7. Blue Moon

42 30 32
                                    

''Seiring berjalannya waktu, manusia bisa berubah dengan cepat. Hingga tanpa sadar, dia melupakan dirinya sendiri."

	''YEAAAAAHH!''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


''YEAAAAAHH!''

''JAGOAN KITA EMANG HEBAT!''

Suara sorak-sorai teman-temanku dari Blue Moon memekakan malam yang sunyi saat aku berhasil mengalahkan jagoan lawan dari Black Wolf dibalapan ini. Ya, lebih tepatnya balap liar yang biasa kami tandingkan setiap malam minggu dan malam ini aku terjun sebagai perwakilan geng. Aku membuka helm dan membalas high five dari Lucas, ketua geng kami. Para anggota yang lain menghampiri dan beberapa mengajukan high five atau tinjuan dan senang hati aku membalasnya.

''Lo hebat K,'' puji Raga tersenyum tipis dan gayanya yang cool seperti biasa. Gak banyak omong atau bersorak seperti yang lain.

''Thank,'' balasku

Lucas mengacungkan jempol ke bawah sambil menjulurkan lidahnya untuk geng lawan. Hal itu tentu saja membuat jagoan lawan yang sekaligus ketua mereka merasa tersulut. Bagaimana tidak tersulut, dia kalah dari seorang wanita sepertiku yang bahkan wajahnya saja gak pernah dia lihat. Aku sendiri memasang smirk dibalik masker melirik Rafael namanya, dia sudah mengacungkan tinjuan ke udara tapi teman-temannya menahannya. Begitu pula dengan Lucas. Dia disikut Raga supaya gak banyak tingkah dan menimbulkan banyak masalah. Aku jadi terkekeh. Dasar anak mami.

    Sebagai bentuk perayaan atas kemenanganku dalam balap liar barusan, Lucas memboyong kami ke sebuah club malam di daerah pantai Senggigi. Kami berpesta di sana. Teman-teman dari Blue Moon sudah berada di lantai dansa. Mereka berjoget mengikuti irama musik yang dimainkan DJ ditengah ruangan, diiringi bola lampu yang berkelap-kelip memancarkan warna yang berbeda-beda. Hanya aku dan Raga yang tersisa di sofa dipojok ruangan. Di atas meja ada banyak botol-botol minuman keras yang sebagiannya sudah dibuka.

    Oh tenang saja, hanya kami berdua makhluk yang gak menyentuh minuman haram itu. Walau kami di tempat haram seperti ini. Aku menyadari kalau aku seorang muslim dan aku tahu betapa berbahayanya minuman itu. Meski kelakuanku gak menceriminkan sebagaimana seorang muslim. Sementara Raga, dia seorang kristiani tapi, memang sudah jadi pilihannya untuk gak mengkonsumsi minuman neraka itu.

''Ga, gua mau tidur bentar ya, capek gua,'' kataku. Lalu mengambil bantal sofa dan berbaring di atasnya tanpa membuka masker hitam yang menutupi sebagian wajahku.  Raga hanya mengangguk sebagai jawaban dan berjaga di sisiku seperti yang biasa dia lakukan.

~oOo~

Aku gak tahu sudah berapa jam aku tidur dan tahu-tahu ketika aku bangun aku melihat Raga dan Wira bersama dua temannya sudah ngacir ketakutan kembali ke lantai dansa. Sementara Raga bertampang bak harimau siap menerkam mangsanya. Ada apa sih?

''Ada apa, Ga?'' tanyaku menyipitkan mata karena cahaya lampu yang masih setia berkerlap-kerlip. Maklum lah baru bangun.

''Gak ada,'' jawab Raga sedikit santai. Kurasa berusaha untuk santai.

''Oh ya, ini jam berapa?'' tanyaku.

Raga melirik jam tangannya yang melingkar di sana lalu berkata, ''Jam empat.''

Aku kaget sudah jam empat subuh ternyata. Astaga aku harus segera kembali. Buru-buru aku bangun dan mengikat rambut panjangku segera keluar. Namun, Raga menahan tangannku kemudian.

''Gue harus pulang.''

''Gue anter.''

Aku menghela napas pelan. Lalu mengangguk. Seperti biasa Raga selalu mengantarku pulang kalau sudah larut apalagi menjelang pagi seperti ini. Hanya saja, aku selalu minta diturunkan di depan gang. Aku tak mau Raga mengetahui rumahku. Bukan karena rumahku kecil karena bukan dari kalangan orang berada seperti mereka. Bukan.

Melihat punggung Raga dari belakang sini, yang besar dan tegap, membuatku merindukan seseorang. Tanganku terulur, ingin sekali aku memeluknya. Enggak. Enggak. Itu gak sopan.

''Kenapa K?'' ia menoleh sebentar ke belakang.

Gawat! Tanganku benar-benar menyentuh punggungnya. Buru-buru aku menarik tanganku dan membawa kepangkuanku sendiri. Aku tak memberi jawaban apapun. Sepanjang perjalanan, seperti biasa, tidak ada percakapan di antara kami berdua. Raga memang bukan tipe cowok yang banyak bicara, gak seperti Lucas.

   Aku turun di depan halte dan mengucapkan terimakasi pada Raga dan seperti biasa Raga selalu menyentuh ujung kepalaku, mengelusnya pelan, tersenyum lalu selesai. Tingkah Raga yang seperti ini yang selalu membuat jantungku berdegup kencang kalau berada di dekatnya. Belum lagi hanya dia yang menunjukkan perhatian lebih dan menjagaku di Blue Moon. Ya, bisa dibilang cowok-cowok act of serfice gitu. Makanya, anak-anak di geng kami sampai mengira aku dan Raga berpacaran. Raga itu seperti gampang didekati tapi susah untuk digapai.

Aku melambai singkat setelahnya dan melihat punggung Raga semakin lama semakin menjauh dari pandanganku. Setelah dirasa Raga sudah pergi jauh, aku membalik tubuh dan berjalan lurus kemudian berbelok memasuki gang.

~oOo~

    Adzan subuh berkumandang. Aku menyalakan whatsapp dan melihat cukup banyak notifikasi terutama dari grup Blue Moon. Mereka mengirim foto-foto kami hari ini dari mulai saat di tempat balapan hingga pesta di club. Aku memandangi foto selfi kami bersama Lucas. Lucas ada di depan kamera cengir selebaran cengiran kuda. Aku tersenyum. Bukan karena melihat Lucas. Melainkan laki-laki di belakangku yang tersenyum tipis sekali, nyaris gak terlihat sambil mengacungkan dua jari. Raga.

Sebuah notifikasi darinya tiba-tiba muncul dan mengatakan, ''Lo udah di rumah?'' Aku jadi tersenyum lagi karenanya. Lagi-lagi, aku menjawab singkat pesan tersebut dengan mengirim sebuah foto langit-langit kamarku dan dua jariku mengacung ke atas.

Sebuah notifikasi muncul lagi. Kali ini bukan dari Raga atau dari grup whatsap Blue Moon. Melainkan dari kak Umar.

''Assalamu'alaikum. Kania bagaimana kabarmu? Semoga kamu selalu dalam lindungan Allah. Aku mau kasih tahu, besok kami akan mengadakan acara tahlilan atas 1000 hari kepergian Arum. Kami menunggumu di sini.''

    Aku menghela napas setelahnya. Lalu menghempas ponselku sembarang di atas kasur. Lalu membungkus diri dengan selimut dan menangis.

#pensi #eventpensi #pensivol12 #teorikatapublishing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#pensi #eventpensi #pensivol12 #teorikatapublishing

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang