22 : She's left

20 7 5
                                    

Malamnya di kediaman Gibran, kini semuanya sudah siap dengan dress code yang sudah ditentukan, kalau bukan karena Papanya yang memaksa mungkin Gibran tidak mau ikut sekarang.

"Ululu, anak Mama udah cakep banget," puji Sila pada Gibran yang kini sudah terlihat begitu tampan dengan celana bahan berwarna hitam yang dipadukan dengan kaos berkerah berwarna putih dan juga blazer yang senada dengan celananya.

Sementara itu, Kanaya nampak begitu terpesona dengan visual Gibran sekarang, laki-laki itu bertambah seribu persen kegantengannya.

"Yuk berangkat," ajak Fernan yang baru saja tiba.

Sila mengangguk, ia lalu menoleh ke arah Kanaya. "Hei, jaga rumah ini dengan benar!" peringatnya.

"Ya Tante," jawab Kanaya.

"Yuk Gibran." Sila langsung menggandeng tangan Gibran, ia langsung membawa anaknya itu menuju mobil dan meninggalkan Fernan yang sedang berbicara dengan Kanaya.

"Hati-hati ya di rumah ini," ucap Fernan dengan lembut.

Kanaya mengangguk. "ya Om, hati-hati juga ya Om," ucapnya dan mendapat anggukan dari Fernan.

****

Sesampainya di rumah Bella, Sila langsung menghampiri ibu dari teman anaknya itu, saling cipika-cipiki dan bertanya kabar. Lalu di samping Intan—Mam Bella—terdapat Bella yang tengah sok anggun, ia mengenakan dress yang begitu menawan.

"Kalian ngumpul gih bareng anak-anak School Galaksi yang lain," ujar Intan pada anaknya itu.

"Oke Ma," sahut Bella, ia lalu menarik tangan Gibran dan membawanya pergi sementara Gibran hanya pasrah saja.

Di area belakang rumah Bella, semua anak School Galaksi sedang berkumpul, mereka nampak sedang berbincang-bincang yang tidak Gibran ketahui tentunya.

Seketika Gibran menghentakkan tangan Bella. "Lepas! Nggak usah pegang-pegang!" Ia lalu jalan lebih dahulu.

Melihat itu, tentu saja Bella merasa sedih, ia memanyunkan mulutnya dan kembali menuntun langkahnya untuk sampai di sekumpulan teman-temannya.

"Wih Gibran, lo ikut ternyata?" tanya salah satu laki-laki yang cukup memiliki paras yang tampan, sebut saja Raka.

"Hmm, ini juga terpaksa," jawab Gibran singkat.

"Ck, lo nggak pernah berubah ya, lo selalu aja jawab itu kalo kita tanya tentang pesta," ujar perempuan yang merupakan sahabatnya Bella, Aurelia.

Gibran tidak menjawab, ia memilih untuk meminum jus jeruk yang telah disediakan di atas meja, pikirannya saat ini berada di lain tempat, dia sedang memikirkan Kanaya.

Kira-kira, sedang apa perempuan itu?

****

Kanaya baru saja selesai mencuci piring, ia hendak menuju kamarnya yang merupakan kamar tamu, tapi suara ketukan dari pintu utama merebut atensinya.

"Huh? Siapa itu?" gumam Kanaya.

"Kanaya!! Keluar kamu!!" teriak orang itu dari luar.

Kanaya membulatkan matanya, ia tau ini suara siapa, Alden, pria itu kembali datang ke rumah ini.

"Buka Kanaya!! Saya tau kamu di dalam!"

Gadis itu terpaku ditempatnya, ingin melangkah ke kamar pun rasanya terlalu berat, ia takut sekarang, mana di rumah ini hanya ada dia doang. Tadi Mang Dadang pamit untuk pergi ke warung depan komplek buat cari makan dan belum pulang sampai sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kanaya dan Kehidupannya ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang