002.

107 10 0
                                    

Verdi mengantar Arumi hingga tiba di depan unit Apartemen. Ia menekan bel intercom lalu undur diri karena tak mau mengganggu diskusi antara dirinya dan Nugie.

Clik!

Arumi tersentak kaget ketika pintu terbuka dari dalam. Jantungnya berdebar kencang hingga akhirnya sosok pria bernama Nugie itu muncul dari balik pintu. Benar rupanya, Ia pria yang pertama kali 'menyambut' Arumi ketika sadar. Nugie terlihat cukup santai dengan kaus putih panjang kebesaran dan celana training. Orang kaya ini tak seperti bayangannya yang selalu memakai pakaian necis dimanapun.

"Oh? Udah sampai? Masuk-" ujar Nugie dengan suara beratnya yang khas. Ia membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Arumi untuk masuk sambil membantu membawakan tas wanita itu.

"Sorry kalo hari ini?" nggak terlihat formal...It's weekend. Aku cuma mau santai," ujarnya seolah bisa membaca pikiran Arumi. Pria itu memiliki sepasang mata kecil namun tajam, sekilas menyerupai seekor rubah. Kulitnya kuning langsat dengan rambut hitam legam sebatas tengkuk dan sepasang kacamata minus ber-frame tipis menghiasi mata indahnya.

"Nggak apa-apa..." balas Arumi melihat-lihat isi apartemen tipe studio yang sudah didesain dengan konsep semi-industrial. Apartemen itu rasanya cukup besar untuknya tinggal sendiri. "A-Aku bakal tinggal di sini?"

"Eum."

"Tapi ini-ini terlalu besar-"

"Sengaja," ucap Nugie beranjak ke dapur dan membuka kulkas lalu mengambil dua kaleng minuman. "Karena nggak cuma kamu aja yang bakal tinggal di sini," sambungnya membuka salah satu kaleng dan menyerahkannya pada Arumi sebelum Ia membuka kalengnya sendiri lalu duduk di sofa.

Arumi mengikutinya dengan canggung dan duduk di samping dengan jarak yang cukup jauh dengan Nugie. "Kamu bakal tinggal di sini juga?"

"Ya. Kalau mau santai dan nggak ada urusan kerjaan."

"Apa itu artinya kamu punya tempat tinggal lain selain ini?" ucap Arumi menatap Nugie yang sedang menenggak minumannya. Ia melihat cincin di jari manis tangan kiri pria itu.

"Eum...biasanya aku tinggal sama kakekku. Tapi beliau meninggal sebulan yang lalu."

"Ah...maaf...orang tua-"

"I don't have parents anymore. Orang tuaku cerai ketika aku 5 tahun. Ayahku selingkuh, Ibuku stress sampai sakit dan akhirnya meninggal. Kakek yang rawat aku dari kecil."

"Maaf..."

"It's fine! Since We'll get married, It's normal to get to know each other," ujar pria itu. "Verdi pasti udah jelasin banyak hal ke kamu selama di jalan tadi."

"Ya. Tapi aku masih nggak paham...Verdi bilang kamu ngelamar aku ketika aku koma? Dan kita nggak pacaran sebelumnya? Aku tahu aku amnesia, tapi kamu sama sekali nggak men-trigger apapun. Aku nggak ada memori tentang kamu sedikitpun."

"Betul dan itu wajar karena memang kita nggak saling kenal sebelumnya," ujar Nugie tenang seolah sudah bisa menebak reaksi Arumi.

"Huh??"

"Sebentar..." Nugie bangkit dari sofa dan masuk ke dalam kamarnya. Ia lalu keluar lagi dengan membawa map di tangannya lalu membongkarnya di depan Arumi. Dokumen itu berisi foto candid dan biodata serta catatan terkait wanita itu.

"Kalea-ini siapa?"

"She was my real fiancee."

"Ya?? Kamu mau nikahin dua orang sekaligus?!"

"I said 'was', Dulu...sebelum kamu."

"Ah...sorry..."

"Singkatnya, Mendiang kakek sempet jodohin aku sama dia karena dia adalah cucu dari sahabat kakek. Aku terpaksa setuju karena kalau aku menolak, Perusahaan Kakek akan jatuh ke tangan wanita ini."

Marriage ReversalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang