6. Heart Attack

212 26 18
                                    

Bella mengikuti Bintang pulang dengan malu-malu, di tersenyum dengan tangan yang mengayun di genggaman Bintang. Perhatiannya terus mengarah pada Bintang yang fokus ke jalan menuju rumahnya, katanya dia akan diantarkan pulang oleh supir keluarga. Pulang sendiri takutnya bertemu lagi dengan laki-laki brengsek tadi, tapi Bella terkesan karena sampai sekarang genggamannya masih belum terlepas dari pergelangan gadis berkulit susu itu.

Kalau dipikir-pikir apa alasan Bella bisa suka dengan anak aneh yang selalu membawa gitar ke kampus? Apa yang bisa dia sukai dari seseorang yang sakit? Bahkan Bella memberikan lebih banyak waktu untuk memikirkan tentang keadaan Bintang. Seharusnya dia tidak menyukai seseorang yang mengubur bom waktu dalam dirinya, seharusnya dia jatuh cinta dengan seseorang yang mengerti tentang ilmu pengetahuan dan juga berpotensi hidup lama, tapi dia jatuh untuk Bintang Admadja.

"Bintang, kira-kira lo tahu nggak kenapa cowok bisa suka sama cewek? Ini lagi kerjain survey buat paper gue, biar bisa lulus cepat!" Alasan saja, Bella hanya ingin memantaskan diri.

"Cantik." Singkat, padat, cantik.

Bella merasa dirinya cantik, semua orang juga tahu Bella itu cantik, tapi dia tidak yakin apakah Bintang menganggapnya cantik juga.

"Cantik itu cewek yang gimana?" tanya Bella.

"Janika Sahara." Bella mengangguk, sekarang dia punya gambaran cantik itu seperti.

"WOY!" Mereka berdua berbalik badan, anak yang barusan terkapar karena ditendang Bintang sekarang membawa banyak kawan.

"Lari! Lari Bintang!" Meski mungkin Bintang bisa melawan, tapi dia tidak suka pertikaian.

Sepertinya dipukuli sampai biru akan lebih ringan sakitnya dibanding harus berlari, ia tidak boleh melakukan itu sejak dia bisa berlari.

"Yatim nyusul bapak lo aja!" Bintang memang rindu ayah, tapi perkataan ini menyakitkan dan mereka pun terlibat perkelahian.

Bella berteriak memohon agar mereka dapat dihentikan, beberapa orang dewasa kemudian memisahkan antara Bintang mau pun anak-anak itu. Bintang memang hanya memar di beberapa bagian, karena bisa dibilang anak itu menguasai pertandingan. Ada gigi yang lepas dari gusinya karena pukulan Bintang, ada juga yang bahkan sampai terjatuh di atas rerumputan, tapi Bintang merasa kehilangan tenaganya.

Dia melemas dalam tarikan orang dewasa yang memisahkan mereka.

"Bintang! Pak, tolong dia punya penyakit jantung."

***

Bintang sebenarnya ingin terlihat keren di mata Bella, justru lagi-lagi dia tidak bisa mengendalikan penyakitnya sendiri. Dia malah terkapar di rumah sakit sambil terus berusaha hidup seperti biasa.

Menunggu obat bekerja adalah hal yang paling membuat Bintang muak untuk didengar, sekarang meski pun masker oksigen membantunya untuk bernapas, tapi ada rasa sakit dari dalam dadanya.

Sambil menunggu orang tua Bintang datang, Bella menggantikan tugas untuk menjaga Bintang sampai Ibunya datang. Tangan dingin Bintang dibawa ke dalam genggaman Bella, dia mengeluarkan kutek berwarna hitam dari tas, lalu mengoleskan cat hitam itu ke kuku Bintang.

Pemuda itu tersenyum, mengingat Janika pernah melakukan ini untuknya. Mungkin semua orang akan melakukan ini, karena tangan Bintang yang biru.

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang