Terpesona

92 3 0
                                    

Donat gula memang makanan penutup terbaik ketika suasana seharian ini sedang tidak mendukung dan sedang mengalami hari yang buruk. Jelita sedikit kesal dengan satu anggota kelompoknya di mata kuliah manajemen kinerja dan balas jasa. Ada satu anak yang hanya numpang nama dan anak itu tidak merasa bersalah akan perbuatannya.

Meskipun Jelita sudah menasehati orangnya, namun anak itu justru tidak mendengarkan dan tidak merespon perkataan Jelita.

Teman sekelompoknya yang lain bukannya ikut membantu Jelita dalam menasihati, teman-temannya justru menyuruh Jelita untuk membiarkannya karena anak itu memang sudah biasa selalu menumpang nama di kelompok manapun. Sungguh menyebalkan!

Jelita meredam amarahnya dengan menikmati donat gula yang dijual di kantin fakultasnya. Jelita sendirian hari ini karena Andrea pergi ke acara bazar buku di fakultas sastra, sedangkan Kinan memang bolos hari ini, entah alasan apa yang membuat Kinan hobi bolos kuliah.

Padahal, hari ini ada presentasi kelompok dan Kinan memilih tidak masuk karena katanya tugas kelompok mau dirinya masuk atau tidak yang penting dirinya sudah terlibat mengerjakannya. Kelas pagi saja Kinan sering bolos apalagi kelas di sore hari, mungkin keberangkatannya bisa dihitung jari.

“Jelita!” Seseorang menepuk kedua pundak Jelita yang seketika membuat pemilik pundak menoleh ke belakang.

“Kinan? Bukannya lo bolos kuliah?” tanya Jelita setelah Kinan duduk berhadapan dengannya.

“Gue bolos kelas, bukan bolos ngampus,” sahutnya. Jelita menawari donat terakhir pada Kinan dan gadis itu dengan senang hati menerimanya.

“Kita harus ke fakultas teknik lagi, gue udah nemu cowok tampan berwibawa sesuai tipe lo. Kali ini lo nggak boleh nolak, minggu-minggu kemarin keliatannya lo sibuk banget sampai nggak bisa main sama gue sama Andrea, ngapain, sih?”

Pertanyaan Kinan membuat Jelita sedikit gagu dan takut jika ia tidak sengaja membocorkan rahasianya bahwa dari minggu-minggu kemarin dirinya sibuk dengan persiapan pernikahannya yang serba terburu-buru itu.

“Kan lagi banyak tugas, terutama tugas kelompok, lo yang ngerjain tugas selalu mepet nggak diajak,” sahut Jelita dan berusaha terkekeh.

Kinan bercerita jika beberapa hari yang lalu, dirinya pergi ke fakultas teknik bersama Andrea untuk cuci mata. Mereka berdua masuk kantin fakultas teknik sebagai tempat paling strategis untuk menikmati pesona cowok teknik di berbagai sudut di kantin itu.

Kinan menangkap seorang cowok tampan berwibawa yang selalu menjadi tipe Jelita, tadinya Kinan ingin memotret cowok itu namun ia urungkan karena kondisi kantin sedang ramai dan banyak orang yang berlalu-lalang.

Jelita yang awalnya biasa saja menjadi tertarik pada cerita Kinan setelah Kinan memberitahu jika cowok itu pandai bermain gitar dan bersuara merdu. Jelita tidak tahu Kinan melebih-lebihkan ceritanya atau tidak, tapi yang jelas, cerita Kinan membuat Jelita jadi penasaran dan ingin melihat rupa cowok yang dimaksud Kinan.

Sudah lumayan lama Jelita tidak main ke fakultas lain untuk cuci mata karena kemarin-kemarin disibukkan dengan banyak hal yang tidak jelas. Kini saatnya Jelita kembali menjadi penikmat seni wajah cowok-cowok tampan!

Setelah merasa donat gulanya sudah turun ke lambung, Kinan segera mengajak Jelita untuk pergi ke kantin fakultas teknik. Jaraknya tidak jauh, justru fakultas teknik yang paling dekat dengan fakultas ekonomi bisnis dibandingkan fakultas lain. Itu sebabnya tadi Jelita menolak ajakan Andrea untuk pergi ke fakultas sastra, karena letaknya lumayan jauh.

“Emang lo yakin cowok yang dimaksud ada kelas sore juga?” tanya Jelita ketika keduanya sudah sampai di kantin fakultas teknik.

“Namanya juga usaha, kalo nggak ketemu sekarang kan masih ada besok, lagian besok kita ada kelas pagi, jadi habis kelas pagi kita ke sini lagi,” sahut Kinan, netranya mengedar ke seluruh penjuru kantin seperti mata-mata.

MARRIED IN TWENTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang