Happy reading!!
***
Flashback on
Sodoran amplop putih dari pria paruh baya itu membuat perempuan di depannya membulatkan mata.
"Ini, kamu bisa langsung bayar administrasi mama kamu," ujar pria itu.
Naya menerima amplop putih itu dan berkata "Terima kasih, om."
Mereka berdua sedang berada di lobby hotel lounge ditemani dengan teh hangat masing-masing.
"Sudah berapa jauh kemajuan dari operasi bulan kemarin?" tanya pria itu sambil mengesap teh hangat miliknya.
"Dokter bilang setelah operasi yang terakhir ini, ada kemungkinan bisa beraktivitas seperti biasa. Tapi kemungkinan besar jika drop lagi, engga ada harapan bertahan," jelas perempuan itu sendu.
"Apa pihak rumah sakit tidak menawarkan dukungan lain?"
Kedua alis Naya naik, seakan bingung dengan pertanyaan tersebut.
"Pendonor," kata pria itu yang di balas gelengan.
"Melakukan transplantasi jantung berhasil hidup 1 dari 100 orang. Jadi tujuan saya sebisa mungkin untuk memperpanjang sedikit waktu mama saya."
"Maafkan saya, saya belum jadi papa yang baik buat Syafa."
Korneanya merasakan panas dari air yang akan terjun membentuk sungai. Kilasan memori berjalan dalam kepalanya, ia merindukan kakaknya.
Suasana yang begitu tenang berubah menjadi mencekam begitu seorang lelaki menghampiri keduanya."Papa," panggil lelaki itu. Keningnya membentuk teluk beluk memanjang dan dalam.
"Nay," panggilnya lagi namun di sematkan kepada perempuan yang duduk di depan sang papa.
Naya menoleh kaget akan situasi yang didapatkan nya saat ini. Dengan cepat ia memasukkan amplop putih itu ke dalam ranselnya.
"Lo disini? Nga- ngapain?" Perempuan itu gagu.
Bara melihat gerak gerik yang dikeluarkan Naya membuatnya tambah curiga. Dan kecurigaannya bertambah saat Naya berusaha menyembunyikan sesuatu berbungkus putih itu. Lihat lah lokasi ini, bahkan pikirannya sudah mengambil keputusan sendiri.
"Lo yang ngapain di sini? Bukannya lo bilang lagi kerja? Di tempat ini?" sudut bibirnya naik. Meremehkan.
Tidak mau berbasa-basi lebih, dengan gerakan cepat ia mengambil kunci mobil di atas meja dan, "Pake mobil sendiri dong, jangan makein mobil orang," ucapnya sarkas dan berlalu meninggalkan tempat.
Perempuan dengan rambut sebahu itu berdiri. "Saya duluan, om."
"Naya," intrupsi pria paruh baya itu.
"Saya sedang berbelas kasihan sama kamu, bukan berarti dengan mudahnya kamu mendekati anak saya," lanjutan pria itu membuat Naya membeku. Namun ia hiraukan begitu saja.
Naya berlari mengejar langkah lelaki di depan sana. Netra nya hanya berfokus pada satu objek hingga melupakan sekitarnya. Dari arah kanannya seorang perempuan sedang menarik koper. Naya terjatuh saat ujung koper menghantam larinya. Ia langsung berdiri dan memohon maaf kepada perempuan di depannya .
"Maaf, buk. Saya engga sengaja," sambil sedikit membungkukkan badannya. Netra nya kembali mengedarkan arah sekitar. Ia kehilangan manusia yang dituju.
Dengan sedikit terseok-seok ia kembali berlari mengejar Bara. Begitu keluar dari gedung hotel matanya menelisik sekitar dan "Bara," panggilnya pada salah satu pengendara mobil yang ia yakini pengemudi itu Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali? [PROSES TERBIT]
Teen Fiction"Yang bertemu kelak akan berpisah, yang pergi pasti juga belum tentu kembali" ••• Sebelum Bara begitu dingin kepada Naya, mereka adalah sepasang kekasih yang berpisah karena konflik antara kedua nya. Namun, konflik itu tidak bisa untuk didiskusika...