“Gue putus.”
“Mampus!”
“Makanya selera lo jangan yang susah digapai, selera lo kalo nggak anak dosen pasti anak rektor. Meskipun lo ikut HIMA, tetep aja mereka mandang lo sebagai mahasiswa biasa.”
“Bukannya dihibur malah makin dijatohin, sialan lo berdua!”
“Lo masih mending…”
“Malah ngajak adu nasib.”
“Dengerin dulu! Gue lagi diambang kehancuran! Gue disuruh nyari calon tahun ini, kalo kagak, gue bakal dijodohin! Lawak banget, brengsek!”
“Orang tua lo buru-buru amat pengen punya mantu, lo masih dua puluh tahun, woy!”
Satu orang di antara ketiganya menjelaskan jika orang tuanya menyuruhnya menikah di usia dua puluh tahun bukan tanpa alasan. Orang tuanya ingin anaknya menikah lebih dulu karena dirinya masih belum disibukkan dengan mengambil alih kepemilikan restoran milik orang tuanya.
Di perkuliahan yang baru semester tiga ini, orang tuanya bisa memberikan kebebasan untuk anaknya dalam mencari pasangan. Karena, di semester pertengahan menuju akhir, pasti anaknya akan disibukkan dengan kuliahnya.
Setelah lulus kuliah, anaknya akan langsung mengambil alih restoran sehingga akan disibukkan dengan berbagai hal. Orang tuanya khawatir jika anaknya tidak sempat memikirkan untuk mencari pasangan ketika sudah masuk usia produktif dalam bekerja, alhasil seperti yang dialami adik dari ayahnya, dia baru bisa menikah di usia empat puluh tahun.
Apalagi anaknya ini belum pernah mengenalkan gadis satupun selama di masa sekolah sampai sekarang. Selain itu, jika anaknya menikah sebelum menjadi apa-apa, diharapkan anaknya bisa mendapat pasangan yang tulus mencintainya dan tidak akan meninggalkan anaknya karena kita tidak tahu ada apa di masa depan.
Banyak gadis jaman sekarang yang selalu memandang laki-laki dari kesuksesannya, jarang dari mereka mau bersusah payah jatuh bangun dari titik awal.
Meskipun anaknya sudah jelas akan melanjutkan bisnis restoran milik orang tuanya, tapi orang tuanya berpikir anaknya masih perlu banyak belajar agar dapat mengambil alih aset sepenuhnya. Selama proses belajar itu, anaknya harus mendapatkan dukungan bukan hanya dari orang tuanya saja, tapi juga dari pasangannya.
“Tapi alasannya masuk akal, tinggal iyain aja, lagian masa depan lo udah tertata. Lo nggak perlu takut nggak bisa nafkahin anak orang.”
“Yang gue pikirin bukan itu, tapi di mana gue nyari calonnya? Gue nggak pernah punya pacar, terus tiba-tiba disuruh nyari istri? Yang bener aja!”
“Cewek mana yang nggak mau sama lo? Kagak usah sok merendah! Semua cewek mau sama lo, lo yang nggak mau pacaran.”
“Kalo gue milih di pihak lo, Kal. Pacaran itu ribet. Ngertiin maunya cewek bikin mumet!”
“Nah, ini! Panca emang sohib gue!”
Ketiga orang itu adalah mahasiswa fakultas ekonomi bisnis dengan jurusan yang sama.
Seseorang yang memberitahu jika dirinya baru putus bernama Kemal, orang yang selalu menghindari lawan jenis karena menurutnya mereka sangat sulit dipahami bernama Panca. Sedangkan orang yang sejak tadi menjabarkan keluh kesahnya karena dirinya harus mencari calon untuk segera menikah bernama Giskala.
“Gimana cara dapetin cewek?” tanya Giskala ragu-ragu.
“Buat elu mah gampang, cuma modal senyumin aja, semua cewek juga bakal klepek-klepek,” sahut Kemal disertai dengan kekehannya.
“Gue serius, bego!” berang Giskala yang langsung menoyor kepala Kemal.
“Lah, gue juga serius! Harusnya lo kayak si Bisma yang pinter memanfaatkan kegantengannya buat tebar pesona sana-sini, cewek fakultas mana yang belum digombalin sama Bisma?” balas Kemal sembari merapikan rambutnya yang bergeser karena terkena toyoran Giskala.
“Bisma bukan ngajarin gue cara dapetin cewek, yang ada malah ngajarin gue jadi buaya kampus!” sungut Giskala.
“BTW, si Bisma kagak muncul-muncul dari tadi?” tanya Kemal sambil mengedarkan pandanganya menjelajahi sudut-sudut kantin. Namun, ia tidak kunjung menemukan Bisma.
“Masih meratapi nasib karena habis diputusin,” timpal Panca yang membuat Giskala menghentikan pergerakan sendoknya lalu mendongak ke arah Panca.
“Putus sama si Hanin anak manajemen apa udah ganti lagi?” tanya Giskala sakbil berusaha mengingat beberapa cewek terakhir yang dekat dengan Bisma.
“Iya, masih sama anak manajemen, Bisma cerita sama gue kalo Hanin ngundurin diri dari kampus dan pindah ke kampus lain,” sahut Panca setelah membasahi tenggorokannya dengan segelas jus alpukat.
“Apa si Hanin kagak rugi pindah dari Sabiru?” tanya Kemal yang dibalas Panca yang mengedikkan bahunya.
Ketiga cowok itu kembali melanjutkan menikmati makanan dan minuman di kantin fakultas. Kemal sesekali melirik ke berbagai sudut mencari keberadaan Bisma.
Alih-alih menemukan Bisma, Kemal justru salah fokus dengan seorang gadis yang sedang duduk sendirian di pojok paling kiri dekat dengan dinding. Gadis itu nampak sedang memakan donat gula sehingga terlihat di area bibirnya terdapat jejak gula halus yang menempel.
Kemal yang posisinya berhadapan dengan Giskala segera menepuk tangan Giskala lalu memberi isyarat dengan netranya yang mengarah pada gadis yang sedang menikmati donat gula. Giskala dan Panca mengikuti arah pandang Kemal yang mengarah pada satu gadis di pojokan.
“Cantik, tuh. Godain, sana! Terus langsung ajak nikah, kalo diliat-liat lumayan juga tuh cewek, cocok lah sama lo,” terang Kemal sembari mengangkat kedua alisnya naik turun ke arah Giskala.
“Enteng bener mulut lo kalo ngomong!” hardik Giskala lalu memukul kepala Kemal dan yang dipukul segera membenarkan rambutnya agar tidak berantakan.
“Daripada lo nantinya dijodohin? Masih mending kalo dijodohin sama yang seumuran, kalo dijodohin sama perawan tua emang lo mau?” tanya Kemal dengan penuh penekanan yang membuat Giskala sedikit goyah.
Seseorang menggebrak meja yang membuat ketiga cowok yang sedang mengamati seorang gadis di pojokan jadi tersentak hingga ketiganya memegangi dada karena jantungnya berdebar kencang.
Ternyata seseorang itu adalah Bisma yang sudah ditunggu dari tadi. Bisma lalu mendapatkan umpatan dari ketiga temannya yang terkejut. Bisma bertanya apa yang membuat ketiga temannya itu mengunci pandangan ke arah yang sama.
Kemal memberitahu jika mereka sedang mengincar gadis di pojokan yang tengah memakan donat gula untuk menjadi incaran Giskala. Dengan bangganya, Bisma menawarkan bantuan supaya Giskala dapat mendekati gadis itu dengan mudah.
Bisma mengeluarkan buku dari dalam tasnya, buku itu berjudul ‘Seratus Gombalan Ampuh Pemikat Gadis’ yang mana Bisma langsung membuka halaman lima belas dan menyuruh Giskala untuk menghafalkan gombalannya.
“Gombalan yang berkaitan sama ajakan nikah aja, si Giskala kan mau nyari cewek buat dinikahin,” saran Kemal pada Bisma.
Bisma terkejut karena tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Giskala berniat untuk menikah. Giskala menjelaskan secara singkat kenapa dirinya harus mencari calon istri untuk dikenalkan pada orang tuanya.
Giskala juga tidak mau jika ucapan Kemal menjadi kenyataan, menikah dengan perawan tua? Ih, amit-amit!
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED IN TWENTY (END)
Roman d'amourDIPUBLIKASIKAN TANGGAL 18 JULI 2024 Genre : Young Adult, College Life Menikah? Jelita tidak pernah memikirkan itu. Baginya, menikah adalah garis finish sebagai tujuan setelah ia mencapai semua impiannya. Bagi Jelita sebagai mahasiswa semester tiga d...