4. Kerja Sama?

262 20 0
                                    

Di ruang kerja Harry, Nicho langsung menjelaskan apa isi dari obrolan dirinya dengan ajudan Prabowo itu. "Design pakaian?." Tanya Harry lagi. "Iya betul pak, timses dari 02 berniat untuk membuat baju khusus untuk pak Prabowo dan wakilnya. Saat info itu sampai ke pak Prabowo langsung, pak Prabowo mengatakan untuk menghubungi Bapak." Jelas Nicho panjang lebar.

"Jadi maksudnya mau minta tolong ke Amanda, anak saya?."

"Iya, mungkin seperti itu, Pak. Karena mengingat Amanda lulusan fashion design, mungkin pak Prabowo tahu soal itu." Jawab Nicho lagi. Harry pun terlihat berpikir untuk kali ini. Didalam hatinya dia ingin membantu sahabatnya, tapi disatu sisi juga Harry tidak tahu apakah anaknya akan mengiyakan permintaannya ini atau akan menolaknya.

"Nic, nanti saya infokan lagi aja, ya." Ucap Harry sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya. Nicho pun hanya menunduk dan mengikuti Harry keluar dari ruangan.

Harry kembali menghampiri Amanda di ruang TV tadi dan langsung duduk disamping putrinya itu. "Kenapa tadi, Yah?." Tanya Amanda langsung saat Harry sudah duduk disampingnya. "Ohh itu, biasa."

"Tadi aku denger nyebut ajudannya pak Prabowo. Kenapa emangnya, Yah?." Tanya Amanda yang masih penasaran, pasalnya ayahnya berbicara dengan sekprinya itu dan tidak boleh didengar oleh dirinya.

"Sebenernya mereka minta bantuan Ayah." Jawab Harry. "Yaa dibantu dong, Yah. Kan ayah sama bapak udah temenan dari lama, masa disaat kayak gini ayah ga mau bantu sahabat ayah." Ucap Amanda yang sesekali melihat ke arah ayahnya itu.

"Ayah emang mau bantu, Nak. Tapi..." Ucapan Harry yang menggantung itu berhasil membuat Amanda melihat ke ayahnya. "Tapi apa, Yah?." Tanya Amanda penasaran. "Itu harus sepersetujuan kamu, Amanda." Jawaban Harry itu tambah membuat rasa penasaran Amanda. Tetapi Amanda tidak bertanya hanya mengernyitkan alisnya tanda ia bingung dengan perkataan ayahnya.

Harru yang mengeri dari kebingungan anaknya itu pun langsung menjelaskan apa yang disampaikan pleh Nicho padanya di ruang kerja tadi.

"Yah, Ayah serius?." Tanya Amanda dengan kaget sepenuhnya dan hanya dibalas anggukan oleh ayahnya. Amanda yang masih kaget hanya membuang nafasnya, dan menyenderkan badannya ke sandaran sofa.

Mengerti kegundahan dari anaknya itu Harry pun mencoba mengatakan sesuatu kepada Amanda. "Yaudah, Nak. Kalo kamu emang unavailable untuk ini, gapapa. Nanti ayah minta Nicho buat sampein ke mereka buat cari yang lain aja soalnya kamu gaa bisa."

Melihat sedikit kekecewaan dari ayahnya membuat Amanda jadi tidak enak hati kepada ayahnya. "Bentar, Yah. Kan aku belum jawab iya atau tidak." Ucap Amanda kepada ayahnya. "Aku pikirin dulu malam ini yaa, Yah. Besok aku konfirmasi lagi ke Ayah." Lanjut Amanda yang sedikit membuat hati Harry senang dan terharu ternyata putirnya ini sudah bisa mengerti apa yang dirasakan oleh ayahnya ini.

***

Sinar matahari pagi sudah mulai menyinari, mencoba menerobos masuk kedalam kamar Amanda lewat jendela kamarnya. Amanda yang sedikit terusik dengan sinar matahari pun akhirnya memutuskan untuk bangun saja. Saat ia membuka mata dan mencoba menyadarkan dirinya, ia teringat tentang obrolannya dengan ayahnya semalam.

Setelah berpikir cukup lama, Amanda pun akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan itu kepada ayahnya. Amanda sudah selesai mandi dan sedang menuruni tangga untuk ke ruangan makan.

"Ehh, kok tumben udah bangun?." Tanya Athalia sedikit kaget sambil melirik ke Amanda. "Iya, Bu. Mataharinya udah nyuruh aku buat bangun." Jawab Amanda sambil menarik kursi dan duduk dimeja makan depan ibunya. "Btw, Manda." Ucap Athalia yang membuat Amanda menengok ke ibunya sambil menyendok nasi goreng ke piringnya.

"Yang semalam diobrolin sama ayah gimana?." Lanjut Athalia ketika anaknya sudah melihat ke arahnya. "Ohh itu, aku udah pikirin sih, Bu." Mereka berdua terdiam sejenak dan akhirnya Amanda melanjutkan perkataannya. "Mungkin aku bisa bantu, Bu." Jawab Amanda.

"Yess, akhirnya anak ayah mau, Bu." Kata Harry yang muncul tiba-tiba, dan membuat kedua wanitanya itu terkejut. "Ihh Ayah, jangan suka kagetin gitu dong." Jawab Amanda kesal karena masih pagi sudah dikagetkan oleh ayahnya itu. Harry hanya tertawa dan mendekat ke arah Amanda dan mencium puncak kepala putrinya itu.

"Nanti ayah infoin pihak pak Prabowo yaa, kalo kamu bisa." Ucap Harry senang sambil melihat ke putrinya. Amanda pun hanya bisa mengangguk dan tersenyum menjawab ucapan ayahnya itu.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang