1. Kembali.

624 26 1
                                    

Soekarno-Hatta International Airport, 6 Februari 2024.

Sinar matahari pagi sudah mulai menampakkan dirinya dibalik sekumpulan awan dilangit Jakarta, memberi isyarat bahwa aktivitas pada hari ini akan dimulai. Begitu juga yang terlihat di Terminal 3 International Soetta pagi ini.

Terlihat seorang wanita yang kira-kira berusia awal 20 tahun tengah mendorong 2 buah koper besarnya untuk berjalan keluar dari gate kedatangan pesawat international menuju tempat drop-off, dimana sudah terlihat mobil SUV hitam yang menunggu dengan seorang pria gagah berusia sekitar pertengahan 40-an berdiri yang siap untuk mengangkat barang bawaan wanita itu untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

"Selamat pagi, kak Amanda." Ucap pria tersebut yang merupakan sopir yang sudah ditugaskan untuk menjemput wanita bernama lengkap Amanda Talitha Admaja, sembari mengangkat dan memasukkan barang-barangnya ke dalam bagasi mobil. Dan Amanda yang disapa pun langsung mengangguk dan menunjukkan senyum manisnya diikuti dengan lesung pipi yang menambah kesempurnaan diwajahnya itu.

"Kak, Pak Hamdan diminta untuk langsung nganter kakak ke rumah Jaksel, yaa. Bapak sama Ibu udah disana soalnya." Kata pak Hamdan sang sopir kepada Amanda yang duduk dikursi penumpang bagian belakang. "Oke, Pak. Langsung aja yaa, kalo udah sampe tolong bangunin Manda yaa." Jawab Amanda yang langsung dijawab anggukan dari Pak Hamdan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam lamanya, akhirnya mereka tiba di rumah kediaman keluarga Admaja. "Kak, udah sampe yaa. Barangnya nanti saya yang masukin kedalam." Ucap Pak Hamdan sambil memalingkan wajahnya ke kursi penumpang dibelakang. Amanda pun yang tengah tertidur langsung terbangun ketika mendengar suara pak Hamdan berbicara padanya. "Iya, makasi ya Pak". Balas Amanda dan langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah itu.

Krekk

Terdengar suara pintu rumah yang dibuka oleh Amanda. Wanita itu pun langsung masuk kedalam rumah yang sudah sekitar 3 tahun ia tinggalkan dikarenakan menempuh pendidikan di Parsons School of Design, New York. Amanda melangkahkan kakinya memasuki rumah itu sambil melemparkan pandangannya ke setiap sudut dari rumah ini, yang tidak pernah berubah sedikit pun dari terakhir kali ia meninggalkan rumah ini.

"Kamu udah sampe?" Ucap seorang wanita berumur pertengahan 50 tahun itu yang bisa membuat pandangan Amanda beralih menatap sumber suara itu. Amanda pun langsung jalan mendekat ke wanita itu, dan langsung memeluk wanita yang tidak lain adalah ibunya, Nyonya Admaja. "Ibu, kangen." Itulah kata yang terucap dari mulut Amanda begitu ia memeluk ibunya. Athalia, sang Ibu langsung membalas pelukan anak satu-satunya itu, sambil menganggukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa dirinya juga sangat merindukan anak perempuannya itu.

Setelah dirasa cukup, mereka pun melerai pelukan itu. "Belum sarapan, kan? Ayo makan dulu, Ibu udah masak khusus buat kamu." Ucap Athalia sambil menuntuk Amanda ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan, mata Amanda langsung bertemu dengan mata seorang pria yang tengah duduk dimeja makan, dan pria itu adalah Ayahnya. Amanda langsung berlari menuju ayahnya, dan tubuhnya langsung dijatuhkan ke pelukan ayahnya. Tuan Harry Admaja langsung menerima pelukan dari putrinya itu.

"Udah yaa, cukup dulu pelukannya, kita makan dulu sekarang." Kata Athalia yang langsung dijawab anggukan oleh ayah dan anak itu. Ditengah aktivitas makan mereka, Harry pun memulai percakapan duluan. "Manda, kamu di Jakarta sampe kapan, Nak?." Tanya Harry yang berhasil membuat Amanda dan Athalia langsung menatapnya saat itu. "Hmm, Manda belum kepikiran sampe kapan sih, Yah. Bisa aja Manda punya pikiran buat netap di Jakarta aja." Jawab Amanda santai sambil terus memasukkan makanannya ke mulut.

"Kamu beneran, Nak?." Tanya Athalia

"Bisa jadi aja, Bu. Soalnya capek juga tinggal di sana, makanannya bukan makanan Indo." Jawab Amanda.

"Yaudah, kalo gitu kamu ikut Ayah aja, yaa. Kebetulan sekarang lagi masa-masa mau pilpres." Ucap Harry yang dilanjutkan dengan meneguk air mineral digelasnya. "Kenapa emangnya kalo lagi mau pilpres, Yah?." Tanya Amanda yang sudah menyelesaikan makannya. "Ayah sama Ibu kan lagi dukung salah satu paslon, Nak." Jawab Harry yang menatap lekat Amanda.

"Hmm, mungkin bisa sih, Yah. Karena kegiatan Manda disini juga belum banyak, jadi gas-gas aja." Ucap Amanda yang dengan setia menatap Ayah dan Ibunya itu secara bergantian.

"Oke kalo gitu, deal yaa?." Harry berucap sambil mengangkat tangan kanannya untuk berjabat dengan tangan anaknya itu. Amanda hanya terkekeh dengan tingkah Ayahnya itu dan langsung menerima tangan Ayahnya sambil berkata, "Deal, Pak." Mereka bertiga pun tertawa dengan tingkah mereka yang sudah lama tidak pernah terjadi.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang