011. 💋

63 8 0
                                    

Nugie membuka kedua matanya. Ia merasa tidurnya cukup nyenyak semalam. Ia terbangun lalu menyadari jika Ia tertidur di sofa semalam. Sebuah selimut menutupi punggungnya dan Ia tahu benar siapa yang melakukan itu.

Nugie pun terbangun dan bergegas menuju kulkas untuk mengambil air minum. "Kamu udah bangun?" Suara lembut itu menyapanya ketika sedang menenggak air dingin dalam botol. Arumi muncul dengan celemek di tubuhnya dan Ia teringat bagaimana wanita itu memijatnya semalam. Sesuatu dalam dirinya membara meski Ia baru saja menenggak sebotol air dingin yang ternyata tak mampu meredakan gejolak dalam dirinya.

"Ah, itu koyonya udah–" ujar Arumi tertawa renyah. Ia menjulurkan tangannya mencoba melepas koyo di pundak Nugie namun entah apa yang merasuki pria itu hingga Ia refleks menahan tangan wanita itu. "A-Aku cuma mau–Woah!" Arumi terkejut ketika tiba-tiba Nugie menariknya mendekat lalu mendudukkannya di konter dapur dan pria itu menciumnya dengan terburu-buru.

"Nu?" Nugie merasakan tepukan di pundaknya berkali-kali. Namun gejolak pagi hari mengambil alih tubuhnya hingga Ia tak peduli namun tepukan itu terus Ia rasakan.

"NUGIE!"

"Hah?!" Nugie terbangun dan mendapati Arumi berjongkok di sampingnya.

"A-Are you okay?" ucap Arumi ketika melihat Nugie terengah-engah seperti baru mengalami mimpi buruk dalam tidurnya. "Kamu nggak ke kantor? Ini udah jam 7 loh? Tadi Verdi telepon katanya dia mau ke kantor kamu hari ini karena ada yang mau diomongin."

"I-I will! A-Aku mau siap-siap dulu..." ucap Nugie terbata-bata. Jantungnya berdegup kencang karena mimpi yang baru Ia lewati tadi.

"Biar aku beresin selimut–"

"AH JANGAN!" seru Nugie panik mempertahankan selimut yang menutupi tubuhnya.

"M-Maksud aku...biar kamu siap-siap, Aku yang beresin–"

"I–I'M FINE! A-Aku yang bakal beresin sendiri."

Arumi menatap Nugie bingung. "O-Oke...Aku bakal siapin bekal kamu kalo gitu," ucap wanita itu bingung sebelum meninggalkan Nugie dan kembali ke dapur.

"Haish–sial–" rutuk Nugie membenamkan wajahnya pada sofa. Bagian bawah tubuhnya merasa aneh dan Ia tahu benar apa yang sedang dilaluinya dan Ia tak mau Arumi melihatnya. Sebuah gejolak yang sudah lama tak Ia rasakan. "Haish...stop it, gue harus ngantor–" rutuknya sambil mengepalkan tangan karena Ia merasa sulit untuk bergerak.

"Nug? Kamu nggak apa-apa?"

"Y-YA! A-AKU SIAP-SIAP SEKARANG!" seru Nugie lekas terbangun dan membungkus tubuhnya sendiri dengan selimut lalu bergegas menuju kamarnya.

"Dia kenapa? Kenapa jalannya aneh gitu?" ucap Arumi bingung.

Nugie berjalan terburu-buru dari lift menuju ruang kerjanya guna menghindari tatapan orang-orang yang sesekali lewat menertawakannya. Ia meletakkan bawaannya dan duduk di kursi kerja lalu memejamkan mata dan menghela nafas lega.

Sesaat kemudian, Ia membuka mata dan menatap tas bekal menggemaskan yang kini tergeletak di atas meja kerjanya. Nugie tak menyangka jika bekal makannya akan dimasukkan ke dalam tas semenggemaskan ini yang menurutnya tak cocok dengan imej dirinya yang 'dingin'.

Nugie membuka tas tersebut dan terdapat dua kotak bekal di sana. Ia tak sempat sarapan karena bangun kesiangan. Bekal yang dibawakan Arumi bukanlah sebuah masakan luar biasa, cenderung masakan yang mudah dibuat. Namun ia menatanya dengan apik dan rapi sehingga terlihat memikat.

Marriage ReversalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang