Bab 10 | Pembunuh?

20 3 7
                                    

Happy reading

Halo jangan lupa vote + komen.
kalo ada yang typo tandain guys

••••

Ayara dan Ara di malam hari naik motor ke rumah sakit, mereka berhenti dulu di supermarket untuk membeli cemilan.

"Beli apa, Ay?"tanya Ara.

Aya melihat sekeliling. "Beli buah untuk Bebeb Aca, pop mie 4, coklat 5, yupi untuk lo 1 pcs, silverqueen 10, Qtela 5, minuman nya 4,"ucap Aya melihat Ara yang mengambil makanan yang dia sebut.

"Sip udah, ada lagi nona?"tanya Ara berlagak seperti bodyguard.

"Gak ada kita bayar."Ara mendorong troli nya dengan sesekali berfoto.

"Berapa semua nya?"tanya Ara.

Mba kasir menyebut total nya, Ara dan Aya mengasih black card mereka saling tatapan.

"Punya saya aja mba,"ucap mereka berdua kompak.

"Simpan aja punya Aya, Ara aja yang bayar."

"Gue aja udah, nih mba."Aya menaro black card nya.

"Oke sebentar ya."

"Nih kembalian nya terimakasih sudah belanja di supermarket."

"Hm, sama-sama mba."Aya menarik tangan Ara keluar dari supermarket.

"Ayo balapan."

"Ga, bahaya ini malam,"ucap Ara menggeleng kepalanya.

"Kan udah biasa."

"Nanti cowokmu marah."

"Hah? gue ga ada cowo."

"Ada, aku dan Aca tau, mau kapan klarifikasi sayangku?"tanya Ara mengangkat satu alisnya.

"Nanti aja, lo akan terkejut kalau cowok gue---"

"Ya ya, udah tau."Ara memasang helm nya dan menaiki motor sport nya.

"Ay duluan."perintah Ara, Aya mengangguk kepalanya dan menjalankan motornya di ikuti Ara dari belakang.

*****

" Ck! kapan lo pulang?"tanya Aca dengan raut wajah kesal.

"Pas lo sembuh,"jawab Raka enteng tersenyum tanpa dosa.

" Argh ck fuck,"umpat Aca kesal.

"Cantik? jangan ngumpat hm?"

Aca bergidik ngeri mendengar suara serek Raka, dia diam membisu mendudukkan kepala.

"I'm sorry."guman Aca memainkan jari-jarinya.

"Jangan di ulangi sayangg."

"Iya maafin Aca." Raka tersenyum gemes dia mengusap rambut Aca sampai berantakan.

"Ga usah terlalu lucu bisa? gue gemes banget sama lo mau gigit," celetuk Raka membuat Aca melotot kan matanya dengan sedikit mulut terbuka.

Takdir KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang