12. to my first

8 1 0
                                    

Kelompok merajut.

Claudette memandangi keranjang berisi tumpukan benang di atas meja. Ia berada di kelompok yang sama dengan Josephine dan Serena yang terus mendengus tidak suka.

"Ada anak laki-laki yang kau sukai?" Josephine bertanya sembari mengambil satu benang berwarna biru.

"Tidak ada." Serena menjatuhkan kepalanya ke atas meja. "Aku benci kelas merajut." ujarnya.

"Kau akan menyimpan hasil rajutanmu untuk dirimu sendiri?" Josephine kembali bertanya.

Claudette mendengarkan pembicaraan kedua anak perempuan itu, ia ikut bingung memikirkan harus memberikan hasil rajutannya pada siapa, barangkali ia akan memberikannya pada Margaret atau Josephine juga kedengarannya tidak terlalu buruk.

"Entahlah." lirih Serena. "Satu-satunya anak laki-laki yang punya senyum bagus di kelas ini hanya Philip, tapi anak itu tergila-gila pada Irina. Hidup ini hanya berputar-putar pada anak perempuan yang cantik dan manis, sungguh tidak adil." imbuhnya sembari mengangkat wajahnya yang tertutup helaian anak rambutnya.

"Ketika kau berada di tengah-tengah perang dan nyaris sekarat, siapa orang yang kau inginkan berada di sebelahmu?"

"Pertanyaan konyol apa itu?" Serena terkekeh sembari mengambil dua jarum berkait.

"Pikirkan saja dan berikan hasil rajutanmu untuk orang itu." ujar Josepine kesal.

Seseorang yang kau inginkan berada di sebelahmu ketika kau nyaris sekarat?

Ada satu orang yang Claudette pikirkan ketika mendengar pertanyaan tersebut.

George Chester, Claudette memikirkan nama itu.

Kedua anak perempuan itu lalu sibuk membicarakan tentang banyak hal. Serena menceritakan tentang ibunya yang terus menyuruhnya melakukan ini itu saat membuat kue natal, ia banyak mengeluh.

"Aku ingin gaun dengan banyak renda sebagai hadiah natal kali ini." ujar Serena, ia lalu menendang pelan kaki Claudette yang duduk di seberangnya. "Hei, permen tongkat. Kenapa kau diam saja?"

Claudette melirik Serena sekilas dan kembali melanjutkan rajutannya. "Dasar penyihir." gumamnya.

Josephine tertawa canggung untuk mencegah kedua anak perempuan itu tertarik ke dalam kekacauan lagi. "Kenapa kalian tidak mencoba untuk akur?" tanyanya.

Serena memutar kedua bola matanya. "Kau menyuruhku akur dengan si angkuh ini? Yang benar saja." ujarnya.

Jospehine menghela napas, Serena dan Claudette, mereka sama keras kepalanya.

Claudette membawa sepasang sarung tangan hasil rajutannya ketika kelas berakhir. Ia ingin memberikan sarung tangan tersebut pada George sebagai ucapan terima kasih karena anak laki-laki itu sudah mau menggendongnya hari itu tapi ia urung melakukannya begitu melihat banyak anak perempuan yang menghampiri George untuk memberikan rajutan mereka.

"Aku bisa berterima kasih lain kali ketika ia senggang." gumamnya sembari menyimpan kembali sapu tangan tersebut.

Hari itu adalah hari yang sibuk.

Setelah kelas merajut yang melelahkan Claudette harus ikut menghias aula untuk penampilan drama natal mereka yang akan ditampilkan besok malam seperti yang sudah diarahkan oleh Griselda. Para anak laki-laki pergi menebang pohon pinus sementara anak-anak perempuan menyiapkan hiasan untuk pohon tersebut sembari menyanyikan lagu natal.

"Sudah tahu siapa yang akan kau beri hasil rajutanmu?" tanya Josephine. "

"Aku belum memikirkannya." balas Claudette, George pasti sudah mendapat banyak hadiah rajutan hari ini. "Kau mau?"

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang