20. Brighters Star

109 14 3
                                    

"Bella sayang bangun, kita sudah sampai." Bulu mata indah itu terbuka, senyum indah Bintang menyambut segera. Gadis berambut sepunggung itu lantas bangkit dari tidurnya yang terasa begitu lama, sekelilingnya adalah tempat yang indah.

Rerumputan panjang yang diterpa oleh angin musim panas, seiras dengan laju angin yang menerbangkan rambut coklat miliknya. Bunga-bunga kecil tampak nyata tumbuh di antata mereka, kemudian Bella menatap seseorang di sampingnya. Tersenyum seperti sewaktu hidup, Bella tersenyum lega saat melihat bibir Bintang sudah tidak terluka lagi, ronanya nyata, wajah kekasihnya ternyata berkali lipat lebih tampan jika dia saja dia sehat.

"Bagaimana rasanya tinggal di sini?" tanya Bella. Mereka sama-sama memandang bukit di depan mereka, indah dan tenang, bahkan musim panas kali ini terasa hangat dan sejuk berkat pohon-pohon besar di sekeliling tempat ini.

"Sama baiknya dengan saat aku bersamamu, Bella."

"Kamu sudah tidak sakit lagi, ya?" Mata Bella berkaca-kaca, sembuh itu indah, impian Bintang sejak usia dini, terwujud hanya setelah tubuhnya mati.

"Ya, aku sudah sembuh. Bukannya kamu senang?" tanya Bintang, gadisnya itu menunduk lalu menangis. Pelukan Bintang ditepis, Bella memukul bahu Bintang.

"Kamu nggak mau effort menahan sakit lebih lama, demi aku, demi mama kamu. Kita juga pasti usaha, kok buat sembuhin kamu. Kenapa buru-buru?" tanya Bella, ia kesal. Setelah sekian lama Bintang tidak pernah hadir di mimpi, setelah sekian lama langit malam terlihat sepi, Bintang ada hari ini.

"Aku mau, tapi begitulah usia." Bintang menghempas tubuhnya ke rerumputan, memandangi matahari yang bersinar menutupi sinar bintang kecil di langit.

"Aku pernah nyalahin ayahku juga, dia payah karena harus mati dulu. Lalu tidak bisa menahan rasa sakitnya dulu, tidak bisa apa-apa selain memberikan luka bagi yang masih hidup."

Bintang membawa Bella berbaring berbantalkan bahunya.

"Sekarang aku tahu, hidup itu lebih mudah dibanding mati. Meski tidak sakit lagi, meski disediakan tempat seindah ini. Tapi, orang-orang yang masih hidup bisa datang ke makam melepas rindu. Bisa memaki kita karena tidak mampu, bisa pergi kemana pun, masih punya waktu untuk."

Bintang memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Bella yang tetap cantik meski sembab, tatapannya lembut dan penuh cinta.

"Sedangkan yang mati, tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal aku juga rindu, padahal aku juga cemburu kalau kamu lagi deket-deket cowok lain. Padahal aku juga pengen ketemu, tapi aku nggak bisa apa-apa."

"Mati memang pilihan yang buruk, tolong jangan mati."

"Aku juga ingin hidup kembali, Bella."

***

Hello guyssss, aku ada rencana untuk mengabadikan Bintang sebagai buku karena itu adalah love languageku untuk Jay.

Apa yang beda?

1. Fanservice lebih banyak, minim plot hole. Biasanya sick scene itu hole banget, nggak ada gunanya ditambahin selain buat pemanis. Tapi diusahakan setiap fanservice punya fungsinya masing-masing.

2. Hidup Bintang lebih lama, tapi nggak janji bakal hidup. (Haruskah aku tambahin Male death di bio?)

3. Akan lebih banyak momen Bintang dan Bella, di Orion.

5. Ada hikmahnya yang bisa dipake sebagai tuntunan hidup.

6. Bonus PC Jay ekslusif dari aku, unoff yah

7. Merch serba Jeyyie

8. Harga sedekah

🥰 Yang beli bukunya bebas rikues genre apa aja 🫢💅

Kalo yang beli banyak aku anuin 🤏give away apa gitu hehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang