9. Bertemu Musuh

31 23 13
                                    

"Perjumpaan yang tidak terduga merupakan garis takdir yang sudah ditentukan oleh Allah untuk kita."

	Sore ini aku baru saja selesai menunaikan salat asar di masjid deket kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini aku baru saja selesai menunaikan salat asar di masjid deket kampus. Aku memilih berbaring sejenak sebelum kembali ke kos. Jam pulang kuliah hari ini sedikit terlambat karena dosen sialan yang suka molor. Alhasil kami yang seharusnya pulang jam empat baru bisa keluar setelah jam lima sore begini. Huuff. Usai menggantung mukena aku keluar dan duduk di teras masjid. Suara riuh anak-anak yang bermain di halaman masjid memenuhi gendang telinga. Masjid ini memang sering dipergunakan sebagai TPQ untuk anak-anak belajar quran setiap sore. Sepertinya jadwal belajar mereka sudah selesai.

Sembari menunggu jemputan mereka bermain di halaman masjid saling kejar-kejaran satu sama lain. Ada juga yang sudah pulang dengan berjalan kaki karena rumah mereka dekat sini. Karena gabut dan males kembali ke kos, aku mengeluarkan buku sketch-ku serta pensil. Lalu mulai membuat sketsa anak-anak di sini. Bakat melukis yang sudah lama terpendam ini gak pernah kutinggalkan sekali pun ibu melarangnya. Kalau ibu melarang, ya, aku tinggal kerjakan diam-diam. Apalagi sekarang aku di tanah perantaun jadi gak perlu khawatir beliau akan marah. Biarkan saja. Aku gak mau hobiku dikekang lagi.

Sketsaku akhirnya selesai. Jumlah anak-anak di halaman masjid mulai berkurang karena sebagian sudah dijemput. Aku menyenderkan tubuh di tiang masjid sambil memejamkan mata. Sementara sketchbook-ku kutaruh di atas ranselku dalam keadaan terbuka memperlihatkan hasil menggambarku barusan. Terkadang lembaran-lembarannya terbalik karena angin yang bertiup. Aku memang tidak sampai tertidur sehingga samar-samar aku mendengar suara disekitar. Lagi pula halaman masjid tidak begitu luas sehingga jaraknya ke gerbang gak begitu jauh.

''Adek, sendirian aja di sini?'' Aku mendengar suara cowok.

''Iya.'' Terdengar suara anak kecil menjawab.

''Lagi nungguin ayahnya ya?''

''Enggak. Aku lagi nungguin abangku.''

''Oooh nungguin abangnya. Gimana kalau ikut kita aja, kita anter pulang?'' Sepertinya mereka lebih dari satu.

''Gak mau nanti abang aku nyariin.''

''Nanti di telpon aja caranya.'' Shit. Aku jadi teringat Arum. Terbayang bagaimana dulu Arum harus menghadapi pria mesum seperti ini. Dadaku bergemuruh, tanganku mengepal erat di atas paha.

''Nanti abang kasih permen deh. Nih, buat kamu.''

''Enggak mau. Kata abangku gak boleh nerima sesuatu dari sembarang orang.''

Aku mulai gak tahan. Aku bangkit berdiri dari balik tiang masjid. Lalu kuambil sepatuku dan melempar hingga mengenai salah satunya. Dia mengaduh kesakitan.

''Duh, siapa sih yang nempok gue pakai sepatu.''

''Gue,'' sahutku sambil menghampiri mereka. Lalu menyugar rambutku ke belakang. Aku melirik bocak perempuan berhijab pink itu agak terkejut dan sedikit takut.

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang