Rhythm 0.5

93 39 59
                                    

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Pukul 14.00 semua siswa-siswi SMA Bakti Bangsa mulai berhamburan keluar gerbang. Acara festival tentu masih akan berlanjut besok.

Dan di sinilah Melodi berada, gadis itu menunggu sepupunya-Jovan.

"Mel, lo gak mau bareng gue?" tanya Aluna kala menyadari mobil jemputannya sudah datang.

"Gak deh! Gue bareng Bang Jopan! Thanks ya, Lun! Hati-hati!"

Lima belas menit menunggu, Melodi mulai merasa bosan. Gadis itu memilih berjongkok di depan pohon mangga besar dekat gerbang. Ternyata menunggu itu menyebalkan.

Menggerutu, Melodi memilih untuk menelepon Jovan.

"Bang, lo dah balik?" tanyanya.

"Hooh, kenapa emang? Jangan bilang lo sama temen lo mau mampir ke rumah gue!? Aduh gak dulu, deh! Mangga gue mau gue jual! Bukan buat ngasih makan anak orang!" Oceh Jovan dari baik telepon. Pemuda itu kelewat peka terhadap kelakuan sepupu juga teman sepupunya itu.

"Kagak! Gue dari tadi nungguin lo di gerbang kagak keluar-keluar, ternyata dah balik duluan! Emang anj-"

"Istighfar Bu Haji! Gue laporin Yangti mampus lo!"

Dapat Melodi dengar suara Jovan di balik sana tengah menahan tawa. Gadis itu berdecak sebal. Sekarang siapa yang akan menemaninya pulang? Terlebih ia kelewat gengsi bila harus menghubungi Heesa. Ia kan, sudah menolak tawaran kakaknya itu.

"Lagian kenapa lo gak balik minta jemput A Heesa, sih? Marahan lo?"

"Ogah gue. Males banget satu jok motor sama Aa. Dahlah, gue jalan kaki aja."

"Ok. Tiati." Telepon itu ia tutup sepihak.

༶┈⛧┈┈•☆♬♩♡♩♬☆┈⛧┈┈•༶

Melodi berjalan dengan hati-hati, sejujurnya ia merasa takut. Ia tak berani bercerita pada siapapun. Belakangan ini, setiap kali ia pulang dari sekolah ia selalu merasa ada yang mengikutinya dari belakang.

Melodi memilih untuk fokus berjalan, tak lagi memikirkan masalah itu.

Semakin Melodi tak menanggapi, semakin was-was juga dirinya. Ia tak nyaman. Semakin cepat langkah yang ia bawa, semakin terasa jelas pula orang yang mengikuti.

Melodi berlari sekuat yang ia bisa, jarak untuk sampai ke rumah masih cukup jauh. Siapa yang bisa ia mintai tolong?

Mari hadapi. Melodi berbalik arah, dengan pertahanan penuh. Gadis itu masih mengingat pelajaran bela diri yang diajarkan Heesa sewaktu ia masih duduk di bangku SMP. Mungkin akan berguna sekarang.

"MAJU LO SIALAN! BERANI-BERANINYA NGUNTIT GUE!" Pekiknya penuh berani.

Tak ada jawaban. Hanya ada sunyi. Karena takut, Melodi memejamkan matanya. Tapi karena tidak ada tanggapan gadis itu memberanikan diri untuk membuka kelopak matanya.

"LOH!?" Melodi menunjuk-nujuk sosok yang ada di hadapannya. "PANTES GUE PERHATIIN HARI INI LO GAK BAWA SEPEDA! JADI LO YANG SELAMA INI NGUNTIT GUE!" Tangannya masih menunjuk-nunjuk sosok di depannya.

"Sorry, ya! Kalo naksir tuh bilang, bukan nguntit!" Melodi melipat tangannya di dada.

Pemuda itu masih diam. Meneruskan jalan.

"Oy! Lo seriusan gak ngomong apa-apa!?" Melodi berbalik, mengikuti langkah pemuda itu. "Oy, Bisu! Gue masih marah sama lo!"

Jiwa. Ya, pemuda itu yang mengikuti Melodi sejak gadis itu meninggalkan gerbang sekolah.

Melodi Jiwa || Jay Park {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang