12. Youth

134 19 27
                                    

Bintang berkaca, merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Beberapa kali anak itu bergaya, lalu berakhir dengan memuji ketampanannya sendiri. Perhatiannya tersita oleh benda-benda di atas meja kacanya, tentu sebagai penderita penyakit jantung yang bahkan tidak akan pernah sembuh meski menjalani operasi mayor berkali-kali, dia akan meminum obat.

Kemudian Bella membelikannya lipbalm tempo hari, bibirnya itu memang seperti benda indah yang gagal. Jika memang diciptakan proporsional kenapa selalu pecah? Alhasil Bintang harus mengoles benda gel tersebut agar bibirnya lembut, seperti milik Bella.

Bintang mengancingkan kemeja denim yang dia pakai. Pagi ini Bintang ada janji kencan dan Bintang ingin terlihat tampan, selama ini Bella juga selalu ingin terlihat cantik di depan Bintang. Meski sebenarnya memang selalu terlihat seperti itu, sedangkan Bintang selalu dalam kondisi yang kurang baik ketika Bella datang. Kemarin-kemarin mungkin Bella melihatnya hanya diwashlap berhari-hari hampir seminggu.

Selama ini juga, Bella yang selalu memberikan sesuatu. Hal sekecil gitar murah yang senarnya mudah putus, atau makanan yang sampai detik ini pun Bintang belum pernah cicipi sama sekali.
Hari ini rencananya Bintang yang akan meratukan Bella.

Bintang keluar membawa tas punggungnya, ia mengambil sebuah apel dari meja makan lalu berlalu begitu saja.

"Main kemana? Jangan jauh-jauh," ucap Irish setengah berteriak karena anaknya seperti tidak mendengar dan berjalan begitu saja keluar.

***

Liburan semester untuk anak-anak semester 4 memang sangat panjang, saking panjangnya bahkan mereka tidak tahu harus melakukan apa. Bintang membawa Bella untuk menikmati satu hari di pinggir pantai.

Bella tentu sudah sangat senang, dia berlarian meminta Bintang memotret dirinya yang menghadap laut.
Bintang tersenyum lalu melanjutkan aksi memotretnya.

Bella merasa ini adalah pertama kalinya, untuk semua hal yang dilakukan bersama Bintang adalah hal pertama. Dia tidak pernah menyangka bersama lawan jenis akan semenyenangkan ini, dulu dia pikir perempuan cerdas tidak akan jatuh cinta.

Bella lelah, dia duduk di salah satu beton yang melingkar pohon, semacam pot umtuk pohon besar. Bintang membawakannya dua buah kelapa hijau yang dia beli dari pedagang sekitar.
Diberikan untuk Bella satu dan satunya lagi untuk Bintang.

"BPRO mau konser, 'kan? Bintang mau lihat nggak?" tanya Bella.

"Mau."

"Nggak apa-apa kalau bukan kamu gitarisnya?" tanya Bella sedih.

"Enggak apa-apa, emangnya harus aku, ya?" Bintang meminum air kelapa yang jujur saja tidak ada rasa enak menurutnya semenjak operasi. Tubuhnya jadi tetap ringkih, tapi tidak sekacau waktu di rumah sakit karena Bintang masih terlihat tampan sekarang.

Bella tersenyum karena kagum, Bintang itu pribadi yang sangat baik menurutnya. Sikap-sikap manusiawi yang harusnya dimiliki seperti tidak hinggap sama sekali pada diri Bintang, dia begitu ikhlas tentang semua hal. Ketidaklulusannya di beberapa mata kuliah, tidak bisa bergabung dengan teman-teman bandnya, kecuali ke Doni, Bintang masih kesal.

"Bintang aku mau jagung," ucap Bella sambil menunjuk penjual jagung di sudut pantai.

Bintang menurut, dia pergi ke tempat penjual jagung yang dimaksud Bella. Gadis cantik dengan kulit cerah itu kemudian mengeluarkan botol kecil dari dalam tasnya, sebelum kemari Bella sempat ke dukun untuk meminta air pelet yang lebih mujarap, dia ingin dicintai brutal oleh Bintang.

"Kamu pokoknya harus lebih bucin daripada aku, enak aja!" Bella menuang air tersebut ke air kelapa Bintang.

***

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang