16 : Periksa baby bear

56 35 17
                                    

Keesokan paginya, Gibran yang sudah siap dengan stelan seragam sekolah kini tengah sarapan dengan ditemani Mama dan Papanya. Tanpa Gibran sadari, Mamanya nampak mencuri-curi pandangannya, seperti ada yang ingin dibicarakan.

"Gibran," panggil Sila lembut, Gibran seketika mengangkat pandangannya dengan wajah datar.

"Mama minta maaf atas kejadian kemarin lusa, Mama waktu itu emosi, ini ponsel kamu Mama balikin," ujar Sila sembari memberikan ponsel milik anaknya itu.

Gibran segera mengambil ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana. "Ya Ma, maafin Gibran juga, waktu itu Gibran juga larut sama emosi."

"Jadi kalian berantem?" tanya sang Papa yang sedari tadi memperhatikan.

Sila mengangguk. "Kalian marah karena apa?" tanya Fernan penasaran.

"Karena Mama selalu ngatur Pa, Mama selalu ngatur untuk cuma siapa aja yang bisa deket sama Gibran," jelas anak itu.

"Mama cuma selektif Gibran," sahut Sila.

"Sama aja Ma, udahlah Gibran berangkat aja." Seketika mood Gibran berubah, ia memilih untuk berangkat ke sekolah.

Usai kepergian putranya, Fernan lalu menoleh ke arah Sila. "Ma, kamu jangan mencampuri urusan Gibran lagi dong, biarkan dia dengan kehidupannya selagi tidak kelewat batas."

Sila menoleh. "Kamu belain Gibran, Mas?"

"Bukan belain, tapi apa yang dikatakan Gibran itu benar, kamu terlalu mencampuri urusan Gibran bahkan ke urusan teman-temannya," jelas pria itu.

Sila jengkel. "Kamu sama aja, Mas!" Ia lalu pergi meninggalkan meja makan dengan perasaan yang dongkol.

Fernan hanya bisa menghembuskan napas gusar, sangat sulit memberikan nasehat kepada istrinya itu, wanita itu terlalu keras kepala.

****

Waktu pergantian jam sudah tiba, kini kelas 11 IPA 3 tengah bersiap untuk pelajaran mata pelajaran PJOK, semuanya lantas pergi menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian, ada beberapa murid laki-laki yang memilih mengganti di dalam kelas.

"Ay, kamu beneran mau ikut olahraga? Gimana sama baby bear?" bisik Gibran saat keduanya berjalan berdampingan.

"Aku nggak apa-apa kok, aku yakin baby bear akan kuat seperti kamu," kata Kanaya yang membuat Gibran terkekeh.

"Yaudah deh, tapi kalo ngerasa nggak kuat, mending nggak usah ikut Ay," peringat Gibran.

Kanaya menggeleng. "Nggak, aku bakal kuat kok."

"Yaudah kalo kamu ngerasa gitu mah, aku masuk duluan ya," kata Gibran lalu berbelok ke arah toilet laki-laki sementara Kanaya berbelok ke arah toilet perempuan.

Usai berganti pakaian selama 5 menit, semua murid kini dikumpulkan di lapangan dengan kondisi cuaca yang begitu panas, ya gimana nggak panas, di jam 12.15 kan lagi panas-panasnya.

"Oke semuanya dengerin, kita akan pemanasan dulu, kalian ambil posisi telungkup buat push up," ucap Pak Tono selalu guru olahraga.

Semua murid yang mendengar lantas mendesah kecewa, beliau ini memang suka sekali menyiksa muridnya dengan push up yang dalam jumlah lumayan banyak.

"Setelah push up, dilanjut sit up sama squad jump," jelas Pak Tono dengan begitu tegas.

Nampak para murid mulai mengeluh, ini terlalu berat bagi mereka, bayangin, pemanasan aja udah cukup membuat mereka lelah, ini belum masuk ke inti olahraga belum lagi pasti beliau akan menyuruh keliling lapangan walau sekali.

Kanaya dan Kehidupannya ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang