29. Sydney, 2024

113 15 0
                                    

Setelah melewati beberapa hari, akhirnya tiba saatnya dimana keluarga Admaja harus berangkat ke Sydney. Hanya ada supir dan beberapa ajudan Harry yang mengantar mereka. Sesampainya di bandara mereka langsung masuk untuk melakukan check-in dan memasukkan bagasi mereka. Saat ini Harry memperhatikan bahwa putrinya itu tidak banyak berbicara. Padahal Harry tahu bahwa Sydney adalah suatu tempat yang sangat ingin dikunjungi putrinya itu.

"Amanda, sini nak." Panggil Harry ke Amanda untuk bisa berjalan disampingnya. "Kenapa yah?" Tanya Amanda.

"Kamu kenapa sayang? Ayah lihat kamu diem-diem aja." Giliran Harry yang bertanya ke Amanda sekarang.

"Engga kenapa-napa yah."

Harry hanya tersenyum mendengar jawaban dari Amanda. Sebenarnya Harry tahu kalau putrinya ini punya sesuatu yang ia sembunyikan. Tapi spesifik masalahnya Harry tidak tahu. "Sydney salah satu tempat yang kamu pengen banget kunjungin loh, nak." Amanda tersenyum ke Harry. "Iya ayah, Amanda seneng kok bisa ke sana. Hehehe." Jawab Amanda dengan sedikit tertawa.

Akhirnya mereka tiba di lounge yang sudah disediakan oleh maskapai penerbangan yang mereka gunakan. Di lounge ini mereka bisa makan beberapa hidangan sambil menunggu waktu untuk boarding. Disela-sela Amanda meminta izin untuk ke toilet, disitulah saat Harry bertanya ke Athalia tentang anaknya itu. "Bu, Manda kenapa? Ayah lihat-lihat dia agaknya diem belakangan ini. Tadi sempet nanya tapi engga dikasih tahu." Athalia menarik napas sebelum akhirnya menjawab pertanyaan suaminya itu. "Hubungannya sama Teddy udah selesai. Mereka putus karena Amanda harus ikut kita ke Sydney." Mendengar itu Harry terdiam. Ia tidak tahu bahwa rencananya memboyong keluarganya ke Sydney ternyata menjadi kesedihan bagi putri tunggalnya itu.

"Bu, ayah salah ya? Harusnya ayah ngomong dulu, bicarakan dulu sebelum ayah iyain kita pindah ke Sydney." Ucap Harry dengan nada terdengar menyesal itu. "Ssttt ayah, jangan ngomong gitu. Kita kan ngga tahu kalo pada akhirnya jadinya gini." Athalia menenangkan suaminya itu. Selang beberapa saat percakapan mereka berakhir, Amanda pun kembali. Harry kini menatap anaknya itu dengan tatapan sedih dan menyesal.

Tidak terasa saat ini sudah waktunya untuk boarding. Mereka bertigas pun akhirnya berjalan masuk ke dalam pesawat melewati garbarata yang sudah disediakan. Duduk dengan manis di tempat duduk mereka, dan mempersiapkan segala keperluannya.

Saat ini sudah waktunya untuk take off. Sekarang ini benar-benar saatnya Amanda untuk meninggalkan Indonesia dan juga Teddy beserta semua kenangannya. Amanda menatap keluar jendela dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Belum sampai 1 tahun ia kembali ke Indonesia tapi ia sudah harus meninggalkan Indonesia lagi untuk waktu yang lama.

Lebih lama pesawat itu lebih terbang tinggi meninggalkan Jakarta. Tidak terlihat lagi pemandangan kota Jakarta dari atas sana. Disinu Amanda memutuskan untuk memejamkan matanya, berharap saat ia terbangun nanti ia sudah bisa merelakan segala tentang Indonesia.

Setelah menempuh perjalanan sejauh 5.880 km dengan waktu terbang selama 6 jam akhirnya pesawat itu berhasil tiba di Bandara International Kingsford Smith Sydney. Athalia langsung membangunkan Amanda pelan untuk memberti tahu bahwa mereka sudah tiba di tujuan mereka. Harry, Athalia dan Amanda bersiap-siap untuk turun dari pesawat.

Setelah selesai dengan segala urusan barang bawaan mereka, keluarga kecil ini pun langsung menuju ke kendaraan yang sudah disiapkan khusus untuk menjemput mereka dan membawa mereka ke tempat tujuan mereka. Sepanjang perjalanan yang ditempuh Amanda hanya melihat pemandangan Sydney dengan diam. Tidak ada satu kata pun tang dikeluarkan. Berbeda dengan orang yang ingin sekali datang ke tempat ini, pasti akan dipenuhi dengan rasa kagum. Tapi Amanda tidak termasuk dalam kategori itu.

2 jam perjalanan akhirnya mereka tiba di hunian mereka. Berada di kawasan perumahan elite yang sangat asri, sejuk, dan tenang. Sangat cocok untuk sekedar berjalan kaki menikmati suasana sekitar.

Supir yang mengantar membantu membawa barang mereka untuk masuk ke dalam rumah. Rumah yang akan mereka tinggali ini sudah lengkap dengan semua furniture yang dibutuhkan. Benar-benar sudah dipersiapkan untuk mereka tinggal.

Amanda pun akhirnya pamit untuk ke kamarnya. Ia ingin melihat bagaimana keadaan kamarnya yang berada di lantai 2 itu. Ukuran kamar Amanda ini cukup luas, hampir sama dengan ukuran kamarnya yang ada di Jakarta. Semua barang sudah disediakan, hanya tinggal menunggu Amanda untuk memasukkan semua pakaian dan beberapa barang yang ia bawa dari Indonesia.

Amanda mulai berjalan ke arah jendela. Kali ini kamarnya memiliki balkon yang bisa menjadi tempatnya menghirup udara segar Sydney. Ia terdiam beberapa saat melihat lingkungan sekitarnya. Dalam hatinya ia sangat berusaha untuk bisa menjalani kehidupannya di Sydney ini dengan baik, seperti kehidupannya di Jakarta.

"Amanda, turun dulu sayang." Terdengar suara Athalia memanggil putrinya itu dari lantai bawah. Amanda pun langsung sigap untuk turun kebawah menemui Ibunya itu. "Kenapa, Bu?" Tanyanya begitu tiba. "Ibu mau ngomong, boleh?" Athalia mengatakan itu sambil duduk di sofa ruang keluarga. Amanda pun mengikuti ibunya dan duduk disampingnya.

"Boleh dong, Bu. Mau ngomong apa?"

"Nanti kalo Ayah lagi ada kerjaan untuk pembukaan cabang baru, kita ikut ayah yaa?" Ucap Athalia langsung ke inti maksud dari percakapan itu. Amanda terlihat terdiam dan berpikir sejenak. "Kenapa bu?" Bukannya menjawab, Amanda malah bertanya ke Ibunya.

"Gapapa, Nak. Biar kamu bisa sekalian jalan-jalan juga kan. Kalo kamu sendirian ibu masih engga berani." Athalia memberikan jawaban dari pertanyaan putrinya itu. "Ya sudah bu, nanti Manda ikut. Nanti ibu infoin aja yaa. Jangan mepet-mepet biar Manda bisa prepare." Jawab Amanda yang diiyakan oleh ibundanya.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang