3. Foolish One

148 34 23
                                    

08.24 WIB

Masih terlalu pagi untuk bangun di hari Minggu. Bella mengucek matanya yang masih lengket, tadi malam dia membuat bermacam-macam kue untuk mengembalikan senyum Ricky dan Bintang. Ini bukannya terlalu berlebihan? Jika dia melakukan hal yang terbaik di tugas kalo ini, kenapa dia harus takut ditendang dari kelompok? Entahlah, membayangkan Bintang memakan kue keringnya sudah membuat Bella terlalu bersemangat.

"JAM 8?" Bella duduk tanpa aba-aba, rambutnya berdiri seperti singa. Diambil dan digenggam erat-erat jam waker warna merah muda di sisi ranjangnya, mencoba menanyakan apakah benda itu sedang bermain-main dengan dirinya?

Tidak ada waktu untuk mandi, Bella mencuci muka sekenanya. Menggosok gigi pun tidak genap tiga puluh detik, dia berlarian ke sana kemari memakai pakaian paling mudah digapai menyebabkan beberapa potong baju jatuh ke lantai.

Setelah berpakaian Bella melirik ke arah kaca, dia setengah menangis karena dia tidak bisa keluar dengan keadaan wajah telanjang. Gadis itu memakai krim yang sedikit membuat efek cerah pada wajahnya, dia juga memakai liptint warna segar.

Tergopoh-gopoh Bella datang ke tempat yang menjadi latar penelitian mereka. Setelah bersusah payah justru Ricky dan Bintang sedang bersantai-santai memakan baso di atas rooftop bangunan satu lantai, sepertinya belum selesai di bangun dan berakhir mangkrak.

"Woi!" Ricky memanggil, Bella mendongak. Menyusahkan, kenapa mereka harus naik ke atas sana.

Bella tetap menghampiri mereka meski dia sedang dalam fase malas.

"Nih makan dulu," ucap Bintang sesaat setelah Bella berhasil menghampiri mereka, baso itu sepertinya baru dipesan. Jika Bella tidak datang rencananya Ricky akan menghabiskan bagian itu.

"Surveynya kapan?" tanya Bella.

"Tuh udah jadi," ujar Bintang sambil menunjuk beberapa lembar kertas yang ditindih ponsel di sebelah Ricky.

"Bin, kita coret aja kali ya? Enak banget tidur di rumah kita survey orang di pasar." Ricky menggelengkan kepala sambil menyicipi kuah baso yang menurutnya enak tapi tidak seberapa.

Bintang hanya tertawa renyah untuk menanggapi guyon Ricky, bahkan ketika itu bukan bercanda pun itu terlalu lucu bagi Bintang.

"Nggak bisa gitulah, gue itu kesiangan karena bikinin kalian kue. Sampai jam dua pagi, nggak boleh kaya gitu!" Bella duduk di sebelah Bintang, menyambar semangkok baso di tangan pemilik hoodie hitam itu.

"Sekarang mana kuenya?" Bintang menagih, mata Bella membulat sempurna karena bahkan dia tidak ingat sama sekali untuk membawa toples kue dari dapur, karena bentuknya cantik pasti rawan dimakan adiknya yang masih kecil.

Bella menundukkan wajahnya lalu memukul-mukul kepalanya ringan, kenapa dia tiba-tiba bisa sebodoh ini?

***

Meski kegiatan pertama mereka telah selesai, mereka memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu kecuali Ricky yang punya urusan mendadak di himpunan mahasiswa.
Bintang dan Bella takut panas, mereka akan kembali saat panas ibukota sudah mereda.

"Jangan coret gue dong, Bintang." Mata Bella berkaca-kaca, Bintang yang meminum es campur sedikit tersedak karena tertawa.

Bintang memberikan data-data yang tadi pagi sudah dikumpukan bersama Ricky, Bella tidak harus khawatir dia masih punya bagian untuk berpartisipasi.

"Enggak. Cukup, gak usah nangis."

Justru kalimat itu membuat Bella menangis, tidak bisa membayangkan kalau dirinya tiba-tiba tidak lulus di satu mata kuliah.
Bintang melihat ke kanan dan kiri, orang-orang menatapnya sinis.

"Hei, udah ngapain nangis?" tanya Bintang, Bella pun tidak tahu tapi dirinya tak dapat mengendalikan tangisannya.

Bintang meletakkan es yang sisa setengah, menarik pergelangan tangan Bella lalu dibawa ke suatu tempat. Setidaknya dia tidak akan dituduh menyakiti Bella di khalayak.

"Ayolah, nggak usah nangis. Ini cuma projek kecil."

"Yang kecil buat lo belum tentu kecil buat gue!"

"Ya maksud gue, gue nggak bakal coret lo dari kelompok. Udah, nggak usah ngelakuin apa-apa buat tetep jadi kelompok gue. Biasa aja, nggak usah beliin gue atau Ricky apa-apa, nggak usah bekinin gue kue." Bintang bertutur panjang, kini yang tersisa hanyalah isakan tangis Bella.

"Kenapa lo gitu? Padahal gue udah bikin lo nggak lulus." Bella sibuk mengusap air matanya.

"Nggak lulus bukan segalanya, gue aja mau cuti. Jadi kalau lulusnya pas lo udah jadi dosen pun nggak masalah."

"Kenapa cuti?" tanya Bella.

***

Pertanyaan kenapa cuti hanya bisa dijawab Bintang jika dia bertemu dengan Bella di rumah. Setelah beraktivitas pasti Bintang mengalami masa-masa paling dia benci.

Saat mencoba menaiki tangga rumah mereka, tubuhnya langsung lemas. Dia terduduk di anak tangga, mencoba menetralkan napasnya yang sesak dibandingkan harus melanjutkan perjalanannya ke lantai atas.

"Mas Bintang perlu bantuan?" tanya seorang pria dewasa berbadan gempal, itu supir mereka. Prihatin dengan Bintang yang terlihat kesulitan bernapas dan tidak ada Ibunya di sini.

Supir keluarga tersebut menawarkan punggungnya dan Bintang tidak punya pilihan lain selain naik ke punggung pekerjanya itu.

Pak Tri mendengar sendiri dengan telinganya bagaimana berisiknya suara napas Bintang.

Napas Bintang semakin sesak saja rasanya, bahkan ujung-ujung jari dan bibir Bintang benar-benar biru total. Pak Tri berulang kali mencoba menghubungi dokter keluarga mereka agar cepat menangani Bintang.

Bintang sadar, dia masih membuka matanya meski dia bahkan terlihat seperti orang sekarat yang berusaha bernapas.

Ini adalah jawaban kenapa dia harus cuti dari semua kegiatan yang dia lakukan sekarang.

***

Bella meregangkan tubuhnya, ini sudah hampir jam sebelas malam dan dia baru saja memasuki dunianya sendiri. Draft data yang dikumpulkan Ricky dan Bintang sudah dia kerjakan dan posisinya sudah aman.

Tiba-tiba dia tersenyum karena Bintang memperlakukannya dengan baik hari ini. Tadi pagi Bintang memesankan baso untuknya meski tidak pasti dia akan datang atau tidak, pun dia dengan khusus memberikan itu untuknya. Kedua, dia bahkan tidak mempermasalahkan soal ketidaklulusan.

Kira-kira Bintang sudah tidur atau belum ya? Bella membuka tirai kamarnya, sajian langit malam penuh bintang tersajikan.

"Bintang itu memang selalu menarik." Bella gemas sendiri.

***

Tiap nulis galau kenapa ngantuk 🥹 butuh semangat dari kalian ayang

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang