kaki, nih!"

"Elah jalan aja males. Jangan-jangan sekolah aja di suruh Yangti!?"

"Tau aja. Udah buruan! Terlambat ntar gue, Bang!"

Melodi Jiwa || Jay Park {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang