18. Supernova

136 22 63
                                    

Supernova adalah ledakan besar yang terjadi ketika bintang super raksasa runtuh secara tiba-tiba di akhir hidupnya.

***

Karena jasad Bella tidak ditemukan, penghormatan terakhir Bella hanya ditandai dengan nisan tanpa gundukan tanah. Tidak ada apa pun di dalam sana.
Anak berkulit pasi itu berdiri lalu berlutut di depan nisan, sejuta kalimat hanya tertahan dalam tenggorokan. Dia hanya seperti seseorang yang telah lelah di sana, mengelus nisan tanpa sepatah kata.

Sesaat setelah air matanya jatuh, dia meringis. Hatinya sakit bersamaan dengan sesuatu yang rusak di dalam dadanya, cengkraman Bintang pada nisan kayu itu semakin erat.

Bintang kemudian tersenyum, meski pun air matanya jatuh dan luruh. Hadiah kecil yang dipersiapkan Bintang diletakkan di atas tanah hijau di samping rumah Bella yang digunakan sebagai tempat nisan itu tertancap.
Kemarin ia pernah terjatuh di sini waktu berusaha naik ke lantai dua, tidak menyangka akan menjadi tempat terjatuhnya untuk yang kedua.

"I can't imagine how sick you are!" Bintang mengelus bunga-bunga yang ada di atas rerumputan. Mungkin ditabur oleh orang-orang sebelum dia, berita ini sudah meledak seperti supernova di semesta, tapi ia paling terlambat.

"Maaf, maaf karena kita berjarak sebelum berpisah. Aku janji, setelah kita berdua benar-benar menjadi bintang di angkasa, aku nggak akan pernah membiarkanmu redup." Bintang memegang nisan itu erat-erat. Meletakkan kepalanya tepat di atas nisan lalu menangis lagi, seolah-olah ia sedang menyatukan kepalanya dengan kepala Bella, menuang semua air mata sampai tandas.

"Bin?" Suara Ricky menginterupsi, sepertinya Bintang tidak ingin diganggu. Ini adalah peluapan rindu yang menggebu.

Semenit, dua menit, tiga menit. Bintang masih di posisi yang sama, tidak ada tangis lagi. Punggung anak itu terlihat tenang, bahkan bisa dibilang terlalu tenang.

"Bintang?" Ricky mendekat, menyentuh punggung Bintang halus. Namun, Bintang hanya bergeming.

"Bin!" Ricky mengguncang punggung berlapis jas hitam itu lalu hal yang membuat orang-orang terperangah hebat adalah Bintang yang kemudian jatuh tak terkendali.

Apakah dia hanya pingsan seperti biasanya? Tidak, dia terlihat tidak bernapas.

***

Galaksi di luar sana tetap berwarna hitam, tidak peduli seberapa banyak batu-batu berkilauan bernama bintang menyala.

"Kamu percaya keajaiban?" Sayup, terdengar suara berbincang dari telinga yang dingin.

"Selama kamu percaya Tuhan, keajaiban itu ada," jawab suara yang tak kalah samar dari sebelumnya. Ia yakin itu Bahasa Indonesia, tapi secara tiba-tiba ia tak mengerti maksudnya.

Matanya terasa lengket, mungkin ini adalah hal yang selalu dirasakan Bintang saat sakit lalu berakhir harus tak sadarkan diri selama berhari-hari. Bella dapat merasakannya, ia membuka mata dengan berlahan.

Selama menutup mata ia hanya merasa melayang di angkasa, lebih tinggi dibanding langit yang biasa dia pandang dengan mata telanjang.
Seperti galaksi yang punya berbagai rasi, dia tiba-tiba menangis karena dalam mimpinya ia melihat ledakan besar di bintang kecil yang berkerling membuatnya jatuh cinta.

Bintang favoritnya meledak lalu menjadi asteroid kecil yang terlihat seperti debu.

"Keajaiban adalah milikmu gadis kecil, kamu tidak punya luka serius meski jatuh dan hilang berhari-hari."

Bella merasa tubuhnya sakit, mungkin karena beberapa bagian tubuhnya patah. Itu luka kecil untuk ukuran jatuh dari langit, ini semua terbilang ajaib.

Dia tidak tahu persis bagaimana caranya untuk selamat, dia hanya terus berusaha berpegangan pada apa yang tersisa dan mengapung ke air. Menatap bintang di langit sambil merasa pasrah, dan berakhir seperti ini.

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang