19. After Life

123 19 18
                                    

Bella menikmati suara petikan gitar dari dalam Orion.
Gadis berambut panjang itu sesaat tersenyum, lalu memejamkan matanya. Teringat bagaimana masa mudanya diwarnai dengan bunyi indah dari dawai yang dipetik oleh seseorang yang pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

Dibanding masuk dan bergabung ke salah satu gazebo yang dia bangun bersama teman-teman kuliahnya, dia lebih memilih duduk di gazebo yang lain. Tidak ingin suara petikan itu selesai karena interupsi darinya, ia menikmati lagu yang dari melodinya mengajak seseorang untuk bahagia meski tiba-tiba hatinya sakit tanpa sebab.

Sebabnya sesederhana orang yang memperkenalkan gitar padanya atau pun orang-orang di Orion sudah tidak ada.

Bahrul datang kembali ke Orion, menggunakan seragam putih biru. Rupanya dunia sudah bergulir begitu cepat, terakhir kali Bintang masih bermain di Orion, Bahrul adalah anak sekolah dasar. Bella menarik Bahrul untuk duduk di sampingnya, karena anak itu terlihat menangis sambil memegangi sebuah kertas di genggamannya.

"Nilai kamu jelek?" tanya Bella memastikan.

Bahrul menyodorkan kertas coretannya beberapa tahun lalu, Bella ingat kertas ini. Kertas yang membuatnya kalang kabut ingin segera kembali karena coretan sederhana anak di bawah umur yang membuat Bintang menangis di tempat tempo lalu.

Kertas itu dipajang di gazebo tempat biasa Bintang mengajari mereka bermain gitar atau sekadar berbagi makanan, bebarengan dengan poster belajar seperti huruf hijaiyah, alphabet, angka, dan yang lainnya.

"Aku kangen Kak Bintang, aku baru paham kalau Kak Bintang bukan bahagia berhasil jadi Bintang di langit. Dia mati, Kak! Maaf aku terlambat mengerti." Bahrul dibawa ke dalam pelukan Bella, dielus rambut ikalnya dengan tulus.

"Dia benar-benar bahagia, kok. Ini juga sudah kelewat lama sekali."

"Maaf pernah gambar ini," ucapnya.

"It's okay. Semua orang akan mati sesuai takdir yang sudah ditulis sebelumnya." Ngomong-ngomong Bella secerdas itu, dia lulus dengan indeks sempurna di negara lain untuk  jenjang master, tetapi hal sesederhana 'ikhlas' Bintang yang mengajarinya.

Ikhlas jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, tanpa menyalahkan orang lain, tanpa melibatkan orang lain. Bintang juga yang membuat Orion tetap berdiri sampai hari ini, masa-masa muda mereka bisa berarti bagi orang lain.

***

Dengan atau tidak adanya kamu, duniaku tetap berputar. Tetap berjalan normal, segala hal-hal baik menyertai aku. Segala keberuntungan membela aku, rasanya seperti kembali menjadi seorang ratu. Bellatrix mungkin akan merasa malu, karena Bella di Bumi jauh lebih bersinar terang dibandingkan dia di langit malam.

Meski begitu, rasanya lain.
Aku hanya tersenyum dan mulai mensyukuri hal-hal kecil yang Tuhan titipkan saat ini, takut kalau itu akan diambil lagi seperti kamu.

Semua kebahagiaan yang aku rasakan seperti tidak ada tandingannya jika dibandingkan dengan waktu kita yang singkat itu.

Selamat ulang tahun yang ke 25, sayang sekali kamu sudah tidak bisa meniup lilin yang semua orang siapkan di konser kecil yang diselenggarakan teman-temanmu.

Aku menyaksikan konser ini, mereka kehilangan gitaris terbaik di negeri ini. Namun, bukan berarti suara petikan gitar menghilang dari sini. Mereka semua membawa gitar yang penuh dengan tujuh tanda tangan, Ricky bercerita bahwa kalian pernah menandatanganinya bersama.

Serempak lagu tanpa vocal itu menyapa halus gendang telinga kita.

"Terima kasih, loh, Bu Dosen sudah meluangkan waktu untuk ke ulang tahun Bintang." Itu Mama kamu, ia juga datang bersama Nenek, dan laki-laki itu pasti calon Ayahmu.

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang