“Iya, tapi nggak kurang bahan juga! Lo sendiri pasti tahu akibat makai baju itu di depan cowok. Lo itu mau makan bukan mau jadi ani-ani, ganti sekarang!”
Jelita kesal lalu menarik Giskala untuk masuk ke kamar. Jelita menyuruh cowok itu memilihkan baju untuknya. Daripada Jelita susah payah bergonta-ganti baju, waktunya juga tinggal sedikit.
Giskala berpikir jika ide Jelita memang bagus, kenapa tidak dari awal saja? Giskala lantas mengobrak-abrik baju yang memang sudah berantakan di atas kasur.
Selang dua menit, cowok itu menarik sebuah baju lalu menyerahkannya kepada Jelita, gadis itu mengangguk lalu menyuruh Giskala keluar karena akan berganti baju.
Jelita keluar kamar dengan memakai midi dress selutut berwarna hitam, bermotif kelopak bunga kecil berwarna putih, lengan pendeknya model ballon sleeve standar. Bagian lehernya adalah square neck.
Lehernya yang jenjang akan lengkap dengan penambahan kalung minimalis yang membuat leher Jelita semakin mempesona. Rambutnya diikat dengan model messy bun yang semakin mempercantik tampilannya.
Giskala membulatkan netranya, menatap kagum pada gadis yang baru saja menghampirinya. Pakaian elegan itu membuat tampilan Jelita yang feminim menjadi jauh lebih feminim.
Cowok itu bahkan tidak menyadari mulutnya setengah terbuka. Cowok itu juga hampir tidak berkedip, ia belum pernah melihat Jelita menggunakan pakaian yang anggun seperti itu.
“Woy! Gimana? Udah sesuai belum? Malah diem kayak patung!”
Giskala mengerjapkan netranya, mulai tersadar jika sedari tadi ia tidak berhenti memandangi wajah Jelita yang dipoles riasan wajah yang lebih jelas. Setiap hari gadis itu mengenakan riasan wajah yang tipis.
Gadis itu terlihat cantik, Giskala seperti menemukan pesona Jelita yang tersembunyi. Cowok itu lantas berdehem lalu menganggukkan kepala sambil mengacungkan dua ibu jarinya tanda ia setuju dengan pakaian yang Jelita kenakan kali ini.
Gadis itu tampak lega karena ia tidak perlu lagi mengganti pakaian, dirinya melirik jam dinding dan menyadari bahwa waktunya tinggal sedikit.
“Gue telat!” sergap Jelita yang langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil sling bag mutiara sebagai pelengkap outfit malam ini.
Jelita sengaja memesan ojek online motor karena ia tidak ingin berperang dengan kemacetan. Sekarang adalah pukul tujuh, waktu pulang para pekerja yang lembur, meskipun tidak separah seperti jam lima sore tapi Jelita tetap tidak mau diburu-buru oleh waktu.
Sampailah Jelita di lobby bangunan hotel Atlantis yang megah, hotel bintang tiga ini menjadi hotel yang digemari oleh orang-orang kelas menengah atas. Ini pertama kalinya Jelita memijakkan kakinya di lantai marmer hotel yang bersih dan terawat.
Jelita celingukan mencari seseorang yang akan mengantarkan dirinya ke restoran hotel untuk makan malam. Gadis itu menulis pesan di DM yang tertuju kepada Nadia, manager Rayen. Nadia memang menyuruh Jelita untuk menunggu di lobby sampai ia menjemputnya untuk dipertemukan dengan Rayen.
Pesan dari Kinan juga turut hadir yang membuat Jelita langsung merekam penampakan lobby dan mengirimnya pada Kinan. Karena belum terlihat tanda-tanda akan ada orang yang menghampiri, Jelita akhirnya memilih duduk di salah satu sofa yang tersedia di sana.
Pandangannya melirik ke berbagai arah untuk meneliti setiap sudut lobby dan memperhatikan orang-orang yang lewat. Jelita dapat melihat aura positif dari beberapa orang yang duduk sambil menikmati secangkir cokelat panas ataupun kopi.
Jelita juga memperhatikan satu wanita yang sibuk dengan laptopnya ditemani matcha latte dingin. Ia merapatkan doa sambil memandangi wanita itu, Jelita ingin menjadi wanita karir yang sukses seperti wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED IN TWENTY (END)
RomanceDIPUBLIKASIKAN TANGGAL 18 JULI 2024 Genre : Young Adult, College Life Menikah? Jelita tidak pernah memikirkan itu. Baginya, menikah adalah garis finish sebagai tujuan setelah ia mencapai semua impiannya. Bagi Jelita sebagai mahasiswa semester tiga d...