6. Berakhir

62 37 35
                                    

"Aku gak mau dia juga menanggung rasa sakitku. Cukup aku saja."

#Kania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#Kania

   Empat tahun kami menjalin hubungan. Namun, aku gak bisa memberikan yang seharusnya dia terima. Pembalasan perasaan yang sama. Berdosa banget aku karena memanfaatkan ketulusan hati Riski.

   Perasaaan berdosa itu semakin menjadi ketika aku gak sengaja mendengar sharing Arum serta dua temannya, salah satunya si Hima itu, waktu aku menenangkan diri di perpustakaan sekolah. Mereka bertiga sedang duduk disalah satu meja saling berhadap-hadapan. Dari tempat aku berdiri aku bisa melihat wajah Arum. Sementara dua temannya membelakangi rak tempat aku berdiri. Aku bisa melihat mereka dari celah-celah rak.

    ''Kak, aku mau nanyak deh. Kak Arum kenapa gak mau pacaran? Pacaran itu akan gaul. Emangnya kakak gak malu dibilang kadal gurun gara-gara gak gaul?''

    Aku melihat Arum tertawa gemas.

    "Emangnya harus banget jadi anak gaul? Gini, kita ini adalah umatnya Rasulullah. Rasulullah itu adalah sebaik-baiknya idola. Allah berfirman dalam quran surah Al-Hasyr ayat 7 yang artinya, 'Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, ambillah. Apa saja yang dilarangnya, tinggalkanlah.' Rasulullah itu pastinya hanya memerintahkan yang baik dan meminta untuk meninggalkan yang buruk.''

    ''Berarti pacaran itu sesuatu yang buruk gitu ya kak. Sampai-sampai kakak memilih untuk gak pacaran. Emangnya apa salahnya mencintai? Pacaran kan karena sama-sama saling cinta,'' komentar teman di sebelah Hima, aku gak tahu namanya siapa.

    Arum tersenyum dan kembali menjelasakan, ''Cinta gak salah, Ruby. Cinta itu fitrah. Allah yang kasih. Hanya saja, manusia harus tahu bagaimana cara yang benar untuk menyalurkan cinta yang diberikan oleh Sang Pemberi Cinta. Rasulullah itu, gak pernah pacaran. Pacaran itu budaya Barat, bukan budaya islam. Pacaran dapat mengantarkan pelakunya keperbuatan-perbuatan maksiat lainnya yang mendekati zina. Kalau kakak sih gak terganggu sama sekali kalau dibilang gak gaul atau kayak kata kamu, kadal gurun.'' Arum tertawa, senyumnya terlihat manis.

    "Justru suatu keuntungan buat kita yang memilih gak pacaran. Misalnya nih, yang pertama, hidup bisa jauh lebih tenang karena hanya fokus untuk upgrade diri buat masa depan yang labih baik. Waktu yang ada dipakai buat belajar, bantuin orang tua, dan mengasah skill. Jadi, gak akan kebuang sia-sia hanya untuk berduaan sama yang bukan mahrom bahkan parahnya sampai ngaruh ke nilai.''

    Wait, aku ingin sekali membantah. Karena buktinya, aku dan Riski sudah pacaran kurang lebih empat tahun tapi, prestasi kita masih fine-fine aja tuh. Akan tetapi, aku memilih bergeming di belakang rak buku, menyembunyikan diri dari mereka.

    ''Tapi buktinya, kak Kania sama Kak Riski udah lama pacaran, nila mereka masih aman-aman aja, kak.''

    Tuh kan. Hima saja mengakuinya. Aku melirik Arum yang tersenyum lagi. ''Hal itu gak serta-merta membuat pacaran jadi halal. Gini, kakak lanjutin dulu yang tadi. Tadi yang pertama. Nah, yang kedua terhindar dari keburukan. Pacaran ini, pintu dari perbuatan zina. Allah berfiman dalam quran surah al-Isra ayat tiga puluh dua, 'Dan janganlah kamu mendekati zina karena zina adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.'''

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang