27. Dinner

101 16 0
                                    

Tina saat itu ingin mendengar apa yang memang terjadi dari hubungan adiknya itu. "Kok bisa? What the reason?" Tanya Tina.

"Amanda harus ke Sydney, kak. Kemungkinan besar dia engga balik lagi. Dia bilang ga tahu kapan dia balik ke Jakarta lagi." Ucap Teddy sambil melihat ke kakaknya dengan tatapan sedih.

Sungguh baru saat ini Tina melihat adiknya bisa sehancur ini karena seorang wanita. Pikirnya adiknya yang adalah seorang perwira TNI dengan tab Ranger, sudah dilatih semuanya untuk kuat. Tapi nyatanya untuk masalah putus cinta kali ini adiknya benar-benar sangat hancur. Tina langsung tahu sebesar apa rasa cinta adiknya ini ke Amanda.

"Sakit, kak. Aku pikir ga akan sesakit ini. Tapi ternyata sakit. Sakit sekali." Teddy kembali terisak saat itu. Tina yang ikut meraskan kesedihan adiknya langsung membawa Teddy ke pelukannya. Ia berharap pelukannya ini bisa sedikit menenangkan bagi Teddy.

"Yang Tuhan ga takdirkan untukmu, akan menemukan caranya untuk hilang. Begitu juga yang ditakdirkan untukmu akan menemukan jalannya untuk pulang. Bertemu dan berpisah dengan seseorang adalah takdir, Ted." Ucap Tina yang masih setia mendekap adiknya itu.

"Aku takut kalau memang dia bukan untuk aku kak. Aku mau dia. Cuman dia aja." Teddy masih terisak.

***

Malam itu benar-benar menjadi malam yang panjang bagi Amanda & Teddy. Walaupun sebenarnya sama saja, tapi mereka merasa malam itu sangatlah lama untuk berganti menjadi pagi hari.

Setelah matahari mulai menampakkan dirinya semua orang mulai terusik dengan cahayanya dan memutuskan untuk bangun. Begitu juga dengan Teddy dan Amanda yang baru meraskan bisa melewati malam panjang itu.

Hari ini mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Amanda hari ini tengah mempersiapkan kepergiannya meninggalkan Jakarta. Mengurus semmnua berkas yang diperlukan, membeli apa saja yang ia butuhkan dan masih banyak lagi. Kali ini Amanda ditemani oleh Tiara.

Teddy dengan tugasnya yang harus menemani Prabowo. Awalnya Teddy diberikan waktu untuk istirahat hari ini, tapi menurutnya jika ia hanya berdiam diri dirumah saja, ia hanya akan mengingat yang terjadi kemarin. Menjalankan tugas dengan keadaan hati tidak baik-baik saja sudah pasti sangat berat. Rekan kerjanya juga mengerti Teddy saat itu.

Saat sedang waktu untuk istirahat sebentar, Teddy berbincang dengan rekan kerjanya itu. Banyak hal yang mereka bicarakan. Rizky kali ini bertanya sesuatu ke Teddy. Entah kenapa Rizky terpikir untuk menanyakan hal ini.

"Kalau lu ditanya tentang apa yang lu takuti selain Tuhan, lu jawab apa?" Hal itu yang ditanyakan Rizky tiba-tiba.

"Kehilangan."

"Tapi ada yang lebih buruk dari itu." Sambung Teddy.

"Apa?"

"Menjalani hari-hari setelah fase kehilangan, melepaskan dan mengikhlaskan." Jawab Teddy dengan tatapan tetap lurus kedepan.

Rizky merasa sangat salah karena dia menanyakan hal itu ke Teddy sekarang.

"Ted, gue tahu ini ga akan mudah. Tapi lu harus berusaha pelan-pelan buat lupa, ya. Kalo kalian udah ditakdirin, percaya aja dia akan balik. Tapi lu juga harus siap kalo dia bukan takdir lu." Jelas Rizky.

Teddy mengangguk seolah mengerti. Karena sudah dua orang yang mengatakan itu kepadanya. "Jika memang chapter terakhir gue adalah ikhlasin dia, gapapa. Setidaknya gue pernah bahagia sama dia, dan buat dia bahagia." Teddy tersenyum getir saat mengucapkan kalimat itu.

Rizky bisa melihat kesedihan dari temannya itu. Untuk saat ini Rizky hanya bisa untuk jadi tempat bagi Teddy bercerita, dan memberikan beberapa nasihat untuk Teddy.

***

Disisi lain Amanda dan Tiara sedang berada di pusat perbelanjaan Jakarta. Tiara senantiasa menemani sahabatnya untuk mencari semua kebutuhannya, sembari untuk melupakan sejenak kesedihan temannya itu.

"Manda, kalo suatu saat lu emang bisa balik ke Indo, please banget balik ya." Tiara tiba-tiba mengatakan itu disela-sela mereka sedang melihat beberapa barang.

"Iya balik. Siapa tahu gue 2 tahun doang disana?" Saut Amanda tanpa melihat ke lawan bicaranya itu.

Sampainya dirumah Amanda langsung merapihkan apa yang ia beli tadi, sebelum bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Nak, siap-siap ya. Jam 7 nanti kita mau dinner." Ucap Harry ketika melihat anaknya mendekat ke arahnya yang berada di ruang keluarga.

Amanda langsung duduk di samping ayahnya. "Dinner dimana Yah? Sama siapa?" Tanyanya.

"Biasalah sama temen ayah. Hitung-hitung buat perpisahan sebelum ayah ke Sydney." Balas Harry santai. Amanda tidak punya alasan untuk menolak ajakan ayahnya. Lagi pula apa salahnya untuk ikut bertemu dengan sahabat dari ayahnya itu.

19.00 WIB

Saat ini Harry dan keluarga sudah tiba di salah satu restaurant di daerah Jakarta Selatan. Ternyata disana sudah tiba lebih dulu sahabatnya Harry. Akhirnya mereka semua masuk ke ruangan yang sudah dipesan untuk mereka. Harry masuk lebih dahulu diikuti Athalia dan Amanda.

Betapa terkejutnya ketika mereka masuk ternyata teman Harry yang dimaksud adalah Prabowo. Yang pastinya akan ada ajudannya, Teddy. Ini menjadi pertemuan pertama Teddy dan Amanda setelah mereka berpisah. Semua orang diruangan itu tidak mengetahui keadaan hubungan Teddy dan Amanda saat ini. Yang mereka tahu adalah hubungan mereka baik-baik saja.

Mereka berbincang-bincang seperti biasa sambil makan malam bersama. Banyak yang mereka bicarakan layaknya kawan lama yang sudah lama tidak bertemu. Sangat banyak pembahasan. Walaupun sebenarnya mereka sudah sering bertemu.

"Amanda, udah kasih tahu Teddy kita ke Sydney?" Tanya Harry disela-sela mereka berbincang. Sontak pertanyaan itu membuat keduanya yang sedang makan hampir tersedak disaat yang bersamaan.

"Minum dulu nak." Ucapan Athalia yang melihat anaknya hampir tersedak itu sambil memberikan segelas air mineral.

"Kenapa kalian? Kompak banget kesedaknya." Ucap Prabowo saat itu.

"Siap. Engga ada apa-apa pak." Teddy menjawab spontan.

"Jadi sudah dikasih tahu belum?" Sekarang giliran Harry yang bertanya.

Tolong vote dan komennya untuk next partnya kakak😚

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang