Panorama

46 1 0
                                    

Panorama adalah sebuah cafe tempat anak-anak muda melakukan kegiatan lebih dari sekedar menikmati secangkir kopi dan dessert pelengkap. Panorama adalah tempat singgah sekaligus tempat istirahat dari banyaknya masalah yang dialami oleh anak-anak muda.

Panorama juga menyediakan internet gratis sehingga siapa saja dapat mengaksesnya dan biasanya anak-anak muda menggunakannya untuk mengerjakan tugas kuliah. Di sini juga terdapat hiburan berupa live musik setiap malamnya dengan satu bintang tamu dan semua orang bisa menyumbang lagu.

Tempatnya yang luas dan nyaman membuat anak-anak muda merasa ingin menginap. Konsep tempatnya outdoor namun tetap terjaga dari hujan dan badai karena atap dan sisi-sisinya dilapisi kaca transparan sehingga ruangannya tampak seperti tidak berdinding ataupun beratap.

Lantainya bukanlah keramik ataupun paving melainkan rumput palsu sebagai karpet, sehingga pelanggan harus meletakkan alas kaki mereka di rak sepatu yang sudah disediakan. Semua kursi bukanlah sofa empuk apalagi kursi rotan yang membuat sakit punggung.

Kursinya adalah bean bag, kursi bantalan yang nyaman untuk duduk sekaligus rebahan. Mejanya berbentuk lingkaran berbahan dasar mebel yang isinya serbuk kayu sehingga ringan untuk dipindah-pindah posisi sesuai keinginan pelanggan.

Bangunan itu dua lantai, lantai pertama adalah tempat para pelanggan menikmati waktunya tanpa perlu melihat barista atau karyawan mondar-mandir yang membuat pandangan menjadi terganggu.

Semua karyawan ada di lantai dua beserta etalase kaca yang menampilkan pastries. Semua jenis kegiatan jual beli sekaligus pembayaran ada di lantai dua.

Jika pelanggan selesai menaruh sepatu di rak sepatu, mereka akan naik ke lantai dua untuk memesan minuman dan pastries yang terpajang di etalase kaca.

Pelanggan juga harus menunggu minuman yang dipesan siap dan langsung membayarnya di kasir. Setelah itu pelanggan turun ke bawah dan bebas duduk di kursi yang kosong tanpa perlu berurusan lagi dengan barista dan kasir.

Di lantai satu, tersedia live musik yang selalu menghibur setiap malam, apalagi jika malam Minggu. Panorama akan mendatangkan penyanyi yang memiliki banyak penggemar untuk menjadi bintang tamu, sisa waktunya diberikan kepada pelanggan yang mau menyumbang lagu.

Di depan sana ada gitar akustik, gitar bas, drum, dan piano yang menjadi fasilitasnya. Jelita, Kinan, dan Andrea sudah berada di Panorama setengah tujuh, belum ada pelanggan kecuali mereka bertiga.

Hal ini membuat ketiga anak itu memesan lumayan banyak karena akan berada di sini hingga larut malam. Jelita memesan dua matcha latte dingin, satu butter croissant, satu glaze doughnuts, dan satu cheese cake.

Kinan memesan macchiato dingin dan vanila latte dingin, untuk makanannya ia memilih french toast dan cinnamon roll. Andrea sendiri memilih dua mocca latte dingin dan makanan pendampingnya berupa strawberry cake, apple pie, dan fruit tart.

Setelah turun ke lantai dasar, Kinan segera mematok salah satu meja dengan dua bean bag berwarna biru, Kinan mengambil satu bean bag berwarna biru untuk dipindahkan ke meja mereka.

Pelanggan di sini bebas memindah kursi atau meja sesuka hatinya, jadi mereka tidak akan ditegur apabila melakukan itu. Panorama mengusung konsep kebebasan seperti jiwa anak muda yang selalu ingin bebas tanpa ada kekangan dari siapapun.

Pelanggan lain mulai berdatangan dan hampir semua bean bag terisi, jam menunjukkan pukul tujuh yang membuat musik yang sedang diputar segera dimatikan karena live musik akan segera dimulai.

Rayen, si bintang utama datang ke depan disertai sorakan dari pelanggan termasuk Jelita dan Kinan. Ada banyak pelanggan yang wajah-wajahnya dikenali sebagai mahasiswa Sabiru, Jelita yang notabenya suka berkeliling ke semua fakultas merasa tidak asing dengan wajah-wajah yang datang.

Jelita dan dua temannya memilih duduk paling belakang karena ingin menikmati nyanyian Rayen bukan paras tampannya, malam ini fokus pada suaranya karena mereka  jarang mendengar Rayen bernyanyi.

Semua orang bersorak ketika Rayen mulai menyanyikan bait pertama, suaranya yang merdu seakan menghipnotis semua pelanggan untuk hanyut dalam nyanyiannya.

“Gue mau punya suami kayak Rayen,” celetuk Kinan yang membuat Andrea terkekeh.

“Udah nggak suka cowok bad boy lagi? Tipenya sama kayak Jelita sekarang?” tanya Andrea pada Kinan yang hanya mengangguk saja karena terlanjur menikmati suara merdu dari Rayen.

“Semua cowok selalu dijadiin suami kalo sama Kinan,” sindir Jelita yang membuat Kinan mengangguk karena ia juga berpikir demikian.

Kinan memang lebih suka cowok yang berantakan, namun ia baru menyadari jika cowok rapi lebih membuat hatinya berantakan. Suara Rayen membuat Kinan langsung memikirkan adat apa yang akan digunakan untuk menikah dengan Rayen.

Kinan juga menghayal tentang konsep pernikahan yang aesthetic dan Rayen akan menyanyikan lagu ‘Beautiful In White’ milik Shane Filan sebagai latar lagu pernikahan mereka.

Kinan dan Rayen akan berdansa bersama dengan latar musik lagu ‘Perfect’ yang dinyanyikan oleh Ed Sheeran. Betapa manisnya khayalan itu hingga tidak menyadari bahwa Rayen telah selesai menyanyikan lagu terakhir

Cowok itu hanya membawakan tiga lagu, karena sudah selesai Rayen mengucapkan terima kasih lalu melenggang pergi karena ia mungkin memeliki agenda lain sehingga harus segera pergi. Langkah Rayen diantar dengan suara teriakan para gadis yang mengantarnya hingga masuk ke mobil.

Pembawa acara tersebut kemudian memberikan kesempatan pada siapa saja yang mau menyumbang lagu, ada seorang cowok dari bagian ujung mengangkat tangganya, melangkahnya cowok itu membuat orang-orang bertepuk tangan.

Namun, Jelita justru membulatkan netranya apalagi setelah Kinan bertanya, “Itu Giskala, kan?” Andrea mengiyakan lalu menyenggol lengan Jelita.

“Giskala bisa nyanyi?” ujar Jelita yang bertanya pada dirinya sendiri, ia tidak pernah mendengar cowok itu bernyanyi di rumah.

Jelita benar-benar terkejut jika Giskala bisa menyanyi, biasanya orang yang suaranya bagus akan cenderung lebih sering menyanyi, tapi Jelita tidak pernah mendapati cowok itu mengeluarkan suara nyanyiannya.

“Selamat malam semuanya…” sapa Giskala pada semua pelanggan yang datang, para pelanggan membalas sapaan Giskala dengan keras terutama para gadis yang tersipu dengan suara dari cowok itu.

“Di malam yang hangat ini, gue mau nyumbang dua lagu, boleh, kan?” tanya Giskala yang membuat penonton bersorak boleh bahkan ada beberapa gadis yang meneriaki dan menyuruh Giskala untuk menyumbang sepuluh lagu.

Cowok itu mulai memetik gitarnya membuat penonton bertepuk tangan kecuali Jelita yang sepertinya masih terkejut karena melihat cowok yang serumah dengannya berada di depan untuk menyanyikan lagu dan berhadapan dengan banyak telinga yang siap mendengarkan.

Tidak mungkin jika suaranya jelek, kan? Cowok itu pasti akan menjadi bulan-bulanan orang jika ternyata suaranya jelek dan pastinya malu untuk berhadapan dengan banyak orang.

Do you love the rain, does it make you dance...

Jelita terbelalak bukan hanya karena suara Giskala yang merdu, namun terkejut dengan lagu yang dibawakan cowok itu. Lagu ‘Ten Thousand Hours’ dari Justin Bieber bersama Dan dan Shay adalah lagu kesukaan Jelita. Kenyataan ini sangat berbahaya! Bisa-bisa Giskala masuk dalam list crush milik Jelita.

“Ta, Giskala tahu lagu kesukaan lo?”

Jelita menggeleng, ia tidak pernah memberitahukan apapun mengenai hal pribadi pada cowok itu kecuali nyctophobia miliknya.

“Ta, lo yakin nggak punya perasaan sama cowok itu?”

MARRIED IN TWENTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang