3. Hujan dan rain

68 42 18
                                    

Happy happy happy
Happy happy reading!!

***

"Naik."

Suara itu mengagetkan Naya yang sedang berjalan. Menolehkan kepalanya ke arah suara itu, pupil matanya melebar Bara?

"Malah melamun! Sekolah masih jauh, 7 menit lagi bell, Lo mau dijemur sama buk Linda?" tambah Bara yang belum juga mendapatkan respon dari Naya.

"Masa bodo lah." Hendak menaikan kakinya ke atas standar tiba-tiba sedikit oleng karena Naya yang naik ke jok belakangnya dengan brutal. Bara menarik ujung bibir kirinya.

***

"Lo udah berani ngajak Naya ke sekolah bareng ya, Bar. Ngaku aja deh kalian balikan, ya, kan?" tanya Radit. Yah, benar Bara dan Naya dulunya adalah sepasang kekasih namun hanya bertahan selama enam bulan dan sudah menjadi mantan dari sepuluh bulan yang lalu. Satu sekolah tahu tentang hubungan mereka. Bara yang melakukan pendekatan dari mpls. Namun keduanya jadian saat kenaikan kelas XI. Dan putus setelah enam bulan berpacaran. Rumor yang beredar mengatakan kalau Bara bosan berpacaran dengan Naya yang maniak belajar.

Awal masuk sekolah seluruh anggota sekolah tahu Naya adalah murid yang ambis. Setelah naik kelas XII atau lebih tepatnya setelah ibunda nya meninggal dunia, ia malah terlihat seperti murid pada umumnya. Mereka berpikir jika sifat malas mulai merasuki Naya.

"Buset, Dit. Nyeplos aja tuh mulut lo." Tawa Alka terdengar membenarkan tuduhan dari Radit untuk Bara.

"Lah, nggak salah kan? Emang lo nggak mikir ke situ?"

"Menurut gue kalo dipikir-pikir itu enggak mungkin," ucap Alka percaya diri. Radit melihat Bara hanya berdiam tanpa meralat ucapannya dan Alka membuat kerutan di jidat nya.

"Tumben lo enggak ngeles, Bar?" tanya Radit.

"Waitttt... jadi antara dugaan kami berdua ada yang bener? OMG!!" pekik Alka di ujung kalimatnya.

"Berisik," itu bukan sahutan dari Bara melainkan Aidan.

"Lo ya, Dan. Mentang-mentang pinter masih pagi gini udah turu aja, neng rain apa kabar?" goda Radit.

"Sebenarnya ada yang buat gue penasaran, nama pena crush kalian kok bisa sama, sih?" Alka menyerobot pertanyaan Radit. Mata lelaki itu memindai dari Bara ke Aidan. Keduanya enggan menjawab.

"Bara, kakak hujan. lo, neng rain," sambungnya. Keadaan hening.

"Kalau lo mikir mereka orang yang sama, lo salah," jawab Aidan. Bagaimana bisa orang yang sudah mati di sama kan dengan orang yang masih hidup? Pikir Aidan. Ia  menolehkan kepalanya ke arah Bara "Pulang kerumah lo tadi malam?" Tanya Aidan. Pasalnya hanya rumah Bara satu satunya alasan mengapa Bara bisa berangkat bersama Naya. Dan hanya deheman yang menyahuti pertanyaan Aidan.

"Jadi lo singgah dong kerumah mantan?" tambah Radit sembari kecikikan.

"Nemu dijalan," jawab Bara seadanya.

Plakk... "Nemu, nemu lo kira Naya barang? Dulu aja, kemanapun selalu ngintilin mulu,"  serobot Radit.

Melirik tajam ke arah Radit yang tiba-tiba menggeplak bahu kirinya.

"Ampun," ucap Radit sambil menyatukan kedua telapak tangan nya.

***

"DORRR!!" Teriakan Naya memberi sentakan kecil di jantung Bara. Masih dengan memegang bahu Bara membuat kedua insan berbeda gender itu saling bertatapan.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 detik...

Kembali? [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang