5. Competitive

129 30 4
                                    

"Pernah, kenapa?" jawab Bintang tanpa beban.

"Jadi Ajeng pacar lo?" tanya Bella agak keras, merasa buruk kalau tiba-tiba dia menaruh rasa pada pacar orang lain.
Namun, Bintang juga terlihat santai menanggapi prasangka Bella.

"Bukan."

"Yaudah kalau bukan," ujar Bella lalu membuang wajah ke arah lain.

"Kenapa?" tanya Bintang.

"Ya gue gak mungkin dong ke danau sama pacar orang?" Bintang hanya tersenyum menanggapi celoteh Bella yang dianggap asal bunyi.

"Besok olimpiade ya?" tanya Bintang, dengar-dengar Bella berusaha keras untuk membawa medali emas. Bintang pikir olimpiade seperti itu hanya ada waktu jenjang SMA, entahlah dia tidak punya waktu untuk belajar dengan giat, waktu luang yang dia gunakan hanya untuk bermain gitar dan kesakitan.

"Iya, doain gue menang."

"Lo udah sering menang, 'kan? Harusnya nggak sulit juga sih buat lo."

Bella tersenyum menampilkan susunan gigi rapinya ke Bintang, kemudian Bintang memberikan sebuah kertas yang sepertinya seperti sebuah tiket.

"Wah, gue suka lagu lo! Mau konser?" tanya Bella, dia merebut tiket yang telah diberikan.

"Itu konser terakhir gue sebelum hiatus, gue nggak bisa lanjut nge-band."

***

Esoknya lagi.

Bella melangkahkan kakinya ke kampus lagi hari ini, mungkin tidak akan pernah melihat Bintang lagi yang datang di ujung perkuliahan dan macam-macam interaksi kecil lainnya. Namun, dia menemukan Bintang sedang bersama Riki, Guntur, dan beberapa anak tengah berkumpul di gazebo menikmati beberapa jajanan kampus yang tidak enak dan mahal itu.

Bintang duduk di bagian paling tepi sambil membawa gitar seperti biasa, kemarin-kemarin Bella menganggap Bintang sangat norak. Kenapa dia membawa gitar kemana pun dia pergi? Apakah dia akan mengamen selepas sekolah?
Sekarang malah terlihat keren, senyumnya itu indah sekali saat tertawa lepas. Bahkan dia tidak terlihat sakit sama sekali, bibirnya masih merah muda pasti sedang baik-baik saja.

"Jadi Ajeng mau olimpiade juga?" tanya Ricky sambil mengambil sebuah es rasa blewah dalam cup besar.

"Iya, doain, ya? Biar beasiswa prestasi gue masih bisa bertahan." Ajeng membuat jiwa kompetisi Bella membara.
Bintang dan yang lainnya kompak mengatakan Aamiin, itu artinya Bintang mendukung Ajeng bukan mendukungnya sendiri.

Bella pulang seusai menyelesaikan perkuliahan dia belajar lebih giat bagaimana pun caranya.
Pulpen itu menari dari siang ke senja, dari senja ke gelap gulita. Sampai Bella lupa bahwa hari ini Bintang memintanya datang ke konser terakhir bersama band kesayangan Bintang.

***

Bintang menelisik ke arah panggung, apakah mungkin ini karena matanya yang tak terlalu jelas. Bangku yang dia pesan untuk Bella kosong, semua orang sudah berteriak memanggil nama personil BPRO dengan gembira. Mungkin tidak tahu bahwa ini adalah yang terakhir kalinya Bintang beraksi di atas panggung.

Dan akhirnya konser terakhir itu diselesaikan Bintang dengan baik meski tanpa Bella. Orang-orang menangis karena Bintang adalah gitaris kesayangan semua orang, sejak awal memang Bintang lebih sering membuat orang khawatir karena terlalu sering pingsan di atas panggung. Mungkin dibanding mendengar kabar Bintang mati, mereka lebih rela Bintang menghilang secara berlahan, hidup dengan baik sampai mereka melupakan bahwa Bintang itu pernah ada.

"Kalau lo sehat dan lebih baik lagi, lo harus janji bakalan balik sama kita lagi." Itu diucapkan oleh vokalis mereka, kemudian ketujuh pemuda itu saling merangkul.

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang