Chapter 3

173 13 6
                                    

19 Tahun Kemudian.

Di sebuah restoran mewah di kawasan elite, seorang wanita cantik sedang sibuk membersihkan meja-meja. Sesekali menarik nafasnya panjang sebab seharian ini dirinya begitu sibuk melayani para tamu yang berdatangan karena hari ini adalah hari Valentine. Banyak pasangan yang memboking meja untuk pasangan mereka.

"Akhirnya para tamu sudah akan pulang." bisik rekan kerjanya.

Nadine Aghnia menoleh kearah pemilik suara itu dan ikut tersenyum lega.

Nadine Aghnia menoleh kearah pemilik suara itu dan ikut tersenyum lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, Ca. Sangat melelahkan sekali hari ini." Nadine merengangangkan otot-otot lehernya.

"Eh, Nad! Setelah ini kau akan kemana?" tanya Caca penasaran.

Dahi Nadine mengernyit heran. Kemana? Tentu saja pulang rumah!

"Pulang, memangnya kenapa?"

Caca mengerucutkan bibirnya.

"Selalu saja pulang. Apa kau tidak ada niat untuk kencan buta?!"

Nadine hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan dari Caca kencan buta? Ah, setiap valentine Caca pasti akan menanyakan hal ini, ia sampai lupa.

"Tidak ada." jawabnya akan pergi tapi Caca menahannya.

"Ish! Kau sudah 19 tahun tapi kau belum pernah menjalin hubungan, Dir!" Caca tak habis pikir, bagaimana bisa Nadine tidak memiliki kekasih, sudah 2 tahun bekerja di sini, Caca tidak pernah melihat Nadine berkencan dengan seorang pria.

Nadine tersenyum tipis, sebab ini bukan pertama kalinya Caca membahas soal pria. Nadine memang tidak ingin berhubungan dengan para pria sekarang sebab ia ingin fokus mencari uang agar bisa kuliah. Ia bahkan bekerja di hari weekend agar cepat terkumpul uangnya.

"Ish! Bukan nya menjawab kau malah tersenyum." gerutu Caca.

"Ca, kau tahukan kehidupan aku bagaimana? Aku tidak seperti mu yang bebas."

Caca mengibaskan rambutnya jengah. Itu lagi yang Nadine bahas. Ya, Caca tahu persis kehidupan Nadine, hanya saja ia ingin Nadine juga menikmati masa mudanya, tidak terus bekerja dan bekerja. Sudah 2 tahun ini Caca melihat betapa kerja kerasnya sahabatnya itu sampai tidak ada waktu untuk dirinya sendiri.

"Tapi...."

"Ca, masih banyak meja yang belum kita bereskan. Sebentar lagi kita harus tutup." sela Nadine.

Caca menarik nafasnya panjang dan mengangguk.

******

Di tempat lain, semua orang berkumpul di kamar Bimo yang saat ini sedang sekarat. Bram anak tertua dari Bimo, duduk di samping Papa nya.

"Tika..." lirih Bimo lalu menghembuskan nafas terakhir.

"Kakek!"

"Papa!"

Siapa Di Hatimu? (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang