2. Dia Buat Aku Tersenyum

150 73 122
                                    

"Aku menemukan bahagiaku. Tempat aku bisa pulang dengan nyaman. Terima kasih Riski."

#Kania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Kania

Usai semester pertama di SMP dia tiba-tiba menghubungi untuk mengajak aku bertemu. Ada hal yang ingin dia sampaikan katanya. Dihari ini titik awal aku bisa tersenyum kembali berkatnya.

Riski datang menjemputku dengan sepeda poligon miliknya. Dia menunggu di depan gerbang sekolah dengan seragam berbeda gak membuat dia merasa terasingkan. Mungkin pikirannya hanya terpusat pada seseorang yang dia tunggu. Siapa lagi kalau bukan aku.

Aku melambaikan tangan dengan wajah datar dan menghampirinya. Tak sedikit yang kulihat teman-teman sekelas yang lewat atau anak-anak lain berbisik-bisik sambil melirik ke arah kami. Aku akui Riski ini memang tampan. Dia jadi idola di sekolah dasar dulu dan termasuk dari salah satu murid yang tiga besar di kelas. Bisa dibilang, dia juga sainganku dulu.

''Ha-hai Kania,'' sapanya agak canggung. Maklum saat itu, kami baru saja berjumpa lagi setelah kelulusan SD.

Aku hanya menjawab dengan gumaman.

''Gi-gimana kabar?'' Tubuhnya gak bisa diam saat mengatakan itu, dia terus memaju-mundurkan tubuhnya dengan kaki yang tetap stay di tempat. Sesekali kepalanya menoleh ke arah lain seperti gak berani menatap mataku. Aku menghela napas karena tingkahnya.

Kenapa semua orang gak berani menatap mataku sih?

Apa aku terlihat segalak itu?

Sumpah, ketemu Kania lagi rasanya seneng banget. Gak bisa berword-word. Please, jantung, jangan bikin aku pingsan di sini.

''Kamu mau ngomong apa?'' tanyaku to the point.

''Hm ... Itu, anu,''

Oke aku mulai sedikit jengkel. Aku perhatikan sekitar yang masih terus memperhatikan kami dan gak berhenti bisik-bisik.

''Ayo ke tempat lain,'' kataku.

Dia mengangguk dan menaiki sepedanya. Tadinya aku hendak berdiri dipijakan roda belakang sepedanya. Akan tetapi, mengingat aku pakai rok yang panjang jadi gak bisa dan berpindah duduk di depan dengan posisi seperti dipeluk dari belakang oleh Riski. Aku sih biasa saja meski murid-murid sekolahku meneriaki kami dengan cie-cie-cie.

''Ki,'' panggilku.

Aku menoleh sebentar padanya. Pandangan kami sempat bertemu sebentar sebelum dia mengalihkannya.

''Ayo jalan.''

''I-iya.''

Riski mengayuh sepedanya hingga sampai di taman Sangkareang. Di dekat taman bermain anak, aku melihat ada taburan bunga berbentuk lambang cinta dan aku dibawa ke tengah-tengahnya. Aku bisa menebak alur pembicaraan yang akan dia sampaikan katanya itu. Aku menurut saja masih dengan wajah datar dan dingin. Aku melirik ketiga ke temannya. Ada yang membawa kertas karton bertuliskan 'I Love You.' Kemudian dua lainnya membawa confetti popper. Barangkali akan dipakai kalau rencana Riski berhasil.

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang