4. Kenapa Harus Hari Ini Lagi?

85 52 55
                                    

''Hari yang seharusnya menjadi hari terbaikku kembali menjadi hari terburuk dengan kemunculannya lagi.''

#Kania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#Kania

Sepuluh menit setelah bel istirahat berbunyi Riski sudah ada di depan kelasku sambil menenteng bekal makanan bersusun tiga. Sudah pasti itu dari Bunda untuk makan siang kami. Ya, terkadang Bunda membuatkan bekal untuk anaknya dan pacarnya ini.

''Cie Kania, dijemput ayang beb tuu,'' komentar salah satu teman sekelasku.

Aku hanya tersenyum simpul sebagai jawaban sembari membereskan buku-bukuku. Tahun kedua di SMA, pertemananku mulai agak lumayan. Sedikit demi sedikit aku mencoba terbuka dan memberanikan diri untuk berteman. Walaupun aku masih saja gak banyak bicara dan stay memasang muka datar. Makanya, gak semua teman sekelas yang mau berteman denganku. Kalau bukan karena kepentingan-- secara aku masih ketua kelas--mereka gak akan mengajakku berbicara.

Setelah membereskan buku, aku keluar menghampiri Riski dan pergi berdua menuju kantin. Kami menempati kursi paling pojok seperti biasa. Beberapa adik kelas menyapa Riski dan ketika pacarku membalasnya mereka teriak kegirangan. Selain terkenal berprestasi. Sudah kubilang kalau Riski ini kapten tim basket juga.

''Kak Riski,'' sapa adik-adik kelas yang lewat sambil melambaikan tangan. Padahal Riski hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kepala tapi sudah membuat mereka menjerit.

''Ih, kak Riski masih langgeng aja ya sama kak Kania.''

''Iya, kenapa sih kak Riski mau pacaran sama kak Kania yang super jutek itu.''

Samar-samar aku mendengar bisik-bisik mereka usai menyapa Riski. Aku sudah biasa mendapatkan julitan-julitan konyol seperti itu. Sungguh, aku bisa menahannya. Berbeda dengan Riski yang kini sudah menghela napas karena jenuh. Dia hampir saja mau menghampiri adik-adik kelas yang sudah melangkah jauh tapi, aku segera menahan tangannya.

''Udahlah, Ki. Biarin aja.''

''Tapi, Ka. Mereka keterlaluan.''

''Namanya juga fans, ya pasti bakalan begitu kalau idolanya deket  sama orang gak mereka suka.''

''Tsk. Aku kan bukan artis Korea.''

''Tapi mukamu tu kayak artis Korea.''

''Ciih, jadi malu. Bisa aja kamu." Riski mengibaskan tangannya ke udara. "Habisnya mereka sok-sok-an bilang kita gak cocok. Mereka gak tahu apa bentar lagi anniversary kita yang keempat tahun.''

''Mereka emang gak tahu. Udahlah, karena mereka emang gak tahu biarin aja.''

''Kamu serius?'' Raut wajah Riski berubah agak khawatir. Jangan-jangan dia masih kepikiran dengan yang kemarin. Itu sebabnya aku gak mau menunjukkan sisi lemahku seperti itu.

''Bunda masak apa?'' aku mengalihkan pembicaraan sembari membuka kotak bekal.

''Astaga sampai lupa. Maaf sayang.''

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang