24. Rekaman suara

21 4 1
                                    

Happy reading!!

***

Setelah mengantar Nade pulang, Bara kembali ke apartemen mendapati Radit berdiri di depan apartemennya. Tadi sore Radit meminta Bara untuk memenuhi list keinginan Nade. Ia mengatakan akan mengunjungi apartemen Bara saat malam, namun ia urungkan saat Bara mengatakan Nade akan mengunjungi apartemennya.

Radit menegakkan badannya saat netranya melihat Bara berjalan mendekat, “Kenapa nggak langsung masuk?” tanya Bara pasalnya teman-temannya sudah pasti tahu sandi apartemennya.

“Nggak sopan,” balas Radit. Bara mendengus geli jawaban Radit, sambil menekan angka-angka di engsel pintu. Biasanya ketiga sahabatnya ini tidak kenal sopan pada dirinya.

“Mau main kok sendiri aja? Yang lain mana?” Bara masuk kedalam diikuti Radit.

Radit sadar akan sesuatu, aura yang dipancarkan Bara berbeda dengan biasanya. Dari tadi ia melihat ekspresi berseri-seri terpancarkan dari wajah Bara. Pasti mereka sudah balikan, batinnya.

"Bentar, ya, gue mandi dulu," kata Bara. Dari sepulang sekolah tadi ia belum mandi karena ada Nade di apartemennya. Bara akan masuk ke dalam kamarnya namun intrupsi dari Radit menghentikan pergerakannya.

"Gue cuma bentar aja," ucap Radit yang sudah duduk di sofa ruang tamu. "Gue tahu kalau Shaka bukan adik kandung lo," lanjutnya.

Bara mendekat dan duduk di samping Radit. Ia masih diam menunggu kelanjutan kalimat Radit.

"Banyak yang bisa jadi tersangka disini. Naya bukan bunuh diri, dia dibunuh. Nade udah ceritakan?" tanya Radit.

Bara masih memasang wajah yang damai seolah itu bukan informasi yang baru, "lo tau siapa tersangkanya?" Langsung dibalas gelengan oleh Radit.

"Tapi gue punya tersangkanya di sini,"

"Awalnya gue nggak pernah berpikir ke arah sana, tapi lama-kelamaan bukti ini langsung menyorot ke arah Syafa," dan air muka Bara masih sangat damai.

"Gue tahu kalau bokap lo keluarin uang supaya Nade tutup mulut." Beberapakali lelaki itu melihat Nade menerima uang dari papanya Bara. Yang ia tahu papanya Bara tidak menyukai Nade berdekatan dengan Bara untuk apa ia memperlakukan Nade dengan sangat perduli? Sampai puncak ia mendengar pembicaraan mereka yang menjerumus tentang insident di hari itu. Dari sana ia sudah tidak curiga lagi siapa tersangka kasus itu. Ia hanya diam karena Nade juga terlihat begitu frustasi menghadapi kenyataan di depannya. Dimana ia sangat membutuhkan uang untuk biaya rumah sakit mamanya. Jika dirinya diposisi Nade mungkin ia akan melakukan hal yang sama. Maka dari itu yang dilakukannya hanya diam dan tutup mata.

"Jadi apa yang akan lo lakuin?" Radit menatap penuh ke arah Bara.

Bara menidurkan kepalanya pada senderan sofa, matanya menatap ke arah langit-langit plafon apartemennya. "Gue dipihak Nade. Gue nggak bisa ngelkuin hal yang sama kaya yang dilakuin bokap gue. Tindakan Syafa itu kriminal," ucapnya dengan nada yang tegas.

"Kalau dia yang dorong Naya dari rooftop. Sebenarnya nggak masuk akal kalau dia juga yang bunuh Shaka. Sedangkan posisi Shaka megang barang bukti di genggamannya," lanjut Bara.

"Pisau ukir. Lo tau kalau kalau Shaka suka seni ukir?" Radit menanyakan hal ini spontan.

"Nggak, Shaka nggak pernah sentuh hal-hal kaya gitu," jawab Bara dengan cepat. Namun seperkian detik ia menegakkan badannya dan menatap ke arah Radit.

Kembali? [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang