10 : Ancaman

52 40 9
                                    

Friend, bab kali ini lumayan banyak, semoga nggak bosen ya_^

Happy reading

****

Di pagi buta seperti saat ini, Kanaya sedang asik tidur dengan begitu nyenyaknya hingga sebuah getaran ponselnya membangunkan dirinya dari mimpi yang sedang ia geluti.

Dengan setengah sadar, Kanaya meraih ponselnya dengan cara diraba, dengan sesekali menguap ia pun menjawab panggilan itu.

"Halo, lo adeknya Juan?"

"Ya, ini siapa ya?"

"Gue temennya Juan, bisa dateng ke tempat yang gue kasih gak? Ini kakak lo mabuk berat, lo bisa jemput dia?"

"Ahh, ya aku bakal jemput."

Kanaya lalu mematikan panggilan sebelah pihak, ia segera masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya dan mengambil cardigan untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan piyama tipis, untung saja di jam segini masih ada taksi.

Sesampainya di club yang begitu minim cahaya, Kanaya mulai mencari keberadaan Juan, dengan susah payah ia mencarinya hingga akhirnya ketemu.

"Ayo kita pulang ka!" kata Kanaya dengan tegas, segera ia membopong tubuh bongsor Juan dengan susah payah lalu memasukkan Juan ke taksi yang ia berhentikan saat menuju club ini. Sengaja biar nggak terlalu ribet.

Setelah menempuh beberapa menit, akhirnya mereka pun sampai, Kanaya segera membopong tubuh Juan menuju dalam rumah setelah membayar ongkos taksi.

Sekarang Kanaya berada di samping Juan yang ia dudukkan disebelahnya, Kanaya mengatur napasnya lalu melepaskan rangkulannya, saat ia hendak pergi ke kamar, tangan kekar Juan menahannya dan dengan sekali hentakan Kanaya langsung berbaring di sofa dengan tangan Juan yang langsung berada di sisi kanan-kirinya.

Kanaya nampak begitu ketakutan, ia menoleh ke kanan dan kiri, rumah sekarang sepi karena Alden dan Haura sedang pergi ke rumah ibunya Haura.

"Kenapa lo jemput gue, hmm?"  tanya Juan dengan suara deep voice dan menyibak kardigan Kanaya yang menutupi piyamanya yang tipis itu.

Dengan segera Kanaya merapatkan pakaiannya, ia begitu ketakutan sekarang ditambah dengan ruangan yang begitu gelap dan juga peluh yang membanjiri keningnya.

"Oke, gue akuin lo cantik dan lo harus gue cobain!" ucap Juan dengan nada khas orang mabuk dan ia mulai membuka bajunya secara perlahan.

Kanaya menggeleng, ia berusaha berlari tapi dengan cepat Juan menggenggam tangannya dan menahannya di atas kepala. Kanaya mulai menangis, ia begitu takut saat melihat wajah Juan yang seperti orang kesetanan itu.

"Sudah siap, hmm?" tanya Juan dengan diiringi senyum miring, Kanaya menggeleng lalu merasa dunianya berputar, dengan hitungan detik Kanaya kehilangan kesadaran dan Juan melakukan aksi kejinya.

****

"Argh!!" Kanaya terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu, ia begitu ketakutan.

"S-syukurlah itu hanya mimpi," ucap Kanaya sambil mengelap keringat di dahinya dengan tangan.

Saat Kanaya hendak meninggalkan ranjangnya, ia merasakan sakit pada bagian bawahnya, maka dari itu ia memilih untuk kembali duduk sejenak.

"A-akh, ini kenapa sakit banget?" ringisnya.

Brak

Dengan tidak begitu santainya, Juan masuk ke dalam kamar Kanaya dan langsung menghampiri gadis itu. Wajahnya terlihat begitu tegas.

Kanaya dan Kehidupannya ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang