Rhythm 0.18

22 13 10
                                    

»»——✧༺♥༻✧——««

Azzam mendapati pesan dari Jiwa yang mengatakan berhasil menemukan Melodi, pemuda itu meminta Jiwa untuk mengiriminya lokasi mereka. Azzam bergegas pergi setelah Jiwa mengiriminya lokasi. Ini kali pertama bagi Azzam setelah bertahun-tahun tak lagi menyaksikan Melodi menangis. 

Pemuda itu juga punya kabar yang harus ia sampaikan pada Melodi. Setelah berlari yang cukup mambuat dirinya kewalahan, Azzam bisa melihat Melodi dan Jiwa yang duduk di kursi yang berbeda. Senyumannya terkembang kala mendapati Melodi baik-baik saja.

"Meli! Gue punya kabar baik!" Pekiknya sambil berlari mendekat. "A Heesa udah sadar, tuh! Yuk, balik!" Ajak Azzam semangat. 

Melodi menunduk, gadis itu tak segera bangkit dari duduknya. Meski perasaan lega datang padanya, tapi tidak dengan rasa bersalahnya. Perasaan bersalah itu tak bisa pergi.

"Meli! Ayo, dong! Buna juga nyariin lo, tau ...." Bujuk Azzam sambil mengambil tempat di samping Melodi. Pemuda itu mengelus punggung yang lebih muda. Menatap wajah yang tertunduk itu lembut. "Lo kenapa? Lo masih gak suka Aa?"

Melodi menggeleng cepat. Tentu tidak. Perasaan bencinya sudah hilang. Rasanya justru perasaan benci itu seharusnya tertuju untuknya. Bukan Heesa. "Gue ... gak mau nyakitin Aa." Satu dua ucapannya sedikit terputus oleh isak. Melodi menahan air matanya agar tak lagi tumpah.

"Lo gak nyakitin siapa-siapa, Meli ... percaya sama gue." Bujuk Azzam lagi. Usapan lembutnya tak berhenti, tangan satunya terangkat untuk menyelipkan rambut yang menghalanginya memandang wajah sepupu kesayangannya.

"Aa pasti benci sama gue, kan?" Ragu-ragu Melodi balas menatap Azzam. Hidungnya sudah memerah, pipinya sembab, matanya sedikit bengkak.

Sontak Azzam menggeleng. Pemuda itu memberikan senyumannya. "Aa gak pernah benci sama lo. Aa sayang sama lo."

»»——✧༺♥༻✧——««

Setalah banyak bujukan yang Azzam lakukan, akhirnya Melodi mau menemui Heesa. Gadis itu memasuki ruangan Heesa dengan wajah tertunduk. Ia tak berani menatap Heesa yang terbaring di hospital bed.

Tidak ada siapapun di dalam ruangan itu selain dirinya dan Heesa, Buna dan Baba memberi ruang untuk keduanya saling bicara. 

"Mel ...." Panggil Heesa dengan suara lemahnya, pemuda itu tersenyum. Perutnya tidak lagi terasa sakit. 

Melihat adiknya yang tertunduk, membuat kekehan kecilnya terlepas. "Mel khawatir sama Aa?" tanyanya dengan nada menggoda. Menyenangkan melihat adiknya merasa khawatir dengan keadaannya. "Aa gak kenapa-napa kok, kamu gak per---"

"APANYA YANG GAK KENAPA-NAPA!? AA SAKIT! " Melodi sontak tersulut mendapati respon Heesa yang justru terdengar bercanda.

"Kamu kenapa?" tanya Heesa terkejut dengan perubahan sikap adiknya.

"Aa tanya, 'kenapa?' Aa pikir emangnya Aa bisa masuk rumah sakit ini, kenapa!? Kenapa Aa bisa gak makan seharian kemarin? Aa bisa, kan, makan sendiri? Kenapa harus tungguin Mel! Mel bisa makan sendiri, A! Mel bukan anak kecil! Jangan cuman bisa ketawa terus senyum kayak gini! Maag Aa kambuh! Dan bisa aja makin parah! Gak usah tunggu Mel buat makan,  Mel bisa makan sendiri! Mel gak suka sikap Aa yang sok baik itu! Mel gak pernah suka!"

Heesa sontak dibuat tertawa. Ia tak menyangka Melodi mulai bisa mengomelinya dan banyak kata yang tertuju untuknya. Sayangnya, tawanya tak bertahan lama. Melihat Melodi yang justru mulai kembali terisak, membuat hatinya sedikit tersentil.

"Mel, coba duduk sini. Aa pengen deket sama Mel." Heesa menepuk ujung ranjangnya, meminta Melodi duduk di sana.

Melodi tak bicara, segera bergerak dan duduk di tempat yang sebelumnya di tepuk oleh Heesa.

Tangan Heesa bergerak untuk mengusap sisa air mata di wajah adiknya. Senyumannya terbit setelah Melodi balas menatap tatapannya. "Aa gak papa, Mel ...." katanya lembut.

"Mel benci Aa. Mel gak suka." kata gadis itu pelan.

Heesa mengelus punggung tangan adiknya, menyalurkan ketenangan. Pemuda itu suka cara Melodi memarahinya, ia menyukai Melodi yang mengkhawatirkannya. Seolah Melodi kecilnya kembali.

"Mel ... Mel tau gak, kalo cinta sama benci itu cuman boleh karena Allah? Jadi ucapan Mel yang tadi itu gak boleh. Kecuali Mel benci karena Aa maksiat. He-he." Heesa memandang wajah adiknya. Pemuda itu kembali mengulas senyum.

"Biar benci dan cintanya Mel ada imbalannya. Kan, kedengerannya sia-sia kalo tenaga Mel habis cuma buat benci atau cinta sama orang, buat alasan-alasan yang sepele atau bahkan gak berdasar."

Melodi dibuat bungkam. Bagaimana dengan dirinya? Mungkin selama ini perasaan bencinya juga tak berdasar, mungkin tenaga juga perasaannya terbuang sia-sia hanya karena membenci Bunda dan Heesa.

"Allah sayang sama, Mel gak? Mel kan nakal ... kata Bang Jopan, Mel gak akan masuk surga ...." Cicitnya sedikit takut.

Heesa tentu menggeleng. "Mel lupa, ya? Allah itu sayang sama hambanya ... Allah sayang banget sama Mel. Bentuk cinta Allah itu ampunan, ridho dan pahala. Allah maha pemaaf, jadi Mel gak perlu takut kalo sekarang Mel merasa berdosa. Omongan Jovan itu gak bener."

"Allah sayang sama Mel, selagi Mel nurut sama Allah. Allah gak mau Mel celaka, Mel terluka atau sakit. Allah itu baik banget sama kita. Biar Mel gak terluka, Allah udah siapin satu aturan yang bisa Mel pake. Biar usaha Mel gak sia-sia.  Biar rasa cape yang Mel dapet, ada pahalanya."

"Emang ada?" tanya Melodi, gadis itu sedikit tertarik dengan ucapan kakaknya.

"Ada dong! Agama, Mel. Islam gak cuma ngatur gimana hubungan kita sama Allah, ibadah itu gak cuma soal sholat, puasa atau zakat aja. Marah atau senengnya Mel bisa aja jadi ibadah, kalo itu semua Mel lakuin karena Allah."

"Misalnya, Mel berusaha buat Bunda sama Ayah seneng dengan apa yang Mel lakuin, dan Mel berusaha buat Bunda dan Ayah seneng karena pengen Allah ridho sama Mel. Itu berpahala, loh!"

»»——✧༺♥༻✧——««

Al-Azhari berkata, "Arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya."

Sedangkan arti cinta Allah kepada hamba-Nya adalah ampunan, ridha dan pahala.

firman Allah:

(يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ )

Niscaya Allah akan mencintaimu dan memberikan ampunan kepadamu. (TQS. Ali 'Imrân [3]: 31).

Maksudnya, pasti Allah akan ridha kepadamu. Al-Azhari berkata. "Cinta Allah kepada hamba-Nya adalah memberikan kenikmatan kepadanya dengan memberi ampunan." Allah berfirman:

(فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ)

Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (TAS.Ali 'Imran [3]: 32).

»»——✧༺♥༻✧——««

-Deen Light
-18, 9, 24

Melodi Jiwa || Jay Park {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang