1. Cerita lama

101 50 16
                                    

Happy reading

***

Seandainya Naya bisa memilih untuk memutar waktu, ia ingin sekali kembali ke masa lalu.

"Tidak perlu pedulikan bagaimana pendapat orang tentang mu, kamu ya kamu mereka ya mereka sangat jelas bahwa kalian individu yang berbeda."

Naya sangat ingat jelas hal itu yang pernah dikatakan Mama di brankar Rumah sakit. Bertemankan tangisan aduan keluar dari bibirnya. Jika Mama orang yang Optimis dan lembut maka hal itu sangat berbeda jauh dari Naya yang banyak ragunya banyak cerobohnya Tapi satu kesamaaan ibu dan anak ini sama-sama pekerja keras. Pekerja keras? buat apa bukannya masih ada kepala rumah tangga? nope, memiliki kepla keluarga bukan berarti akan ikut dipimpin bukan?. ia masih mempunyai Papa namun sudah hilang perannya, yah yang sampai sekarang seperti menumpang hidup layaknya benalu tanpa ingin mencari jalan untuk menafkahi keluarga.

"Atas semua yang terjadi mama mohon jangan pernah salahkan dirimu sendiri, Naya kamu pantas bahagia janji sama mama," ucap mama Naya

Naya mengangguk-angguk pelan. Dua bola matanya menatap dalam wajah pucat Mama.

Membawa masuk Naya kedalam pelukannya, "Nanti kemanapun kamu melangkah jangan pernah ragu mama selalu berdampingan denganmu. Kejar semua yang mau Naya lakuin bukan untuk mama bangga tapi untuk diri Naya sendiri dan selalu ingat kalau mama benar-benar sayang sama Naya," sambil mengelus bahu bergetar Naya.

Terasa elusan dari mama terhenti
"Ma," panggil Naya, tapi nihil tak ada sautan maupun gerakan yang membantu untuk mengeluarkan Naya dari negatif thinking yang berkeliaran di dalam kepalanya.

"Nggak, jangan sekarang ma. Naya mohon, Nade udah nggak ada. Kalau mama ikutan pergi Naya nggak akan sanggup sendiri," pecah tangis nya sudah tak tertahan sambil mengguncang tubuh Mama.
Seandainya Naya tahu bahwa itu memang kesempatan terakhir untuk tetap bersama Mama, Naya akan datang lebih awal dari sebelumnya. Naya akan meluangkan waktunya lebih banyak untuk Mama tapi semua tentang takdir yang bahkan satu manusia didunia ini pun tak tahu.

Blem! satu tepukan buku hinggap di bahu Naya. "Buset nay siang bolong begini tidur mulu lo, Noh Bara lewat tumben kaga ngejer?" oceh Sahara.
Mendengar ocehan Sahara, Naya mengangkat kepalanya dan sedikit melirik ke arah jendela. benar! retinanya menangkap punggung tegap Bara berjalan menjauh. helaan nafas panjang keluar dan kembali menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Gue tiduran bentar, nanti kalo buk Linda masuk bangunin," ucap Naya.

"Hah? oh hu'uh hu'uh," jawab Sahara sambil mengangguk-angguk yang bingung melihat sahabatnya yang sedikit berbeda setelah kembali dari kantin.

"Oh iya, Nay Senin jangan lupa ya bawa novel yang lo ceritain ituu," pinta Sahara dan hanya di balas gumaman oleh Naya.

***

Hari Senin sedikit sibuk untuk anak sekolahan. Pukul setengah tujuh pagi siswa SMA Karang Baru berkeliaran untuk bersiap menjalankan upacara bendera. Bara mengeluarkan topi upacaranya dari dalam tas dan segera menuju lapangan.

"Bar ngapa si diemin kita dari tadi, bad mood lo?" ucap Alka.

"Iya bro, gue minta maaf deh," mohon Radit.

"Bjirr lagi lebaran apa haha!! Emang salah apa lo?" tanya Alka sambil tertawa.

"Gue juga ga tau sih," jawab Radit cengengesan.

"Masih pagi udah aneh lo berdua," gumam Aidan yang nyatanya kedengaran di telinga Radit.

"Lo yang aneh, intinya maafin kita berdua," ulang Radit.

Kembali? [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang