10. Re-cover-y

157 23 28
                                    

Bintang hari ini diharuskan untuk berjalan-jalan ringan, mungkin di sekitar rumah sakit sebelum pulang ke rumah. Tujuan pertama Bintang adalah ke depan ruangan, banyak sekali sticky notes yang ditempelkan dengan tulisan menghadap ke dalam kamar. Sebenarnya petugas kebersihan ingin menyingkirkannya, tapi pesan dokter itu adalah bagian dari semangat untuk kesembuhan penghuni kamar inap ini.

Bintang tersenyum karena pesan-pesannya lucu dan membuat hatinya tergelitik, ia tidak menyangka akan ada seseorang yang selucu dan segemas ini.

Bintang mencabut satu persatu sticky notes yang melekat pada permukaan kaca. Membaca dengan senyum yang hangat.

Cepat sembuh, Bintang! Dari Bella cantik!

Bintang, kamu kelihatan kesakitan dari sini. Aku sedih, tapi aku bukan cewek cengeng! Aku doain kamu cepat membaik 🤍 Bella cantik!

Bintang, hari ini kamu tidur terus. Padahal aku yakin bibir kamu udah pecah-pecah, nanti aku beliin kamu lipbalm oles sendiri, ya? Atau mau aku olesin terus? 🤍 Bella montok!

Bintang, cepat sembuh! Hari ini aku lihat kamu nggak lihat kaca, aku mau teriak, tapi aku hari ini nggak lihat kamu sakit aku udah seneng. 🤍 Bella Anandita!

Bintang!! Aku sama temen-temen di kampus semuanya doain kamu supaya cepat sehat, kata Mama sama Nenek kamu sudah membaik. Aku seneng, doaku nggak sia-sia. 🤍 Bellatrix.

Bintang merapikan kembali beberapa sticky notes merah muda itu hingga membentuk sebuah tumpukan kecil, dia akan menyimpan ini dengan baik.

Bintang bertumpu pada tiang infusnya, menjadikan tiang itu sebagai pegangannya agar tidak terjatuh. Dia mengantongi sticky notes itu lalu berjalan ke arah lain, ke taman mungkin akan membuat pernapasannya lebih enak dan tidak suntuk.

Pilihannya jatuh pada sebuah kursi di sudut taman, di bawah pohon tabebuya warna merah muda, mirip dengan pohon bunga sakura. Ia tidak peduli meski di sana sudah ada dua anak kecil yang menempati kursi tersebut.

"Yang duduk disuntik!" Sontak saja dua anak itu berdiri, tipuan kekanakan itu berhasil.

Bintang tersenyum sombong, "yang ada di taman bakal di imunisasi!" Dua anak itu pun menjerit lalu berlarian meninggalkan taman. Sepertinya mereka hanya keluarga pasien, kalau mereka yang sakit seharusnya memakai baju pasien seperti Bintang.

Bintang kemudian duduk di kursi yang dia dapatkan hasil menipu dengan sombongnya seperti baru saja memenangkan perang. Bintang mengeluarkan ponselnya dari kantong, sudah lama dia tidak punya tenaga untuk membuka benda ini.

Ricky mengirimkan beberapa video yang lantas diputar setelah pengunduhannya selesai. Suara berisik di suasana luar memang mengganggu, tapi Bintang menikmati rekaman itu. Bella tampak akrab dan berhati malaikat, membagikan nasi kotak dan mengelus rambut mereka satu persatu.

Bella nampak seribu kali lebih manis dibandingkan sebelumnya, hanya karena dia menjadi gadis baik di kegiatan amal. Foto Bintang dipajang dengan besar di banner acara mereka, Bintang amat sangat terkesan.

Ricky tiba-tiba saja duduk di sampingnya, karena info dari keluarga Bintang sudah boleh berkeliaran di sekitar rumah sakit, remaja itu lantas datang dan menemukan Bintang dengan mudahnya.

"Udah baikan?" tanya Ricky.

Bintang mengangguk, dibandingkan dua Minggu lalu waktu dia pertama kali dirawat tentu dia sudah baik-baik saja sekarang.

"Makasih lo sama gue dan yang lain, karena kita ngemis doa semua orang demi lo." Ricky tersenyum sambil menaik turunkan alisnya ditambah senggolan ringan untuk Bintang.

"Makasih, Ricky!" ucap Bintang, mengucap terima kasih bukan hal yang berat.

"Itu semua ide Bella, sih. Dia ternyata nggak selampir itu, kok."

"Naksir lo sama dia?" tanya Bintang, biasanya yang sering bertikai akan terlibat cinta monyet, tapi Ricky mendecak.

"Drama lo, nggak mungkin gue naksir sama cewek temen gue, ya,'kan?" tanya Ricky, wajah Bintang merah. Dia malu dan tidak ingin membahas itu.
Bintang selalu sedih ketika berbicara soal cinta.

Satu hal yang terus menerus dia ingat adalah, dia tidak ingin menjadi Yuda Admadja. Dia tidak mau meneruskan penderitaannya ke anaknya nanti.

Dia tidak mau mengambil sedikit pun resiko terkait kesehatan buah hatinya nanti, meski faktanya banyak sekali tips mencegah penyakit jantung turunan, faktanya itu pun gagal pada program ayah dan ibunys dulu.

Dia juga tidak mau seperti Sagara, yang sudah mempersiapkan pernikahan dan tiba-tiba saja meninggal secara terpaksa. Penderita jantung itu tidak punya masa depan bagi Bintang.

"Jatuh cinta itu normal, Bintang. Jangan mikir waktu lo sesempit itu, tolong. Lo nggak harus nahan perasaan lo demi menjaga, nggak ada perasaan yang lo jaga dengan tindakan lo ini."

"Lo nggak ngerti, Ky."

"Gue nggak ngerti soal betapa sakitnya lo, gue juga nggak ngerti rasanya punya penyakit jantung itu apa. Tapi gue ngerti kalau gue dan lo sama-sama punya hati, hati kita belum ada yang punya penyakit, 'kan? Porsi cinta kasih kita pasti sama, Bin. Gue pernah jatuh cinta," tutur Ricky dengan serius, bahkan Bintang baru kali ini melihat Ricky dengan raut seserius ini.

Bintang tersenyum tipis, menepuk pundak Ricky sebagai bentuk apresiasi dengan pelajaran hidup yang bijaksana ini.

***

"Bintang mana, ya?" tanya Bella mengintip kaca, dia juga mendecak karena sticky notes di jendala semuanya hilang. Padahal kemarin sudah ada perjanjian lisan antara Bella dan dokter kalau tidak ada yang boleh mencabut kalimat penyemangat Bintang, dia juga mengatur ketinggian teks kecil itu agar tidak terjangkau anak-anak kecil iseng yang menghuni lantai ini.

Bella menulis lagi di sticky notes warna merah mudanya.

"Nulis apa?"

"Nulis pesan buat Bintang."

"Ini aku di sini mau ngomong apa?" Bella lantas mendongak, Bintang sedang tersenyum dan berdiri di depannya. Meski pun dia sedang memegang tiang infus, tetap saja Bintang terlihat berdiri.

Bukankah ini adalah waktu yang sangat lama sejak Bintang bisa berdiri dan tersemyum seperti ini.

"Bintang? Ada yang sakit nggak kalau dipeluk?" tanya Bella.

Bintang tersenyum geli, kemudian dia membuka tangan kirinya yang menganggur.

"Pelan-pelan," titan Bintang, karena kalau terlalu erat dia pun takut dadanya robek lagi.

Bella berlahan mendekap tubuh ringkih itu dengan sayang, rasanya hangat dan nyaman. Bintang juga mendekap tubuh Bella berlahan, mereka berdua sama-sama tidak mau menimbulkan guncangan bagi jahitan di dada Bintang.

"Gue seneng lo sembuh," ucap Bella.

"Makasih, ya? Mungkin sebenarnya gue harusnya udah mati, tapi doa lo begitu gigih. Makasih, ya, Bella?"

Bella mengangguk. Rambut pirang itu dielus halus oleh Bintang, sebagai bentuk pujian kepada Bella yang berlaku seperti peri akhir-akhir ini.

"Bintang, apa aku masih jatuh cinta sendirian?"

***

Hai ges aku mau buat konten biar cerita ini banyak yang baca, plis ripiu over all cerita ini boleh jujur boleh mengada-ngada (asal positif). Koordinasinya lah ya biar ak ga males update 😋 makasih

Bellatrix [terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang