Libur musim dingin.
Tidak banyak hal yang bisa Claudette lakukan, satu-satunya hal yang menurutnya menyenangkan hanyalah ketika ia duduk melamun di depan perapian setelah seharian menjaga hewan ternak dengan penuh kebosanan.
Claudette membawa kayu bakar dalam dekapannya sepanjang perjalanan pulang dari kediaman Margaret, sebelah alisnya lalu terangkat begitu melihat asap tebal yang berasal dari kediaman keluarga Serena membumbung tinggi memenuhi langit sore bulan Januari yang dingin. Claudette menjatuhkan kayu bawaanya dengan asal hingga berhamburan di atas jalan yang tertutup salju, ia berlari dan beberapa kali nyaris terjatuh akibat jalanan yang licin.
Serena keluar dari dalam rumah bertingkat tersebut sembari membawa beberapa barang.
"Dimana orang tuamu? Kita harus meminta bantuan orang dewasa." Claudette menyusul Serena masuk ke dalam rumah, ia bicara sembari membantu Serena menyelamatkan barang-barang berharga kepunyaannya.
Serena menepis tangan Claudette. "Pergi, jangan mengangguku." ujarnya ketus.
"Kau sungguh bersikap begini disaat kita berdua bisa saja mati terbakar di dalam rumah ini?" Claudette meraih barang-barang di sekitarnya dan menarik paksa Serena keluar dari dalam rumah itu.
Serena jatuh tersunggur di atas lantai ketika mereka berlari akibat pandangannya yang terganggu oleh asap tebal, ia segera bangkit dan memunguti persiasannya yang jatuh terpencar di antara api yang mulai memenuhi lantai.
Claudette berbalik dan segera melakukan hal yang sama, Serena yang keras kepala tidak akan menendengarkan Cladette sekalipun anak perempuan itu memohon agar Serena meninggalkan perhiasannya dan pergi menyelamatkan diri.
"Serena, tidak ada waktu lagi."
"Aku tidak sanggup berlari lagi." Serena melihat kakinya yang terkena api dengan sedih. "Cepat pergi dari sini, Claudette." Imbuhnya sembari mendorong tubuh Claudette menjauh, tatapan matanya berubah tulus.
"Aku masih sanggup merangkulmu hingga pintu utama jika kau mau mendengarkanku."
Claudette meraih tangan Serena dan menaruhnya ke atas pundaknya, kedua anak perempuan itu berjalan dengan tertatih-tatih.
Tuan Barry, pria dengan perut besar yang tinggal di persimpangan jalan datang bersama beberapa warga ketika Claudette berhasil membawa Serena keluar. Ia menjatuhkan tubuh anak itu dan segera duduk di sebelahnya sementara orang-oramg dewasa yang terus berdatangan sibuk memadamkan api.
Serena memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana, suara isak tangisnya lalu perlahan terdengar. Serena yang jahat dan ditakuti anak-anak perempuan di dalam kelas unuk pertama kalinya terlihat begitu berbeda.
"Setidaknya kau baik-baik saja."
"Ibu dan ayahku, mereka pasti akan memarahiku setelah ini."
"Semua yang terjadi hari ini diluar kendalimu. Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri." Claudette bicara sembari memandang kerumunan manusia di depannya dan ada satu orang yang sangat ia kenali.
George Chester.
George terlihat panik, ia memecah kerumunan sembari membawa pita rambut Claudette yang sepertinya terjatuh ketika ia berlari. Claudette pergi menghampi anak laki-laki itu. Ia meraih ujung pita merahnya hingga George berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.
"Aku baik-baik saja." Claudette memandangi George. "Kenapa kau terlihat begitu panik?"
"Kenapa kau rela membahayakan dirimu untuk anak yang selalu merudungmu di kelas?"
"Kenapa kau marah?"
"Ia bahkan tidak menganggapmu sebagai seorang teman jadi bagaimana bisa kau belari masuk ke dalam rumah itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
the lost boy / lee haechan
FanfictionGeorge Chester adalah kerabat jauh pemilik rumah tempat Claudette menerima pekerjaan sebagai pengurus hewan ternak. Usia George baru 13 tahun saat itu, ia datang dari kota. Ia angkuh dan ia benci Claudette-anak ringkih yang ditugaskan untuk membant...