11. miracles in december

12 1 0
                                    

"Kenapa di luar berisik sekali?" Ellios melihat keluar jendela kelas. "Sepertinya itu Claudette." imbuhnya sembari melirik George yang sedang membaca buku.

"Belakang gaunnya penuh darah, apakah ia mengalami datang bulan pertamanya." Eliios kembali bicara.

George menutup bukunya. "Apa itu datang bulan?" tanyanya, sebelah alisnya terangkat.

"Itu sesuatu yang dialami anak perempuan setiap bulannya, sesuatu yang menandakan kalau mereka bukan anak-anak lagi. Josephine juga melangaminya. Katanya rasanya sangat sakit dan ia selalu berubah menjadi lebih perasa dan pemarah setiap kali mengalami hal tersebut. Hei, kau mau kemana?!" teriak Ellios saat George pergi meninggalkan kelas.

Geroge berlari ke tengah-tengah lapangan dan mendorong pundak seorang anak laki-laki yang memegang ujung rambut Claudette. "Apa yang kalian lihat? Cepat pergi." Ujarnya.

"Kau baik-baik saja?" George mengguncang pundak Claudette, wajahnya pucat pasi. "Katakan sesuatu, Claudette." desaknya lagi karena anak perempuan itu hanya menatapnya dengan mata sayunya yang memerah.

"Pulang. Aku mau pulang."

George mengangguk. "Ayo kita pulang ke rumah." Ujarnya sembari melapisi tubuh Claudette dengan mantel besarnya.

George berjalan lambat di sebelah Claudette yang beberapa kali nyaris terjatuh. Salju turun semakin banyak dan George merasa malu kalau harus menawarkan diri untuk menggendong anak perempuan itu di punggungnya.

"Kenapa?" tanya George saat Claudette berhenti berjalan dan berjongkok di tepi jalan.

"Pakai ini, udaranya dingin." Ia melepaskan mantel yang George pinjamkan. "Aku akan berjalan dengan perlahan. Kau bisa membeku jika berjalan bersamaku."

"Kau bahkan tidak bisa bediri dengan benar." George ikut berjongkok di depan anak perempuan itu. "Cepat naik, aku tidak menawarkan kesempatan ini dua kali jadi jangan menolakku." imbuhnya.

"Maaf." lirih Claudette sembari melinggarkan lengannya pada leher George.

"Maaf untuk apa?"

"Kau jadi kerepotan karenaku."

"Kalau kau cukup tahu diri kau harus membayarku setelah ini." George membalas sembari membenarkan posisi anak perempuan itu.

Claudette terus memejamkan matanya sepanjang perjalanan, kepalanya pusing dan adegan di mana ibunya nyaris membunuhnya hari itu terus berputar secara acak hingga membuat air mata yang sedari tadi ia tahan mulai membasahi pipinya yang panas.

"Apa rasanya sakit sekali?" George mengigit bibir bawahnya setelah bertanya, ia melirik Claudette yang berada di belakang punggungnya menggunakan ekor matanya. Ia gugup, sebelah pipi Claudette yang panas dan basah terus menyentuh permukaan kulit wajahnya. Siang itu George sedikit kesusahan karena jalanan yang menjadi licin akibat tertutup salju tebal.

Claudette mengeratkan pegangannya. "Aku masih bisa menahannya." ujarnya, suaranya pelan dan serak.

George menghembuskan napas dan kembali membenarkan posisi Claudette. Satu-satunya hal yang George pikirkan hanyalah bagaimana cara paling cepat untuk kembali ke rumah Margaret di tengah hujan salju tersebut.

Siang itu Margaret menjatuhkan sekop saljunya ketika melihat George kembali ke rumah lebih awal sembari menggendong Claudette di punggunggnya. George menjelaskan apa yang terjadi dan datang bulan yang Ellios katakan padanya siang ini. Margaret menepuk pundak George sembari berkata kalau Claudette akan baik-baik saja sebelum membawa Claudette ke dalam kamarnya. Wanita itu juga mengingatkan George untuk mengganti pakaiannya yang basah sebelum ia kembali sakit akibat suhu udara yang buruk seperti beberapa waktu lalu.

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang