12. Penjelasan.

228 26 4
                                    

Setelah mendengar perkataan dari kakaknya, Teddy pun berusaha bertemu Amanda untuk menjelaskan semuanya. Memang bisa dijelaskan lewat chat atau telpon, tapi seorang Teddy Indra Wijaya bertekad untuk menyelesaikannya secara langsung.

Amanda akhirnya mengiyakan bertemu dengan Teddy untuk menyelesaikan semuanya. Amanda menunggu Teddy yang sudah berjanji untuk langsung menjemput Amanda di rumahnya. Mendengar Teddy sudah sampai, Amanda langsung berpamitan dan masuk ke dalam mobil hitam milik Teddy itu.

Selama 20 menit perjalanan tidak ada yang memulai percakapan. Mobil itu melaju dengan keheningan diantara penumpang dan pengemudi itu yang membuat suasana menjadi sedikit horor, sampai mereka tiba di tujuan. Tujuan mereka saat ini adalah sebuah rooftop yang ada di daerah Sarinah, Jakarta Pusat.

"Tempat ini kayaknya rame, kalo kamu ga nyaman kita pindah aja." Ucap Teddy memecah keheningan dengan posisi mereka masih di dalam mobil.

"Gapapa, disini aja. Capek juga kalo udah ketemu tempat baru trus mau cari yang lain. Kecuali kalo kamu yang ga nyaman." Balas Amanda tanpa memandang Teddy dan langsung turun dari mobil. Teddy hanya bisa diam dan turun dari mobil kemudian mengikuti Amanda.

Akhirnya mereka benar-benar tiba di Sky Deck Sarinah. Mereka menuju ke bagian tepi rooftop ini untuk bisa menatap ramainya jalan dibawah mereka, dan indahnya matahari terbenam itu.

"Tenyata tempatnya sesunyi ini sekarang, semoga kamu bisa nyaman." Ucap Teddy yang masih memandangi jalan dibawahnya itu.

"Kamu.." Ucap Amanda terpotong dan menatap Teddy. "Kamu seharusnya ga buat aku berharap. Ohh mungkin kamu ga membuat itu, hanya aja aku yang terlalu berharap." Setelah mengucapkan itu Amanda mengalihkan pandangannya dari Teddy. Jujur saat itu dadanya terasa sesak.

"Maaf. Please kamu kalo marah ke saya jangan diam kayak kemaren. Saya bingung harus ngapain." Ucap Teddy. "Aku ga marah, ngapain juga marah? Toh, aku ga ada hak buat marah." Balas Amanda santai.

"Abis ini kamu punya hak buat marah sama saya." Jawab Teddy sambil menghadap ke Amanda. "Apasih, ga jelas."

"Ini mau diperjelas." Teddy kemudian menarik Amanda kedalam pelukannya.

"Kamu pikir nunggu itu enak apa. Udah ditinggal jauh, ehh malah muncul kabar gitu. Orangnya ga langsung jelasin pula." Ucap Amanda didalam pelukan Teddy itu. Beberapa detik pelukan itu terjadi akhirnya, Teddy mulai melepas pelukan mereka.

"Saya ingin mengatakan sesuatu, tapi tolong jangan dipotong sampai saya selesai bicara." Ucap Teddy menatap dalam wanita disampingnya itu, Amanda pun hanya menggangguk.

"Saya suka kamu." Ucap Teddy terhenti. "Kalo ditanya kamu yang mana, semuanya. Semua versi kamu saya suka. Yang terlihat atau yang belum kamu lihatin ke saya." Teddy akhirnya memberanikan diri untuk menggenggam jemari Amanda.

"Aku jatuh cinta ke kamu disaat aku lagi ga ingin jatuh cinta sama siapapun. Aku ketemu kamu diantara banyaknya orang, saat lihat senyum kamu, entahlah, waktu rasanya berhenti sebentar. Semudah itu, aku jatuh cinta denganmu, Amanda." Jelas Teddy panjang lebar, yang berhasil membuat mata Amanda berkaca-kaca.

"Aku takut, takut untuk mulai lagi. Takut perasaan aku kali ini akan di sia-siakan lagi. Aku takut." Jawab Amanda yang berhasil meneteskan air matanya. "Ga masalah kalo kamu belum bisa cinta sama aku, biarin aku yang cintain kamu." Balas Teddy ke Amanda.

"Aku takut bukan berarti aku ga cinta kamu, ga suka kamu. Kalo ga cinta ngapain aku nangis di pelukan Tiara pas pertama kali aku denger berita kamu. Ngapain juga aku silent treatment ke kamu kalo aku ga cinta kamu?." Pernyataan Amanda yang diselingi dengan tangisan kecil Amanda kali ini membuat gejolak dalam hati Teddy.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang