Tersangka

53 2 0
                                    

Rencana telah tersusun rapi, Giskala dan Jelita berencana untuk mengajak Bisma pergi hangout di penginapan yang lumayan jauh dari pusat kota. Tujuannya tentu bukan penginapan melainkan rumahnya Hanin.

Andrea dan Kinan juga membantu dalam misi ini. Giskala berbohong jika ia ingin mengajak Bisma karena ia tidak mau sendirian karena semua yang ikut adalah cewek. Bisma seperti orang bodoh yang kegirangan dan mempersiapkan semua hal untuk ke penginapan.

Hal ini membuat Giskala dan yang lainnya bersorak dalam diam karena Bisma tidak curiga terkait ajakan yang sangat mendadak ini.

Di perjalanan, semua diam kecuali Bisma yang sesekali melontarkan gombalan untuk ketiga cewek yang duduk di kursi penumpang.

Jelita, Andrea, apalagi Kinan sudah mengumpat dalam hati sepanjang gombalan dan bahasa sok asik Bisma yang membuat mereka bertiga ingin menonjok cowok sialan itu. Bisa-bisanya Hanin mau-mau saja diajak melakukan hubungan dewasa dengan cowok seperti Bisma? Hanin tidak waras! Bisma lebih tidak waras!

Tadinya, Jelita dan teman-temannya ingin langsung menghajar Bisma ketika mereka tahu bahwa orang yang selama ini dicari adalah Bisma, pacarnya Hanin. Perjuangan mereka bertiga keliling untuk menginterogasi setiap anak dari berbagai jurusan memuahkan hasil meskipun tidak berkaitan dengan pencarian yang dilakukan beberapa hari ke belakang.

Namun, petunjuk bisa datang dari mana saja asal kita tidak pantang menyerah. Justru ketika kita hampir menyerah, sebenarnya keberhasilan sudah dekat, jadi jangan pernah memutuskan untuk menyerah dalam segala hal. Hidup itu perjuangan.

Sekitar dua jam perjalanan, Giskala sampai di sebuah rumah yang terbilang lumayan besar untuk ukuran rumah pada umumnya. Rumah itu bercat putih bersih sehingga menampakkan aura kemewahan.

Dua pilar besar berdiri di sisi kanan dan kiri mengapit teras rumah yang berbahan granit. Halaman rumahnya tidak luas, namun cukup untuk parkir dua mobil, sebagian halamannya diaspal dan sebagian lagi ditumbuhi rumput yang terawat dan terlihat tidak boleh diinjak roda kendaraan.

Jelita menekan bel dan beberapa menit kemudian pintu utama dibuka dan menampakkan seorang wanita. Penampilannya rapi dengan setelan kemeja pendek berbahan katun dan celana panjang casual berbahan polyester.

Gambaran wanita karir terpampang nyata di depan Jelita yang juga menginginkan impiannya tepat seperti wanita yang berdiri di depannya. Wanita itu mempersilahkan mereka masuk dan menyuruh mereka duduk di ruang tamu. Orang tuanya Hanin sudah dikabari lebih dulu jika Jelita akan datang bersama teman-temannya dan juga tersangka utama.

Bisma lantas kebingungan, kenapa teman-temannya berkunjung ke rumah orang? Bukankah tadi mereka mengajaknya ke penginapan untuk rileksasi dari kehidupan yang rumit?

Jelita masih meredam emosinya bahkan berusaha menahan supaya tidak menendang wajah Bisma. Selama ini Bisma bahkan tidak tahu rumah Hanin? Orang gila ini benar-benar lari dari tanggung jawab.

Giskala akhirnya mengakhiri sandiwara, cowok itu memberitahu Bisma jika ia ingin mempertemukan Bisma dengan seseorang. Bisma hanya bisa mengekrutkan keningnya, ia penasaran siapa yang ingin menemuinya.

Terdengar langkah seseorang mendekat dari sekat perantara antara ruang tamu dan ruang privasi orang rumah. Datang seorang pria masih mengenakan setelan jas kerjanya, bahkan dasinya masih terpasang meskipun sudah kendur.

Pria itu menatap satu-persatu anak di depannya, wajahnya yang awalnya biasa saja mendadak jadi masam.

“Dari kalian, siapa yang namanya Bisma?” tanya pria itu sembari menunjuk antara Giskala dan Bisma.

“Saya, Pak.”

“Kamu ke sini, ke hadapan saya.”

Bisma melempar pandangan pada Giskala, dan yang dilempari pandangan hanya mengangguk saja mengisyaratkan agar Bisma mengikuti perintah pria tadi. Bisma akhirnya bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju hadapan pria itu.

MARRIED IN TWENTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang