Rhythm 0.26

31 10 11
                                    

»»——✧༺♥༻✧——««

"Jiw, Mel mau di operasi hari ini, kamu mau ketemu? Sebentar?" tanya Papa.

Papa cukup tau seberapa perasaan putranya terbawa pada gadis itu. Maka dari itu, pada hari yang begitu penting ini, ia bertanya pada putranya.

Meski Jiwa menyukai gadis itu, Papa tau Jiwa menahan dirinya untuk tidak melakukan hal lebih. Terlebih beberapa waktu lalu, ada kejadian yang membuat keduanya bertengkar.

Namun dia rasa Jiwa tidak menjawab, Papa menatap wajah putranya yang terbaring di hospital bed. Selang infus masih tertancap.

"Jiw?"

"Jiwa mau ketemu. Jiwa mau pastiin sesuatu."

»»——✧༺♥༻✧——««

Di ruangan Melodi yang cukup ramai, Bunda, Ayah, Heesa, Jovan, Azzam, Yangti, dan kedua orang tua Azzam dan Jovan ada di sana. Bahkan Satya. Pemuda itu sudah duduk di ruangan itu, berbicara santai dengan keluarga Melodi.

Netra Melodi menangkap pergerakan dari arah pintu yang kini terbuka. Menampakkan Jiwa yang di bawa Papanya menggunakan kursi roda. Pemuda itu terlihat lebih baik.

Semua membiarkan Jiwa masuk, memberi jalan untuk mendekat pada tempat tidur Melodi.

Melodi berusaha untuk tidak melirik Jiwa. Ia masih kesal dengan ucapan pemuda itu beberapa waktu lalu.

Soal penolakan.

Lama diam, Jiwa berdehem. Berusaha untuk memulai pembicaraan. Ia ingin melakukan semaunya dengan singkat.

"Mel," pemuda itu kembali diam. Menatap arah pandang Melodi yang justru terarah pada jendela kamar ruang inap.

"Semangat. Maaf, maaf kemarin gue gak nyamperin lo. Gue gak bisa ....  Kepala gue berisik karena mikirin semua omongan lo." Pemuda itu kembali diam. Menyisakan senggang.

Melodi menghela napasnya. Tidak bicara.

Jiwa yang tidak mendapatkan respon apapun dari Melodi dibuat sedikit frustasi. Pemuda itu menggigit pipi dalamnya.

"Maaf ... maaf, Mel."

Melodi berbalik, menatap wajah yang biasanya ia anggap menyebalkan itu sedikit tersirat rasa sedih. "Kita terlalu sering ngomong kata maaf. Terlebih lo. Lo gak salah, lo cuma gak ngerti."

"Ada sesuatu yang tumbuh di waktu dan tempat yang salah. Dan itu salah gue." Katanya.

Jiwa mendorongnya dirinya untuk sedikit menjauh dari tempat Melodi. Pemuda itu sedikit gusar dengan apa yang ia sudah rencanakan sejak semalam.

"Sehabis oprasi, lupain gue. Gue yakin lo bisa, dan harus bisa. Mau gimanapun hasilnya nanti ...."

"Jiwa, gue gak tau... mungkin aj---"

Jiwa mengangkat telapak tangannya, meminta gadis itu berhenti. "Gak Mel, kali ini biarin gue yang ngomong."

"Apapun hasilnya, lo harus lupa! Kejar cita-cita lo! Buat gue bangga karena udah kenal sama lo! Buat keputusan gue bener kali ini!"

»»——✧༺♥༻✧——««

-Deen Light
-19, 9, 24

Melodi Jiwa || Jay Park {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang