15. ME, YOU, AND THE RAIN

75 4 3
                                    

SEPERTI BIASA CANNY🤎 JANGAN LUPA VOTE & KOMEN YA? DAN JUGA JANGAN BOSEN-BOSEN BACA CERITA INI YA?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEPERTI BIASA CANNY🤎 JANGAN LUPA VOTE & KOMEN YA? DAN JUGA JANGAN BOSEN-BOSEN BACA CERITA INI YA?

SEMOGA BETAH SAMPAI CERITA INI TAMAT🤎

THANK YOU! SUDAH MEMBACA, MEMBERIKAN SUARA, DAN MERAMAIKAN KOMENTARNYA!

RAMEINNN🤎 SEMOGA SUKA

SELAMAT MEMBACA

Galvio dengan semua rahasianya



"Ada orang yang menghindari hujan karna takut sakit, dan ada juga orang menghampiri hujan hanya untuk menghilangkan rasa sakit."

Sraaash...

Di malam yang diam, hujan turun perlahan membasahi pasir kering pantai malam, hujan memberi kesegaran baru pada alam. Perak-perak jatuh dari langit biru gelap. Garis-garis halus memeluk bumi, Menciptakan tarian air yang lembut. Rintik hujan, seruling malam yang sepi.

Mengukir lukisan di langit yang luas.
Gemuruh pelan mengiringi hujan yang turun,
Seolah-olah alam membacakan puisi suci.

Jalanan sepi, namun penuh dengan cerita.
Di bawah hujan, dunia terasa begitu aesthetic.
Dalam kesunyian malam, hujan pun berbicara.
Menyirami bumi dengan rahasia alam. Puisi tercipta di setiap tetesnya, mengundang hati untuk meresapi keindahan. Hujan. Peluklah dunia dengan pesona,
rona warna-warni menyapa indahnya malam. Suara rintikan hujan lalu diiringi dengan suara deburan ombak pantai malam ini.

Dengan spontan Galang hendak menarik tangan Vio, namun sang empu menahan itu. "Kenapa?" tanya Galang.

"Gue udah bilang, gue masih mau di sini! Lo kalo mau neduh, neduh aja di sana!" tegas Vio menunjuk salah satu pohon yang bisa ditempati untuk meneduh, tak jauh dari sana.

"Jika memang hujan itu masalah buat lo, mestinya lo menghadapinya langsung, bukan malah menghindarinya dengan memakai payung ataupun neduh. Lo nggak menikmati hidup jika terus lari dari masalah." Ungkap Vio menatap teduh mata Galang.

Galang tertegun lalu dengan perlahan melepaskan cekalan Vio dari tangannya.

Tak lama dari itu Galang masih berdiri di tempatnya. Menatap hujan menadah air yang telah deras turun. Hembusan angin yang semakin dingin seolah menemani hujan yang tak punya teman.

Vio pun berlari seraya menikmati derasnya hujan di malam sunyi ini, ia menyukai berlarian di bawah rintik-rintik itu. Rintik-rintik yang mampu menutupi air matanya. Derasnya rintik hujan dan gemuruh petir tak ia pedulikan, tapi waktu disela-sela Vio berlari dan menikmati hujan. Ia hendak membalikkan tubuhnya untuk melihat apakah lelaki itu sudah pergi untuk meneduh atau dia masih di sana.

ARGANTARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang